Aykaren 28

130 7 0
                                    

Sudah genap dua bulan Ayka terlelap selamat itu pula Pandu bolak-balik rumah sakit juga tak henti membawakan bunga mawar putih untuk wanitanya,kelopak mata itu sungguh enggan untuk melihat dunia lagi.

"Apakah tetap akan di pertahankan?." Pandu mengangguk yakin dengan pertanyaan Kalf.ini sudah pertanyaan yang kesekian kalinya.

"Pandu akan memaksa jika itu bisa,Daddy." Tegasnya,tak ada sedikitpun ia pupus harapan.

"Baiklah,Daddy hany_."

"P-pandu,da-darah,Nak." Ankie lemas melihat baju pasien yang Ayka kenakkan di penuhi darah sekitar celananya.

Pandu bangkit dengan cepat,Kalf? Ia menghubungi Paira dan Azzah.Pandu begitu lemas melihat darah itu,bibirnya pucat,suami mana yang tak terluka melihat istrinya dibanjiri darah.

"S-sayang." Air matanya membasahi dahi Ayka,tangannya bergetar menyentuh si kembar yang masih di sana.sekarang kehamilan itu berusia ± 3 bulan.

BRAKK.
Paira dan Azzah.membuka pintu itu dengan kasar,tanpa aba-aba mereka menyuruh semuanya menyingkir termasuk laki-laki lemah yang sudah tak sanggup menopang tubuhnya sendiri.tubuh Pandu ambruk untung Kalf siap menyanggahnya,Ankie sudah keluar dengan linangan air mata.

"I-istri Pandu,Daddy." Tubuh itu berontak di pelukkan Kalf,isakkan tangis nya membuat Kalf ikut meneteskan air mata.

"Kita keluar dulu." Pandu menggeleng lemah,tubuh lemah itu terus berontak.

Sementara Azzah dan Paira sibuk dengan peralatan sebanyak itu,muka mereka tampak cemas tak ada lagi senyum di wajah mereka membuat hati Pandu meronta.

Khenan yang baru saja datang hendak menjenguk nona mudanya itu,di kagetkan dengan kondisi kacau seperti ini.

"Tolong,Khenan." Kalf kwalahan memegang tubuh putranya yang terus berontak,Khenan menyeret Pandu keluar.

"Ma'af,tuan muda.kondisi nona Aykaren semakin memburuk,kami butuh yang lain,tolong tetap diluar." Cemas Azzah,perawat yang lainnya masuk.pintu itu tertutup,sungguh sesak.

"M-mom." Pandu memeluk Ankie yang tengah duduk,Pandu duduk di lantai rumah sakit kepala nya ada di paha Ankie,air mata nya sudah hampir tiada.

"L-lelah hiks,Mom." Hancur,hati Ankie sakit mendengar keluh itu,tiada air mata yang tak turun disana,bahkan Khenan pun ikut meneteskan air mata.

"Tubuh ini juga lelah Mom,Pandu juga s-sakit Mommy,sekarang istri hiks Pandu sedang berjuang Momm." Ankie menghapus air mata hero kecilnya,keadaan Pandu berantakkan,bahkan ingusnya pun sudah tak ia pedulikan.

"Ayka kuat,ia pasti kembali pada tubuh ini." Ankie memeluk putranya,putra yang ia besarkan tanpa kurang kasih dan sayang.

"B-benerkah?." Ankie mengangguk,Pandu menatap ke arah Daddynya,Klaf pun mengangguk yakin dan tersenyum lalu berpindah ke arah Khenan.

"Nona muda cantik itu,tak akan membiarkan suami setampan ini di miliki oleh siapapun,ia akan memilihmu dan kembali padamu,percayalah." Semangat Khenan,Pandu tersenyum,senyum itu luka bagi Ankie dan Kalf.

"Senyum mu begitu mengiris hati Mommy,Nak." Batin Ankie.

Sudah dua jam,lamanya.Pandu tak henti memainkan tasbih itu,semua yang ada disana berdzikir tiada henti.Pandu masih memeluk Ankie.bibirnya bergumam nama Allah.

Ceklek.

Paira keluar,keringat membanjiri pelipis dokter itu.Paira tak tahu harus menerangkan seperti apa agar tuan mudanya itu tak merasakan sesak.tatapan mata Pandu membuat hati mereka sakit,mata itu berharap jika wanita yang berjuang disana tak apa-apa.

Duka Rakit Kecil.Where stories live. Discover now