[AURORA VIII] - The Night Ball

10.5K 873 22
                                    

Udara sedang sejuk, dan selalu terasa begitu disini. Tapi entah kenapa aku sudah dapat menebak bahwa Pangeran Aldric akan menanyakan perihal kemarin. Walau begitu, aku malah teringat akan kenangan kami disini.

Hari ini, aku dan Pangeran Aldric memilih untuk berada di sini karena nanti malam Corona Borealis akan mengadakan pesta dansa, semua orang bekerja untuk menyempurnakan acara dan kami -atau bisa di bilang hanya aku- tidak ingin mengganggu.

"Percayakah kau pada duniamu sendiri, Pangeran?"

Ia merenyit, "Tentu saja."

"Seharusnya aku yang tidak percaya. Tapi aku 'harus percaya'." aku menatapnya, "Jadi begitulah aku bisa ada disana, bukan hal yang tidak mungkin kan di duniamu?"

Pangeran Aldric tertawa, "Kau benar. Kali ini aku akan membebaskanmu, tapi suatu saat nanti aku akan mendapatkan jawabannya."

"Apakah kita akan mengundang Orion juga?"

Pangeran Aldric mengangguk, "Ya. Kami memang baru saja berperang, tapi kerajaan kami tidak bermusuhan meskipun kedua bangsa kami bermusuhan."

"Jadi bangsa Malaikat dan Iblis bermusuhan?"

"Tidak." ia menggeleng. "Itu hanya perumpamaan, Lady." ia tersenyum geli.

"Baiklah, aku lelah bertanya akan hal tidak penting. Jadi, apakah di pesta mu adalah pesta topeng?" tanyaku.

Ia mengangguk, "Chailyn sangat menyukai pesta topeng. Tapi mungkin tidak akan ada pesta topeng malam ini, entahlah, hanya ibuku yang tahu." katanya acuh.

"Aku tidak bisa berdansa." cetusku begitu saja.

Pangeran Aldric berdiri dan mengulurkan tangannya kepadaku, "Mau berdansa bersamaku?"

Aku menggeleng, "Aku tidak bisa berdansa." aku menunduk dan menatap tanah di sekitarku lelah.

"Maka dari itu aku akan mengajarimu."

Aku mendongak dan menemukan senyumannya. Pangeran Aldric tampak tidak akan menyerah sebelum aku mematuhi permintaannya, maka dari itu aku menerima uluran tangannya dan berdiri.

Kami menautkan jemari kami, aku menatap jemari kami seraya tersenyum kecil. Itu sangat manis. Lalu kami mulai melangkah, Pangeran Aldric mengajariku agar aku tidak menginjak kakinya ataupun bunga Tulip yang ada tapi tetap seirama dengan gerakannya.

"Tidak buruk." komentarnya.

Aku menunjukkan senyum banggaku, "Tentu saja, aku tidak seburuk itu."

Lalu seperti di takdirkan bahwa aku tidak boleh berbangga ria, aku terkejut karena menginjak bunga Tulip dan aku terjatuh kebelakang, untungnya Pangeran Aldric dengan cepat menahan pinggangku dan aku telah lebih dulu mencengkram bahunya erat sehingga aku tidak jatuh.

Mungkin bahunya akan biru atau tidak sama sekali, dia kan Malaikat. Untuk beberapa saat kami saling bertatapan, ia membuat jarak diantara kami semakin menipis saja.

"Dansa mu buruk." komentarnya.

Aku memukul pundaknya kesal, "Itu juga karenamu!"

Ia tertawa, "Bukankah kau sendiri yang menginjak bunga Tulip itu hingga hampir terjatuh?" ia menaikan sebelah alisnya. Menyebalkan!

"Jangan jadi menyebalkan juga!" ketusku, jangan sampai populasi orang menyebalkan bertambah.

"Baiklah, baiklah." ia tersenyum lagi, aku bahkan tidak bisa menghitung betapa murah senyumnya Pangeran yang satu ini. Tidak seperti yang lainnya, murah seringaian! "Mau melanjutkan dansa kita?"

MIRROR: ReflectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang