33

250 16 3
                                    

"daddy, mau nonton iron man." Rian datang dari dapur membawa kopi untuk ayahnya.

"Ada ngga di netflix?" Tanya Arsen, jari nya bergerak di atas remote tv mencari film yang anaknya inginkan.

Rian menggeleng, "beli disney"

"Aight, come here" Arsen menepuk paha nya.

Rian meletakkan kopi Arsen di meja, memandangi paha Arsen. Ini maksudnya disuruh duduk disitu? "Emang boleh?"

Arsen menarik Rian segera mendudukkannya di pangkuannya. Arsen suka sekali saat Rian duduk di pangkuannya. Arsen mengotak ngatik ponselnya, lalu segera beralih ke tv lagi setelah membeli langganan disney yang anaknya inginkan.

Rian senang melihat film kesukaannya diputar.

"Tadi di sekolah ada yang nakal?" Tanya Arsen basa basi sambil mengendus leher Rian. Rian hanya menggeleng, sudut bibirnya masih terus naik melihat ke arah layar.

"Bagus. Rian kan pinter" Rian mengangguk saja, padahal Arsen ga nyambung. Apa hubungannya pinter sama ga ada yang nakal?

"udah dapet temen baru?" Tanya Arsen, tangannya sibuk mengelus paha dalam Rian yang mengenakan celana pendek.

Rian mengangguk lagi, agak terganggu sebenernya karena film nya selalu di interupsi. "Banyak, terus kenalan sama Adam. Tinggi anaknya suka basket juga"

"Hmmm.. Rian mau ikut ekskul basket?" Arsen meletakkan tangannya di atas gundukkan celana Rian.

"Mau, tapi Rian udah mau ujian, nanti kalo di kampus bisa ekskul basket ga?" Rian mulai bergerak tidak nyaman, merasakan sesuatu mengeras di bawah pantatnya. Anehnya, dia suka dengan sensasi itu. Benda itu terasa semakin membesar. Arsen tersenyum miring melihat ekspresi Rian.

"Of course" Arsen masih diam meletakkan tangannya di atas milik Rian yang mulai membengkak. Rian berusaha fokus menonton, tidak ingin ayah nya tau kalau dia.. ehem.. merasa.. enak?

Padahal itu yang Arsen mau.

Bibir Arsen mulai mencumbui leher Rian, sesekali menghisap kulit lehernya membuat anak nya melenguh. Arsen tersenyum puas, muka Rian merah padam, nafasnya memberat seiring kepunyaannya semakin membesar di genggaman Arsen.

Rian kaget Arsen mengeluarkan milik Rian dari celana pendeknya. Miliknya berkedut di genggaman Arsen. Otak nya menuntun tangannya untuk menghentikan Arsen, tapi tangan Arsen menepisnya. "Nanti sakit kalo dibiarin" Arsen mulai memainkan ibu jari nya di atas lubang kencing Rian.

Rian mulai menyender di dada Arsen, pasrah menikmati sensasi penisnya dimainkan. Arsen mengecup ngecupi bibir Rian gemas. Tangannya mulai mengurut penis Rian perlahan, meloloskan satu desahan tertahan Rian.

Rian menggigit bibirnya, mata nya menatap Arsen sayu dari samping. Tidak tau apa yang harus dikatakan, tapi rasanya enak. Arsen menautkan bibir mereka, melumat bibir Rian dengan lembut, berusaha membuatnya nyaman.
Rian tidak tau apa yang sedang mereka lakukan, apakah ini benar? Memang boleh seperti ini? Tapi dia suka. Rian mulai membiarkan dirinya menikmati senntuhan ayahnya, membalas ciuman lembut Arsen sesekali menyesap bibirnya.

Arsen melepaskan tautannya "suka, sayang?" Bisiknya di belakang telinga Rian. Rian bisa merasakan hembusan nafas hangat Arsen, membuat badannya semakin panas. Apakah dia sengaja?

Rian menyenderkan badannya agak mendongak menikmati sensasi kepunyaannya diurut pelan, dia sudah tidak fokus menonton lagi sekarang. Rian sesekali melirik penisnya yang sedang dimainkan, sesekali dipijat dan dikocok pelan. Rian menggiggit bibirnya "hngh-"

Mata Rian membulat merasakan penisnya dicengkram membuat mulutnya terbuka "Ahh.. Hmngh" Desahannya langsung tertahan begitu Arsen memasukkan 3 jari nya ke mulut Rian, dia tersenyum puas. Pipi Rian menghangat, badannya semakin panas dan dia tidak ingin hal ini berhenti. Dia ingin.. Lebih.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 27 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

keep quite 21+Where stories live. Discover now