6th 'Sendiri

1.7K 189 3
                                    

"Mamaa!" Tofu berteriak, melihat sekeliling tapi tak ada seorang pun yang menghampirinya. Tumben, biasanya dia bersenandung saja sudah mengundang kehadiran seseorang.

Tofu terus berjalan melewati ruang kumpul yang teramat luas itu. Sepasang iris hazelnya menyisir ke arah sofa raksasa berjejer. Masih, tak ada satupun orang di sana. Bahkan tak ada pelayan ataupun bodyguard yang berjaga.

"Ain nyi nyi? Napa nda yang Pu? (Main petak umpet? Kenapa tidak bilang-bilang Tofu?)" gumam si kecil heran.

Tofu menghampiri sebuah vas besar yang sudah pecah berserakan. Anak itu tanpa tau bahaya tetap melangkah untuk melihat-lihat. Beruntung, kaki mungilnya terbalut sleepsuit beruang yang tebal, sehingga pecahan keramik itu tidak sampai melukainya.

Tofu bingung, dirinya tadi bangun tidur sudah tinggal seorang diri. Sempat menangis beberapa saat tapi berhenti karena tak ada yang menghiraukannya. Penasaran, si kecil kemudian keluar kamar dan berkeliling di lantai atas hingga akhirnya turun ke lantai paling bawah dengan melewati anak tangga. Tapi tetap saja, tak ada satu orang pun yang ia temui. Takut? Iya. Tofu ketakutan namun tak sanggup menitikkan air mata.

"H-hikss.. mamaaa..."

Lihat, air mata akhirnya luruh juga. Tofu memang mengira mereka bermain petak umpet. Tapi kondisi mansion yang berantakan serta begitu sepi membuatnya takut. Hey, Tofu itu tidak pernah ditinggalkan sendiri kecuali dalam keadaan tidur lelap.

"Mama na Pu yah nda mau ain.. hikss.. (Mama, Tofu menyerah tidak mau main..)" Saking takutnya, anak itu tidak lagi berusaha mencari. Tofu pergi ke arah sofa dan duduk di lantai. Bahkan ia tak punya tenaga untuk sekedar berusaha naik ke atas sofa.

Terhitung sudah tiga jam sejak Tofu bangun. Si kecil memakan banyak waktu untuk berkeliling mansion dan menuruni anak tangga satu per satu. Terlebih dalam keadaan perut yang kosong, membuat makhluk mungil kesayangan keluarga mafia ini lemas tak berdaya.

"Pu pay na.. hiks... (Tofu lapar..)"

(⁠ ⁠◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)⁠♡

"Haisa! Bagaimana keadaanmu?" Diagra memegang kedua sisi pipi sang istri, memastikan tak ada luka yang menggores wajah cantik itu.

Mendapat gelengan tanda baik-baik saja sebagai jawaban, Diagra langsung beralih ke arah Shuji untuk membantu pria itu menangani puluhan pasukan Afeltra. Bermodalkan Desert Eagle di tangan kanan dan sebilah samurai di tangan kirinya, Diagra menggila dengan membantai total 30 orang dalam lima belas menit.

Yah, tidak heran karena ia melatih skill membunuh itu sejak kecil.

"Kak, kau pergi lindungi oma dan ibu saja."

Mendengar perintah Shuji, Diagra hanya mengangguk. Jujur, ia tak dapat tenang apalagi memikirkan strategi sebab meninggalkan si bungsu seorang diri di mansion. Ingin menyusul pun malah beresiko. Afeltra benar-benar mengepung mereka dari segala sisi. Beruntung mereka sempat menggiring pertarungan itu ke hutan di bagian barat. Setidaknya Mansion akan aman.

Iya 'kan?

Guna mengurangi resiko dicurigai, Haisa dan para wanita turut serta meninggalkan mansion, membuat skenario seakan-akan mereka berusaha kabur dari bangunan megah itu. Bahkan Tofu ditinggalkan dengan pintu kamar terbuka supaya Afeltra berpikir bahwa mansion itu tak lagi menyimpan sesuatu yang berharga.

Begitu pula dengan pelayan dan bodyguard. Tak ada yang boleh tetap di mansion karena semua nama mereka sudah didata dengan jelas oleh Afeltra.

Yah, setidaknya rencana itu sempat diketahui duluan oleh Hounuga dua jam sebelum penyerangan terjadi. Seandainya Hounuga terlambat mengetahuinya, bisa dipastikan kalau si kecil memiliki lebih besar peluang akan celaka.

Tofu's Life Story [Dozoura Fam]Where stories live. Discover now