69

2.5K 243 21
                                    

KALIAN SENANG SENANG DULU YA SEBELUM AKU KASIH KONFLIK YANG MENDEBARKAN!
.
.
.


Setelah selesai membersihkan diri lanzhan menggandeng tangan istrinya dengan mesra turun kebawah untuk makan. Ayah jiyang, bibi sarah menatap haru pasangan itu sementara yanli menatap tidak suka tingkah mesra kakaknya dan juga lanzhan.
'Aku tidak habis pikir, kenapa lanzhan mau melakukan itu dengan kakak' batin yanli geram.

"Kenapa kalian lama? Kami sudah selesai makannya" ujar ayah jiyang menatap anak dan menantunya.
"Tadi wei ying menunggu lanzhan mandi ayah" jawab lanzhan membantu istrinya duduk.
"Baiklah, kalian bertiga makanlah. Ayah dan bibi sudah selesai" ujar ayah jiyang beranjak dari kursinya.
"Ayah jangan lupa minum obatnya" ujar wei ying mengingatkan ayahnya.
"Pasti, ayah mau hidup lebih lama karna ingin bermain dengan cucu ayah" ujar ayah jiyang mengelus kepala anaknya.

Setelah kepergian ayah jiyang dan juga bibi sarah, mereka bertiga makan dengan tenang sesekali lanzhan menambahkan lauk untuk istrinya. Yanli merasa muak melihat semua itu tetapi sebisa mungkin menahannya.
"Lanzhan, cobalah ayam ini. Tadi aku yang memasaknya" ujar yanli menyodorkan satu sendok ayam pada piring lanzhan.
"Tidak perlu, aku sudah kenyang" tolak lanzha cepat seolah peka dengan tatapan istrinya.

Yanli yang mendapatkan penolakan berulang kali merasa marah dengan kesal ia meninggalkan ruang makan tanpa berpamitan, wei ying yang melihat tingkah adiknya merasakan perasaan was was.
'Apa yanli memiliki rasa pada lanzhan' batin wei ying terdiam.

"Ada apa sayang? Kenapa berhenti makannya?" Tanya lanzhan melihat istrinya yang terdiam.
"Lanzhan, sepertinya yanli bertingkah aneh" lirih wei ying menatap mata suaminya.
"Adikmu itu memang aneh dari dulu sudahlah jangan di pikirkan" ujar lanzhan menyuapi istrinya.
"Ah ya aku hampir lupa, tunggu disini" ujar lanzhan beranjak dari kursi menuju keluar rumah.

Wei ying terdiam menatap suaminya yang keluar, tidak beberapa lama lanzhan kembali menenteng plastik putih entah berisi apa. Wei ying terus memperhatikan lanzhan yang sibuk menyeduh sesuatu yang berwarna pink itu, kemudian lanzhan menyodorkan gelas berisi cairan pink itu pada istrinya membuat wei ying bingung.
"Apa ini?" Tanya wei ying
"Itu susu ibu hamil, aku membelikannya tadi sewaktu perjalanan pulang. Kata mama itu bagus jadi kubelikan, ayo minum setelah itu kita pergi kekamar untuk istirahat" tutur lanzhan.

Setelah selesai meminum susu yang tadi di sodorkan oleh lanzhan, mereka berdua masuk kedalam kamar untuk istirahat. Lanzhan memeluk pinggang ramping istrinya erat seolah takut kalau di lepas nanti istrinya jatuh kebawah. Lain halnya dengan wei ying yang masih terjaga karna memikirkan prilaku adiknya tadi di meja makan seolah mencari perhatian pada suaminya.
'Mungkin hanya perasaanku saja' batin wei ying memeluk tubuh kekar suaminya kemudian ikut tertidur.

Hari berlalu begitu cepat dan tak terasa usia kandungan wei ying sudah memasuki bulan ke 3, semakin hari perhatian lanzhan pada wei ying semakin besar. Setelah ungkapan sayang di lakukan lanzhan dulu membuat hubungan mereka seakan tak ada jarak sedikitpun, kedua orang tua mereka menatap senang akan kebahagian anak mereka tetapi tidak dengan yanli. Wanita itu masih terus berusaha mendekati lanzhan diam diam. Orang tua lanzhan tidak bisa pulang karna masih merawat neneknya di Itaalia, tetapi tidak jarang pula mama saren menelfon manantunya untuk sekedar melepas rindu dan juga menanyakan perkembangan cucunya.
Wei ying dan lanzhan sering menginap di rumah ayah jiyang untuk menitipkan istrinya disana, apalagi saat ini perusahaan lanzhan berkembang pesat jadi pria itu lumayan sibuk di kantor. Seperti sekarang ini pria itu sudah dua hari berada diluar kota untuk memantau perkembangan cabang perusahaannya yang baru berdiri, nyatanya jauh dari wei ying membuat lanzhan sangat merindukan pemuda hamil itu, maka dengan cepat cepat ia menyelesaikan urusannya di sana agar cepat pulang.

Sementara di kediaman ayah jiyang saat ini wei ying sedang membantu bibi nya membuat kue, sebenarnya pemuda itu sempat di larang oleh bibi sarah tetapi entah kenapa wei ying menjadi sedikit keras kepala hingga memaksa bibinya untuk mengalah.
"Kalau lelah jangan di paksa A'ying, bibi tidak mau di marahi oleh suamimu" ujar bibi sarah menggoda ponakannya.
"Bibi, lanzhan tidak ada di sini jadi aku bebas mau membuat apapun, lagipula A'ying sangat bosan jika terus di suruh duduk" keluh wei ying cemberut, beberapa bulan ini wei ying sangat suka makan jadi tidak aneh jika tubuh pemuda itu sangat berisi dan tampak gemoy. Bahkan pantat pemuda itu semakin semok saja membuat lanzhan senang.

Drttt drttt drttt

Saat tengah sibuk membuat adonan kue ponsel wei ying bergetar tanda panggilan masuk, buru buru wei ying mencuci tangannya dan segera mengangkat panggilan itu yang tak lain adalah lanzhan.
"Sayang" sapa lanzhan lembut saat panggilannya di terima.
"Lanzhan, kenapa menelfon? Apa sesuatu terjadi?" Tanya wei ying khawatir.
"Tidak, aku hanya memberitahumu kalau nanti sore aku pulang" ujar lanzhan di seberang sana.
"Benarkah? Bolehkan aku menitip sesuatu?" Tanya wei ying senang.
"Katakan" saut lanzhan
"Belikan aku rujak buah lanzhan, dan pulanglan dengan selamat" ujar wei ying mengelus perutnya yang sudah buncit.
"Baiklah, apa beby menyusahkanmu?" Tanya lanzhan.
"Tidak sama sekali, dia hanya merindukan papanya" ujar wei ying dengan wajah merona.
"Aku akan segera pulang, jangan melakukan hal yang membuatmu lelah sayang. Aku mencintaimu" ujar lanzhan.
"Aku juga" lirih wei ying
"Juga apa? Katakan dengan jelas kenapa malah berbisik" goda lanzhan
"Mencintaimu" ujar wei ying dengan segera mematikan saluran panggilannya.

Ditempat lain setelah panggilan telfonya di matikan secara sepihak lanzhan terkekeh senang mendapatkan ucapan cinta dari istrinya, memang wei ying jarang sekali mengatakan hal itu di karenakan malu dan belum terbiasa. Lanzhan memahaminya karna itulah yang membuatnya semakin cinta dengan istrinya itu, saat malu malu seperti itu membuat lanzhan menjadi sangat gemas pada wei ying.

CINTA DAN GENGSI (YIZHAN)Where stories live. Discover now