Antara Dua Pria.

61 2 0
                                    

"Fan, Mas menyimpan rasa sama Kamu."

Tangan Fanya berhenti mengaduk sayur yang baru saja dituangi santan lantas dimatikan kompor, tiba-tiba tulangnya seperti menghilang lemas tak berdaya.

Beruntungnya, di depan kompor ada kursi panjang yang bisa ia duduki saat memasak sedangkan Aris duduk di kursi meja makan tidak jauh dari situ.

"Sejak Kamu memakai kerudung itu, rasa Mas berubah. Rasa sayang dulu sebagai abang hilang digantikan rasa sayang ingin memiliki."

Fanya masih membeku tubuhnya kaku, abangnya yang dulu selalu memanjakannya sekarang menyatakan cinta.

Cinta yang dipendam sedari dulu kini sudah tidak lagi bertepuk sebelah tangan.

"Fan, Mas ingin menikahimu," akhirnya kata yang sudah lama terangkai kini keluar juga.

Fanya langsung memalingkan muka ke arah Aris tidak percaya mendengar abangnya berbicara demikian.

"Serius Fan, Mas ingin menikahimu!."

Aris berjalan mendekati semakin ia salah tingkah apalagi kini si kakak sudah duduk di samping menghadap ke arahnya.

Hendak pergi dari situasi canggung ini tapi sudah keburu keburu, tidak sopan rasanya jika ia langsung menghindar "Mas, ngomong apa? Kita ini adik kakak, Mas!."

Ingin teriak menyuruh pergi tapi pria ini kakaknya sendiri tidak mungkin akan macam-macam tapi perasaan ini sungguh tidak nyaman.

"Kenapa, Fan? Kita bukan saudara kandung, Kita boleh menikah! Kamu mau ya, menikah dengan Mas?," Tanyanya lagi tanpa basa basi.

Tangan hendak disentuh langsung ditarik mundur memekik tertahan "Mas...!."

"E... Anu, Fanya minta waktu memikirkan."

Dia cepat-cepat kabur memasuki kamar sesudah menutup sayur yang belum matang lantas dikunci pintu dari dalam sebelum kakak lelakinya mengejar.

Fanya bergidik ngeri kedua tangan terus dikepat-kepatkan. Kenapa rasanya geli aneh, bukankah dulu ini yang diinginkan?.

Kulit tangan yang barusan tersentuh dihapus kasar bekali-kali "Mas Aris..,!," teriaknya jengkel.

Aris menunduk takut cintanya ditolak dan berakhir patah hati tapi memaklumi pasti adiknya syok atas semua ini.

Dia memutuskan pulang untuk membiarkan adiknya memikirkan matang-matang ajakannya.

Siangnya, pak Darmawan pulang main dari rumah teman kerja beliau di sawah mendapati anak gadisnya mengurung diri di dalam kamar, ditataplah pintu kamar tersebut terheran-heran "kenapa anak itu?."

Ditinggalkan anak gadisnya sendiri, beliau berjalan ke belakang untuk membuat kopi mendapati dapur yang masih agak berantakan bekas memasak Fanya tadi pagi.

Perut yang sudah bunyi mengambil piring untuk diisi nasi, dadar jagung serta sayur santan kentang yang masih tergeletak di dalam panci.

Satu suapan besar susah beliau telan rasa yang terasa aneh seperti...

Mungkin beliau yang salah, disendok kuah sayur dan benar rasanya tidak ke kanan tidak ke kiri, sangat abstrak.

Jodoh Pengganti END ✅Where stories live. Discover now