8. Jealous bone

320 42 145
                                    

Mature content! Kalau kurang nyaman diskip ya 🙏


****

"Mau duduk di atas wajahku?"

Kalimat tersebut terngiang-ngiang menghantui isi pikiran Jiya. Satu jam yang lalu ia menolak permintaan itu dari suaminya sendiri. Bukannya mengapa, duduk di atas wajah seseorang baginya terkesan sangat tidak sopan. Meski dengan konsep yang berbeda, tetap saja Jiya tak bisa. Hal itu terlalu baru baginya. Jantungnya berdebar tidak beraturan selagi ia membayangkan wajah Yoongi berada di bawah bokongnya. Sedikit gila, namun yang dia dengar dari Yoongi sendiri adalah, Yoongi menyukai itu. Melakukan hal-hal gila bersama orang tercinta.

Sejujurnya itu bukanlah suatu yang patut disebut gila, itu adalah hal wajar yang dilakukan oleh sepasang suami istri. Karena paham dengan posisi Jiya, Yoongi memberi waktu untuk wanitanya berpikir. Ya, Jiya harus terbiasa dengan macam-macam gaya bercinta ketika Yoongi meminta.

Mau bagaimana lagi. Kan sudah pernah diingatkan untuk tak memancing Yoongi kala itu. Ini lah akibatnya, Yoongi menjadi lebih dominan, buas, dan agresif. Otak lelaki tiada yang tahu. Dari luar tampak diam, padahal dalam dirinya sudah meraung minta dibebaskan.




Jiya dapat merasakan kecupan basah di ujung bahu kanannya. Sedari tadi Yoongi memeluknya erat dari belakang, mungkin sembari menunggu keputusan dirinya. Perut Jiya terasa rileks dan geli secara bersamaan setelah mendapatkan usapan dari telapak tangan lebar prianya. Seolah banyak kupu-kupu berterbangan dari dalam sana.

Ah, sepertinya Jiya sudah mulai terbuai lagi akan sentuhan Yoongi.

"Jangan jadikan beban. Kita tidak harus melakukannya malam ini."

Perlahan Jiya berbalik, menyelami manik mata sang suami. Sorot mata itu menandakan bahwa pria itu sangat mendamba, penuh harap. Bagaimana ini? Tampaknya Jiya sedikit menyesal karena seringkali menggoda iman Yoongi yang setipis kertas.

"Kau bilang, menikah tidak hanya tentang nafsu." Berusaha Jiya untuk mengingatkan.

"Aku sudah jujur padamu soal mencintai, mana bisa lagi aku menahan nafsu. Terlebih pada istriku sendiri."

"Kita sahabat Yoon. Kau sendiri yang bilang begitu padaku."

"Kenapa bodohmu tidak sembuh-sembuh sih? Tidak tahu lah Ji. Kalau memang tidak mau bercinta denganku, bilang saja."

Kali ini Yoongi yang membelakangi Jiya. Rasanya kesal, Yoongi seperti dipermainkan. Wanita Min ini selalu menguji kesabarannya dengan mengulur-ulur waktu, padahal kalau memang tidak bisa tinggal katakan saja meski pada akhirnya Yoongi sedikit kecewa. Tapi sungguhan tidak apa-apa. Sebagai pria yang baik, Yoongi berusaha menyesuaikan bila Jiya merasa tak nyaman dengan hal-hal seperti itu.

"Yoon, jangan merajuk." Rayu Jiya, ia menggoyangkan bahu sang suami agar mau berhadapan lagi dengannya.

"Aku tidak."

"Buktinya kau tidak mau menatapku." Cebikan kesal sudah Jiya keluarkan. Heran, seharusnya pria Min lah yang cocok untuk berbuat demikian.

Tidak kehabisan akal, Jiya sengaja menempelkan payudara tepat di belakang tengkuk leher Yoongi.  Memainkan dua bulatan kembar tersebut sendiri, menekan kemudian bergerak ke atas dan ke bawah. Sengaja, ia ingin mengambil semua perhatian Yoongi.

Dengan kesabaran yang semakin menipis, Yoongi berbalik untuk berhadapan langsung pada si pemilik buah dada tersebut. Dasar, wanita nakal kecintaan Yoongi ini memang suka sekali menggoda. Jika Yoongi sudah tergoda, maka Jiya sendiri lah yang akan kewalahan.

"Mau apa?" Tanya Yoongi dengan mengandalkan raut wajah datarnya. Mempertahankan kewarasan.

Yoongi semakin bertanya-tanya ketika mendapati Jiya yang semakin memajukan payudaranya agar masuk ke dalam mulut, tanpa mengatakan apapun. Tentu saja Yoongi kalap tapi tidak menolak. Ia menerima satu benda kenyal tersebut masuk ke dalam mulutnya. Sementara satu yang lain ia mainkan menggunakan jari-jari panjangnya.

Made in Heaven Donde viven las historias. Descúbrelo ahora