25. CINTA PERTAMA DAN TERAKHIR

129 7 0
                                    

Setelah pulang sekolah, Albara dan Aleanora menyempatkan mampir ke penjual bakso favorit mereka, yaitu bakso mang Ipin. Bakso ini awalnya adalah favorit Aleanora sendiri, tapi setelah pacaran, Aleanora mengajak Albara membeli bakso ini, sehingga bakso ini menjadi bakso favorit Albara juga.

"Nuhunya tos mampir ka bakso mang Ipin," ujar mang Ipin sambil menyodorkan bakso pesanan Aleanora dan Albara. "Ku emang di doakeun cing jodoh nepi ka pelaminan."

"Aamiin, nuhun doa na mang," balas Aleanora dan Albara bersama, sambil tertawa kecil karena doa mang Ipin tersebut. "Mang Ipin pamitnya!"

"Nya mang!"

"Lucu ya doa mang Ipin," celetuk Albara setelah mang Ipin pergi. "Iya, dia mau kita nikah, haha," balas Aleanora tertawa kecil.

"Tapi kita emang mau nikah, kan?"

Albara hanya tersenyum tipis membalas itu. Menikah bersama Aleanora? Itu adalah harapan Aleanora dan Albara, tapi, apakah bisa? Bukankah itu adalah harapan yang kemungkinan kecil terjadinya?

"Menikah bersama lo adalah harapan paling besar dalam hidup gue, Ra. Semoga bisa menikah bersama lo," kata Albara akhirnya membuka suara.

"Lalu, gue dan lo menyanyikan lagu cinta terakhir bersama." Albara tersenyum membayangkan betapa indahnya jika Albara dan Aleanora menikah bersama.

Aleanora tersenyum. "Kenapa lagu cinta terakhir?" tanya Aleanora.

"Karena lo cinta pertama dan terakhir gue, Nora," jawab Albara mampu membuat pipi Aleanora merah merona. Jujur jawaban Albara membuat Aleanora salting.

"Aku cinta pertama dan terakhir kamu, Al?" tanya Aleanora tidak percaya. "Ya, lo cinta pertama dan terakhir gue, Ra. Lo perempuan paling beruntung yang menjadi cinta pertama dan terakhir gue."

Aleanora sudah tidak bisa berkata-kata lagi, untuk melanjutkan makannya rasanya tidak bisa, karena ia benar-benar salting.

"I love you, Albara."

"I love you more, Nora."

Tanpa mereka sadari, banyak pasang mata menatap ke mereka, salah satunya Varga yang kebetulan sedang membeli bakso juga. Varga hanya tersenyum melihat kemesraan Aleanora dan Albara.

"Bahagia selalu bersama pilihan mu itu, Aleanora..."
batin Varga menatap Aleanora, sebelum akhirnya memilih pulang, untungnya pesanannya juga sudah selesai.

Albara tersenyum miring saat melihat kepergian Varga. Lalu, mata Albara kembali beralih pada Aleanora. "Ra, jangan khianati gue, ya?" celetuk Albara tiba-tiba membuat Aleanora terdiam membeku.

"Kata siapa?"

"Bagus, janji lo jangan khianati gue," ujar Albara mengusap rambut Aleanora dengan lembut.

"Kita harus abadi, ya?" Albara terdiam tidak bisa menjawab pertanyaan Aleanora. Abadi? Bukanya di dunia ini tidak ada yang abadi, kan?

"Abadi? Ingat, Ra, semua yang ada di dunia ini tidak ada yang abadi, semuanya punya masa tersendiri. Termasuk kita, kita pasti akan ada masanya habis."

BANDUNG DAN KISAH KITA Where stories live. Discover now