20. Belajar Bareng

155 113 23
                                    

⚠️Vote dulu ya🥰

.
.
.

Setelah bersusah-susah Edrea membujuk Abel, akhirnya gadis itu mau ikut belajar bersama dengan berbagai pertimbangan.

Dan disinilah mereka, di sebuah taman di pinggir danau yang sepi, jauh dari hiruk pikuk kendaraan dan bisingnya suara manusia.
(Gambar di mulmed)

"Gue sengaja milih tempat disini, biar otak kita lebih fresh dan kita bisa menyatu dengan alam," seperti itulah kalimat pembuka Arghi ketika mereka baru saja sampai disana.

"Baik puh, sepuh," sahut Kai.
"Tapi disini tempatnya keren sih, Ghi. Adem juga," seru Athaya senang, Arghi hanya mengangguk.

"Eh anj-astaghfirullah kaget!" Ketika menoleh ke samping kanan, Kai dikagetkan dengan Hideki yang memasang tampang datarnya.

"Gue kira penghuni sini," lirihnya. Hideki tak peduli meskipun ia mendengarnya.

Mereka mulai menyiapkan peralatan belajar dan menggelar karpet sebagai alas. Arghi mulai membentang karpet, Abel menyiapkan buku-buku dan Rea menenteng sekantong camilan yang sempat ia beli bersama Abel sebelum kesini.

Hideki sibuk mendirikan papan tulis mini beserta teman-temannya, Kai yang sudah mengatur barang-barang mulai merongoh snack yang dibawa Rea kemudian memakannya. Sedangkan Aryan sedang sibuk memotret kembarannya yang sedang bergaya di pinggir danau. Athaya memang tidak bisa tidak berfoto jika menemukan tempat yang aesthetic sebagai bahan feeds.

"Bukunya udah dibawa semua?" Tanya Arghi ketika melihat Abel merapihkan buku-buku yang dibawanya. Abel menoleh, "Udah nih, sisa dirapihin dikit,
"Gue bantu." Segera saja Arghi membantu sebelum Abel sempat menolak.

Setelah semuanya siap, kini mereka mulai pelajaran dengan Arghi yang menjadi mentor dadakan.

"Lo semua tahu kan besok ujian apa?" Tanya Arghi.

"Matematika sama kimia. Duh anjir bisa pecah kepala gue," keluh Kai.

"Kita mulai belajar mtk dulu, buka buku latihan kalian!" Semuanya menurut, mulai sibuk mempersiapkan materi yang akan dibahas.

"Ya, taro hp lo!" Sergah Arghi ketika melihat Athaya masih asik berfoto. "Ekhem, sorry." Kemudian Athaya menaruh handphone-nya ketika seluruh pasang mata menatapnya.

"Gak usah alay, kek gak pernah pergi ke tempat gini aja," sindir Rea, sedang Athaya menatapnya sinis.

"Back to topic. Kita mulai belajar statistika."

Menit demi menit, jam demi jam, akhirnya materi yang dipaparkan Arghi selesai satu bab. Meskipun mereka agak stress karena pembahasan materi yang begitu berat agak sulit masuk ke otak mungil mereka. Arghi pun ikutan stress karena hanya sebagian kecil dari temannya yang bisa sepenuhnya paham, hanya Hideki yang serius memperhatikan. Tapi tak apa, setidaknya mereka paham walaupun sedikit.

Tak lama ponsel Abel berdering, telepon dengan nomor asing menghubunginya.

"Gue izin angkat telfon dulu," pamitnya. Arghi mengangguk dan Abel berjalan ke tepi danau menjauhi forum.

Tak lama Abel kembali dengan wajah lesunya. Edrea yang peka dengan perubahan raut wajah sahabatnya lantas bertanya, "Muka lo kok jadi kusut. Ada apa?"

"Bokap gue kecelakaan. Jadi korban tabrak lari di Jalan Kancil," ujarnya lirih.

"Hah kok bisa? Terus keadaan Om gimana?"

"Gue gak tahu. Gue pamit duluan," Mata Abel semakin berkaca-kaca, tapi ia tidak ingin menangis di hadapan teman-temannya.

Thief Girl [COMPLETED]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang