4. Kau Bersaksi, Alam Menyaksikan

10 7 0
                                    

Di tengah kesibukan Sora yang sedang mengajar adik-adiknya, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Awalnya Sora ingin berdiri membuka pintu, tetapi Bu Halimah telah lebih dulu bergerak dan menyuruh Sora untuk tetap di tempatnya.

Wanita itu cukup terkejut ketika membuka pintu. Seorang laki-laki jakung dengan pakaian kasual berdiri di depan pintu, tampaknya masih muda. Jangan katakan laki-laki itu ingin membuang anaknya di panti asuhan, wajah laki-laki itu terlalu muda dan polos untuk melakukan hal yang tidak seharusnya.

Sebelum Halimah berbicara, laki-laki itu lebih dulu mengatakan maksud kedatangannya. "Permisi, Bu. Apa benar ada perempuan atas nama Sora di sini?"

Perempuan yang merasa namanya dipanggil itu menoleh. Posisinya yang membelakangi pintu membuatnya tak menyadari kedatangan Nalen sampai ketika namanya disebut.

Tentu saja Sora panik. Selama ini, mereka berdua tak pernah saling tahu tempat tinggal masing-masing. Alasan mereka selalu pergi-pulang bersama karena halte tempat mereka pergi-pulang juga sama. Setelah dari halte mereka akan berpencar ke rumah masing-masing.

Gadis itu buru-buru berdiri dan memperbaiki pakaiannya agar sedikit lebih rapi. Seketika pandangan Nalen terarah ke Sora, begitu juga dengan Halimah yang menoleh sesaat lalu kembali menatap Nalen.

"Benar. Sepertinya kamu temannya Sora, ya," tebak Bu Halimah dan diangguki oleh Nalen.

"Kalau begitu duduk dulu di dal-"

"Biar di luar aja, Bu. Adik-adik lagi belajar, takutnya ngeganggu kalau Sora ngobrol di dalam," sela Sora.

Bu Halimah menyetujuinya begitu saja. Tanpa berlama-lama, Sora mengajak Nalen untuk duduk di teras, tak lupa Sora menutup pintu agar suaranya tak terlalu terdengar hingga ke dalam.

"Kenapa kamu datang malam malam?" tanya Sora dengan sedikit berbisik.

"Salah, ya?" Nalen balik bertanya.

"Kamu tau dari mana tempat tinggalku di sini?" Tanpa menjawab pertanyaan Nalen, Sora bertanya lagi.

Laki-laki itu tak menjawab. Perasaan Sora tercampur aduk dibuatnya. Selama ini Sora sudah menyembunyikan tempat ini, tapi Nalen berhasil menemukannya entah darimana.

Sora kesal bukan karena ia takut Nalen tak menerimanya sebagai anak panti asuhan, justru sejak awal Nalen tahu kondisi Sora dan tak pernah mempermasalahkannya. Hanya saja Sora malu, di umurnya yang segini, ia harus menumpang dan tidak bisa menghidupi dirinya sendiri. Ia juga takut tentang opini Bu Halimah setelah apa yang terjadi kemarin.

"Aku ganti pertanyaan, sejak kapan kamu tahu aku tinggal di sini?"

Lagi-lagi Nalen bergeming. Bukan tidak tahu jawabannya, tapi tidak tahu harus menjawab bagaimana.

"Kak ...," tegur Sora.

Nalen masih kekeh untuk tidak menjawab. Ia tahu persis jawaban seharusnya. Namun sebaiknya tak dijawab. Nalen tidak ingin Sora marah. Nalen tidak ingin ada pertengkaran.

"Ra, ayo ke pantai," ajak Nalen.

Kening gadis itu mengerut. "Kak?"

Ia tidak mengerti dengan jalan pikiran Nalen. Pertanyaannya bahkan belum dijawab, dan sekarang cowok itu mengajaknya ke pantai.

"Gak semua pertanyaan harus dijawab, Ra," ucap Nalen.

"Haruslah kak, kan aku bertanya, dan aku butuh jawaban."

"Kamu harus lihat dari sisi yang ditanya juga. Jangan hanya melihat kepentingan penanya."

"Aku gak suka Kakak yang sembunyiin sesuatu dari aku," ungkap Sora.

Sora ZamoraWhere stories live. Discover now