Episode 26: Urusan dengan organisasi besar

68 16 9
                                    

Pegang. Tolong telfon seseorang. Namanya Harry, ada di riwayat panggilan." Pria itu susah payah menyerahkan ponsel jadul miliknya. Aku menyalakan ponsel seukuran kotak rokok, mencari nomer yang dia maksud. Harry.. Harry..

"Tidak ada!" teriakku supaya dia mendengar. Dengan kecepatan motor yang tinggi, mustahil dia mendengarku jika bersuara pelan.

"Cari yang benar!"

Aku mengaduh. "Sudah ku cari berulang kali!" aku juga berusaha memainkan ponsel dalam keadaan seperti ini. Aku mempertahankan benda seukuran tanganku itu agar tidak tergelincir ke jalan.

Ia diam berpikir. "Astaga..!" Ia mengumpat, teringat. Aku melihat dari spion wajahnya yang kesal. "Ponselku tertukar!"

Jadi bagaimana?

"Tolong cari namaku dalan riwayat panggilan. Semoga pemilik aslinya menyimpan nomerku disana." Aku mengangguk patuh. Susah payah mencari kontak dengan nama pria itu.

Dimana Ram? Tidak ada. Ini sebenaenya ponsel siapa?

"Tidak ada."

Ia tak menjawab, asik memikirkan langkah selanjutnya. Bagaimanapun dia harus menelfon rekan polisinya sebelum anggota CH mengejar.

Pandanganku menatap jalan, melirik kearah spion. Lampu mobil dibelakang kami terus bersinar menyilaukan mata, mendekat, menambah kecepatan.

Aku menoleh kebelakang. Melotot. "Itu mereka. Awas!"

DOR!

"Woww.." motor kami oleng. Aku memperkuat cengkraman, motor berjalan semakin cepat. Mobil itu terus mengekori kami yang mencoba kabur, menyalip-nyalip kendaraan lain.

Siapapun anggota CH yang mengendari mobil itu pasti sudah gila. Ia nyaris mati, mobilnya hendak tertabrak truk ketika melanggar lampu merah. Bahkan dia menabrak mobil-mobil yang sedang menepi di tepi jalan.

Ram membelokkan stir. Menukik cepat, pindah jalur keatas trotoar. Para pejalan kaki terteriak kaget, menyingkir. Bruk!

"Hey, beraninya kau!" Kami menabrak seorang pedagang kaki lima, pria tua itu berseru-seru sementara kami hanya bisa meminta maaf dalam hati. Masalahnya mobil yang mengejar kami jadi bertambah tiga.

"Bagaimana caranya kita menjauh dari mereka?!" tanyaku mulai lelah, tambah kesal.

Motor menukik tajam, masuk ke gang menuju perkomplekan. Jalan masih cukup untuk mobil, kawasan komplek sepi tapi kami dapat leluasa pergi walau mobil iu masih mengejar. Motor sempoyongan melewati jalan rusak sampai tiba diperkampungan, memasuki gang seukuran pemotor.

Kedua mobil itu praktis berhenti. Para pengemudi keluar dari mobil, mengumpat. Tiga diantara mereka menyusul dengan berlari. Sisanya menelfon bantuan.

Mobil kami meliuk-liuk dijalanan kecil. Beberapa bapak-bapak yang sedang berjaga di pos sedang bermain catur memekik kaget saat motor kami melewati mereka dengan kecepatan tinggi, menciptakan angin yang besar.

"Nona, gaunmu masih bagus?"

Keningku mengerut. Kenapa dia tiba-tiba bertanya begitu. "Ada apa memangnya?"

"Yes or not?"

Aku ragu-ragu, melirik penampakan gaunku. "Maybe.. yeah,"

"Nice."

Motor kami sudah keluar dari perkampungan sejak tadi, terakhir yang ku ingat Ram nyaris saja merusak besi jemuran anak kost disebuah kontrakan bertingkat.

Untuk sementara waktu kami aman. Tidak ada kendaraan apapun yang mengejar. Kami bahkan kembali masuk ke kawasan gedung-gedung tinggi pusat kota. Tujuannya ditentukan Ram, sebagai ketua tim.

The Between Us (1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang