Bagian 8

19 1 0
                                    

"Eh?" sebuah tangan mencolek telinga kiri Yaya.

"Kaget gua Zan" ternyata itu ulah Irzan, teman lama Yaya yang juga adik Regen

"Hehehe, Sorry baru muncul, gua baru balik abis pergi sama Nadhira" ucap Irzan

Kaget mendengarnya, Yaya lantas bertanya

"Lo masih pacaran sama dia tah?"

"Masih lah. Flight jam berapa tadi?" jawab Irzan yang kemudian kembali bertanya

"Pagi jam 7, tapi sempet delay, makanya baru sampe sini jam 1"

"dijemput sama kakak lu" lanjut Yaya

"Iya, tau. Sorry juga gabisa ikut jemput"

"Ayo-ayo duduk jangan berdiri aja, Nenek sudah nunggu daritadi" ucap Nenek Sri kepada kami.

Yaya lantas menempatkan diri di sebelah Oma nya dan juga di seberang Regen.

Didepan mereka sudah terhampar beragam jenis makanan yang terlihat sangat enak. Mulai dari ayam goreng, cumi goreng tepung, udang asam manis, dan masih banyak lagi. Tapi Yaya heran, kenapa tidak ada kue ulang tahun, padahal kan katanya hari ini ulang tahun Regen?

Tak lama kemudian, suara Kakek Hartono terdengar menyapa Opa dan Oma kemudian beliau menyapa Yaya

"Ini Yasmin kan? Sudah berapa tahun Kakek nggak lihat kamu, udah besar kamu ya. Cantik sekali" puji Kakek Hartono yang membuat Yaya agak tersanjung. Yaya segera menyalaminya dan tersenyum.

Tanpa sengaja ekor mata Yaya melihat Regen yang juga tersenyum mendengar perkataan Kakeknya. Hal tersebut kemudian dijadikan bahan candaan oleh Kakeknya sendiri.

"Iya Gen? Cantik to Yasmin?"

Regen menjawab "Iya" sambil menunduk, dia tak lagi tersenyum seperti tadi. Sangat lucu. Irzan sedari tadi hanya diam dan memperhatikan sekitar, seolah sedang mencerna apa yang terjadi.

Selanjutnya Nenek Sri mempersilahkan mereka semua makan. Yaya mencicipi makanan tersebut satu persatu. Benar rupanya, rasanya sangat enak. Tak disangka Nenek Sri pandai memasak.

"Suka ya Mba Yasmin?" ucap Nenek Sri sumringah ketika melihat Yaya sangat menikmati udang asam manis buatannya.

Yaya menangguk sembari terus mengunyah.

"Sama kayak Irzan, doyan banget sama udang. Kalo Mas Regennya malah gabisa makan udang, alergi. Jadi harus selalu sedia ayam" ucap Nenek Sri.

Ternyata Regen sama seperti Gibran, sama-sama alergi seafood. Kasihan sekali mereka tidak bisa menikmati makanan se enak ini.

Seusai mereka makan malam, kini Nenek Sri dan Kakek Hartono mengajak ke ruang keluarga untuk mengobrol. Kemudian Oma Martha berkata

"Eh iya, selamat ulang tahun ya Mas Regen. Oma lupa harusnya tadi bawa kue biar mas Regen tiup lilin"

"Ah, sudah kutawari kue tapi dia ndak mau. Malu kata nya sudah dewasa masih tiup lilin" sambung Nenek Sri. Hal itu sontak mengundang tawa mereka

"Berapa umurmu sekarang?" tanya Opa

"26, Opa" jawab Regen sopan

"Wah sudah matang, sudah cukup umur untuk nikah" timpal Opa

"Iya sih, Opa, tapi masih jomblo aja tuh dia, kasian" ejek Irzan yang sudah punya pacar itu

"Emang iya Mas Regen?" tanya Oma sembari melirikku jahil

"Iya Oma. Saya juga kan kerja nya sering pindah-pindah, agak susah"

"Jadi maunya nikah saja gitu? Biar kalau sudah punya istri, istrinya bisa dibawa-bawa? Iya?" tanya Kakek Hartono

Regen tersenyum "tapi ya kalau istrinya ndak keberatan ikut saya pindah-pindah" jawab Regen

"Enggak lah, nggak keberatan kan Ya?" tanya Oma yang kemudian membuat Yaya reflek menanggapi dengan anggukan.

ANGGUKAN?!

Astaga! Bukannya mikir malah main ngangguk aja!

Menyadari itu Yaya langsung terdiam, sedangkan para nenek dan kakek sepertinya puas sekali menggoda mereka malam ini.

Jogja dan CeritanyaOù les histoires vivent. Découvrez maintenant