1: TANGKAP

43.8K 644 27
                                    

"Mmphh!!" teriak Are saat dia didudukkan di kursi. Tangannya lalu diikat ke belakang dengan kuat. Dia meronta-ronta dengan kuat di kursi itu tapi ditahan oleh penjaga agar dia tidak terjatuh.

Are kemudian mendengar langkah sepatu mengarah kepadanya.

"Halo, lama gak ketemu" ucap seseorang yang sepertinya berada di depannya sekarang.

"Hmmpphhh!!" teriak Are kencang yang sebenarnya mengatakan 'Lepasin gue! Lo siapa?!'. Dia pun semakin kencang menggerak-gerakkan kakinya, yang lalu ditahan oleh orang tersebut.

"Hei, hei, ga boleh ribut kalo ada gue" ucap orang itu lagi.

"Buka" perintah orang tersebut. Penjaga yang berada di belakang Are pun membuka ikatan penutup kepala Are lalu membukanya. Terlihatlah orang bertubuh bongsor memakai stelan jas di depan Are.

"Masih ingat gue?" tanya orang itu. Are menggeleng, dia bahkan tidak tahu siapa orang di depannya ini.

"Ooh, udah lupa?" orang itu menatap penjaga di belakang Are lalu mengangkat dagunya.

BUGH

BUGH

BUGH

Tiga pukulan cukup kuat mendarat di perut Are.

"Masih lupa?" tanya orang itu lagi. Are hanya terdiam, perutnya terasa sakit habis dipukul tadi. Orang itu pun membuka kain penutup mulut Are.

"Lo masih ingat kan?" tanya orang itu lagi.

"Om siapa sih? Main pukul-pukul aja. Saya gatau om siapa!"

"Om?"

"Kenapa!? Ga suka dipanggil om?!"

"Hey, gue masih muda. Dan lo amnesia apa gimana sih?"

"Ngga, gue baik-baik aja, om salah tangkap kali"

"Salah tangkap? Hei, gue inget jelas bentuk badan dan muka lo itu kayak mana. Jangan ngeremehin gue!"

"Om nyari Ezi atau Are? Kita ini kembar"

"Lah, lo kembarannya Ezi?"

"Iya, gue Fahreza, dia Fahrezi"

"Sialan, lo beneran kembarannya Ezi? Kenapa gue bisa gatau"

Orang itu lalu menarik baju dengan paksa membuat hampir semua kancing bajunya terlepas dan terlihatlah puting Are yang kecil dan berwarna merah muda dengan pusar kecil di bawahnya. Orang itu terdiam.

"Ezi punya tanda lahir di perutnya, dan lo gak punya. Sialan. Berarti lo bukan Ezi"

"Iya om, kan udah gue bilang dari tadi"

"JANGAN PANGGIL GUE OM! UMUR GUE MASIH 25 TAHUN!"

"Eh, iya, iya, ampun bang"

"PANGGIL GUE TUAN"

"Tuan? Emang lo pangeran?"

"Oh, lo gatau gue siapa kan? Biar gue kasi tau"

Pria itu menarik paksa tangan Are yang sudah dilepas ikatannya dan membawanya ke ruang judi.

"Ini anak buah gue. Lo tau kan mereka lagi ngapain?"

Dia lalu menarik Are ke depannya lalu menggendongnya.

"Lepasin gue! Mana Ezi!?"

"Hm? Perasaan lo deh yang tau dimana, iya kan?"

"Ngga! Gue gatau! Dia bilang dia mau ke luar negeri! Lo siapa sih!?"

Orang itu terkekeh sarkas, sambil berjalan membawa Are ke kamarnya.

"Jadi, kembaran lo itu udah nipu gue. Lo tau dia nipu berapa?"

"Berapa? Nanti gue yang bayar!"

"Gue tau lo punya uang banyak, tapi pasti lo ga bakal sanggup"

"Emang berapa?"

"12 miliar" Are tercengang.

"Ga sanggup kan?"

"Gue sanggup! Kasi gue waktu 1 minggu!"

"Ga bisa. Lo udah disini, dan lo ga boleh keluar dari sini. Kalaupun boleh, pasti lo ga bisa. Lo disini sampai utangnya Ezi kelar"

"Lah, dia kok boleh dikasi waktu?!"

"Dia ga bayar. Dan lo disini sebagai sandera, sekaligus lunasin utangnya Ezi, dengan matuhin semua apa yang gue bilang"

"Apa!? Enggak, enggak! Gue gak mau! Lepasin gue!"

"Lo harus mau, kalo enggak kembaran lo yang kena imbas"

Orang itu membawa Are ke sebuah ruangan, yang Are yakin adalah kamarnya.

"Lo pelacur kan? Berarti harusnya lo udah tau main"

Orang itu membanting tubuh kecil Are ke kasur. Dia pun mengukung tubuh Are dengan satu kakinya mengarah ke selangkangan Are lalu mengelus kejantanan Are dengan lututnya.

"NGGAK! GUE GA MAU!" Are mendorong tubuh pria itu, tapi tubuhnya sama sekali tidak bergerak, pria itu tersenyum.

"Lo lucu deh, pantas uang lo banyak" pria itu terkekeh.

"Oh iya, kenalin nama gue Leon. Gue adalah ketua mafia penerus punya bapak gue. Umur gue 25 tahun, dan gue suka cowok. Apalagi yang kayak lo" Leon tersenyum lalu membuka baju Are yang sudah terlepas kancingnya. Leon merasa lututnya merasakan sesuatu, lalu dia melihat ke bawahnya, dan terkekeh kecil.

"Udah ngaceng aja" ucap Leon membuat pipi Are memerah. Dia lalu memborgol tangan Are ke atas tanpa halangan karena Are tidak bisa melawan.

"Bentar ya, gue ambilin hadiah buat lo" Leon turun dari kasur lalu keluar dari kamarnya. Are ingin keluar, tapi baru ingat bahwa tangannya baru saja diborgol. Leon masuk dengan membawa timun segar, yang kelihatan jelas berasal dari kulkas.

Are bingung.

Leon lalu mengangkat kaki Are dan langsung memasukkan timun dingin itu ke dalam lubang Are.

"AAHHH!" Are mendesah kaget sekaligus keenakan. Timun itu masuk setengah ke dalam lubangnya. Sensasi dingin di dalam lubangnya menjalar ke seluruh tubuh Are.

Are menggigit bibir bawahnya dan menutup matanya rapat, Leon tersenyum miring lalu pergi mengambil vibrator yang ada di lacinya. Dia lalu menyalakan vibrator itu dan memegangnya sambil menempelkannya ke timun yang ada di lubang Are. Are mendesah keenakan, rasanya sangat nikmat.

Tangan Leon yang satunya mengocok penis Are. Merasa Are akan keluar, Leon melepas tangannya dari penis Are dan melepas vibratornya dari timun di lubang Are. Are mengernyitkan dahinya kecewa karena tidak dibiarkan keluar.

"Lanjutin anjir!" ujar Are kesal. Leon tertawa kecil, lalu kembali menempelkan vibrator ke timun di lubang Are. Are kembali mendesah nikmat, Leon kembali mengocok penis Are dengan cepat. Kali ini Leon membiarkan Are mengeluarkan spermanya.

Are mencapai batasnya, dia menyemburkan spermanya ke wajah dan dadanya sendiri. Are mendesah panjang, Leon pun mengeluarkan timun tersebut dari lubang Are dengan cepat membuat Are kembali mendesah.

Leon menatap lubang Are yang sudah lumayan lebar karena timunnya yang besar. Leon kembali tersenyum miring, ia lalu memasukkan dildo vibrator besar ke dalam lubang Are. Leon pun menyalakan vibratornya lalu menjepit kedua nipple Are dengan nipple clamp.

"A-ah....ah! h-hey....ngh...ha...lepas..." Ucap Are di sela-sela desahannya. Leon kembali mengukungnya, lalu menjilat serta menggigit leher Are sambil menghisapnya. Setelah cukup membuat banyak tanda merah keunguan di leher Are, Leon meninggalkannya entah kemana.

"Ha..ah...hey-ah....lo m-mau kemana!? L-lepas....ah...lepas dulu! Ah..."

Are hanya bisa melihat Leon pergi sambil terus mendesah.

***

SALAH TANGKAP [BL - BDSM] 🔞Where stories live. Discover now