03. Aku (Tidak) Ingin kematian!

31 20 188
                                    

Akhir-akhir ini, ramai dibicarakan oleh banyak orang tentang kematian. Ada yang karena sakit, kecelakaan, dibunuh bahkan merelakan nyawanya untuk mati di tangan sendiri.

Mengerikan untuk dibayangkan tapi kematian adalah hal mutlak yang sudah menjadi ketetapan dari Yang Maha Esa.

Aku sempat berpikir, bagaimana jika berita itu sampai kepadaku? Entah kabar kerabat terdekatku, atau malah—aku? Aku pikir, kematian tidak se-menakutkan itu. Terutama tentang ia yang milih menyerah dan merenggang nyawa.

Akhir-akhir ini, kepalaku selalu berisik. Entah apa yang menghantui pikiranku saat ini. Ada banyak pertanyaan yang hinggap di kepalaku memenuhi ruang sehingga tidak ada tempat untukku tenang.

Berbagai pertanyaan, tuntutan, membandingkan pencapaian dan kehidupan individu lain, dan masih banyak lagi risau yang membuat isi kepalaku menjadi kacau.

Kalimat sabar tidak membuatku tenang. Jika aku hilang sabar, sudah lebih dulu aku pergi mendahului mereka. Semangat pun mulai pudar. Bahkan sekedar untuk tertidur di malam hari saja rasanya sulit.

Haruskah aku mengubur kepalaku di dalam tanah? Agar telingaku tidak lagi mendengarkan apapun yang membuatku hancur? Atau ku buat hancur juga kepalaku agar tidak memikirkan hal yang membuatku semakin gila?

Lagipula, kematianku tidak akan merubah apapun juga, kan?

Matahari akan tetap terbit dan terbenam melalui arah yang berlawanan.

Waktu akan tetap berjalan sehari dua puluh empat jam.

Ombak akan tetap menemani lautan, dan bulan akan setia bersama bintang.

Roda akan terus berjalan dengan berputar. Senja akan tetap datang membawa keindahan dan pergi kembali.

Kehilangan pendosa sepertiku, tidak membuat semesta merugi akan hal itu. Kematianku mungkin akan sedikit memberikan rasa kehilangan di sebagian orang, atau justru menjadi kabar bahagia yang akan di denger setiap manusia?

Tapi itu hanya akan terjadi sebentar, kan? Setelahnya akan tetap berjalan seperti biasanya, seperti saat aku masih ada.

Akan sangat merugi jika aku memilih menyerah dan mati. Membiarkan semua orang bersorak gembira atas kematian seseorang yang menjadi korban kejamnya ucapan dan perilaku Manusia!

Tidak!

Akan ku jadikan kematianku menjadi tangisan paling memilukan karena dunia kehilangan salah satu penduduk baiknya yang kelak akan tertawa riang di Surga kelak.

Tidak akan ku biarkan mereka yang menginjakku, menindasku, dan menjatuhkanku berbangga diri atas perilakunya. Aku bukan manusia tidak berguna! Hanya saja belum giliranku untuk mempertunjukkan apa yang aku punya.

Jika aku mati, aku hanya akan menjadi rugi dan membiarkan mereka menang sendiri. Sementara aku?

Ruh-ku tertahan di bumi, kematianku sangat dibenci Illahi karena mendahului takdir yang ditetapkan. Bahkan aku juga akan kehilangan hal sederhana yang membahagiakan.

Aku tidak akan bisa menikmati senja kala penat diperjalanan,

Aku kehilangan waktu untuk menikmati Mie instan kesukaanku.

Aku kehilangan era dimana Idol K-pop ku membawakan lagu baru, bahkan kehilangan Serial drama kesukaanku yang akan tayang itu.

Aku tidak akan bisa melihat ombak menabrak karang, atau anak kucing yang berlari riang. Aku akan kehilangan telur gulung, seblak bahkan eskrim yang rasanya membuatku selalu ketagihan

Walau tidak ditemani, aku masih bisa sendiri! Walau tidak ada yang mendengar, aku masih bisa diam. Aku masih bisa terus berusaha seorang diri sekalipun harus terbiasa oleh sepi.

Aku akan tetap pada pendirian untuk bertahan hidup lebih lama! Untuk merasakan makanan enak yang belum pernah kucoba, untuk mengunjungi tempat indah yang belum pernah aku datangi, untuk banyak sekali buku bacaan di dunia ini yang belum aku selesaikan membacanya. Untuk kedua orangtuaku yang sudah bersusah payah melakukan segalanya agar aku bisa hidup dan bahagia.

Bahkan, untuk cerita yang kini kalian baca. Ini belum juga aku selesaikan. Masih banyak kegiatan yang bisa aku lakukan untuk menunda kematian yang terkadang sangat ingin aku raih secepatnya.

Aku tidak akan pulang sebelum aku dijemput Tuhan.

Aku adalah milik-Nya dan aku harus pulang atas kehendak-Nya juga. Tidak sopan jika pulang tanpa dijemput atau diminta lebih dulu. Ia akan marah sekali jika hamba-Nya sampai melakukan itu.

Aku memang terlahir dengan keadaan kecil dan lemah. Bahkan ketika aku terlahir dan menangis, semua tertawa akan kehadiranku di Dunia yang menyeramkan ini.

Maka, akan aku pastikan kala kematian sudah meminang, aku akan pergi dalam keadaan riang dan meninggalkan mereka yang menangis kehilangan.

Tak apa, aku akan bertahan sedikit lebih lama, karena sejatinya aku pernah menang lomba berenang dengan ribuan kawanan lainnya. Itu cukup menjadi bukti, kalau aku itu kuat, kan?

Goresan HujanDonde viven las historias. Descúbrelo ahora