1. PROLOG

888 68 18
                                    

GINA POV

Entah sudah yang ke berapa kali, dan hasil tes kehamilanku tetap negative.
Ini sudah tahun ke-empat dan aku mulai lelah.
Banyak wanita yang mau berjuang sampai tahun ke sepuluh bahkan lebih.
Tapi rasa-rasanya aku memang tidak bisa se-sabar mereka.

"Jef, mau menikah lagi nggak?" Tanyaku tiba-tiba di hari yang damai ini.

Harinya memang damai, tapi dalam pikiran aku yang seolah lagi tawuran.

"Ngomong apa sih Gin?" Respon Jefri yang pasti ngira aku lagi becanda aja.

Padahal enggak Jef, aku serius.
Dia mungkin bisa aja kan punya keturunan sama wanita lain.
Lagian percuma juga nungguin keajaiban buat aku.

Nggak mau terlalu optimis padahal dokter udah kasih vonis sejelas itu.
Aku tetap akan ikut program bayi tabung sekali lagi kok biar kamu seneng aja Jef, tapi jangan paksa aku untuk tetap berharap karna aku udah terlanjur pesimis akan hasilnya.

FYI.
Kita udah pernah konsultasi dan cek ke dokter soal reproduksi kita berdua, dan hasilnya Jefri sangat sehat, sementara milikku sangat lemah, mungkin memang nggak ada harapan tapi dokter masih berusaha menenangkan hati aku dan Jefri aja.

😔

Suamiku yang baik ini pun nggak pernah protes.
Sama sekali nggak pernah menuntut apapun. Sama sekali.
Keluarganya juga nggak pernah mendesak untuk buru-buru.
Padahal ujian soal -cucu yang tak kunjung hadir- itu juga datang dari pernikahan anak pertama mereka (Kakaknya Jefri).
Kalau mereka hasil pemeriksaannya justru keduanya sehat, hanya memang belum diberi titipan aja sama Tuhan. Masih make sense untuk Bang Zayn menunggu dan berusaha, sementara untuk aku dan Jefri rasanya jauh lebih mustahil.

"Jefri aku serius."

Jefri peluk aku. "Sayang denger ya.. kita hidup berdua aja seumur hidup juga nggak apa-apa kok. Udah jangan terlalu kepikiran yang berat-berat gitu ah."

See, dia santai. Dan aku jadi makin merasa bersalah.

"Nggak mau Jef, aku nggak mau egois. Nggak apa-apa kok, kamu boleh punya istri lagi biar kamu bisa punya keturunan. Aku nggak akan cemburu, karna aku tau kamu pasti bisa adil dan aku tau hatimu juga masih akan selalu jadi milik aku."

"Regina, kamu pernah denger soal pasangan yang baru punya anak set--"

"Udah Jef, nggak usah kasih contoh lagi, aku nggak mau terlalu berekspektasi tinggi karna itu buat aku makin sakit hati tiap hari asal kamu tau aja. Aku jadi hidup was-was tiap harinya. Aku hidup dengan perasaan bersalah dan merasa nggak mampu. Aku nggak bisa terus-terusan kaya' gini Jef.."

"Gina..." Jefri masih keliatan berat hati.

"Tapi aku nggak mau kamu asal pilih wanita. Kamu harus menikah dengan wanita yang perlu dibantu. Yang memang membutuhkan kamu untuk jadi pasangannya. Ngerti kan wanita seperti apa yang aku maksud Jef?"

"Gina, aku bahkan belum bilang setuju."

"Poligami diperbolehkan kalau istrinya setuju kan Jef?"

"Ya tap--"

Aku peluk dia lebih erat. "Nanti aku mau anak-anak kamu manggil aku dengan -Ibu-, aku mau mereka juga sayang sama aku." Ucapku sembari menitikkan air mata.

It's sad, but happy in the same time karna bayangin ada anak kecil yang akan panggil aku -Ibu- at least sebelum aku meninggal dunia.
Umur nggak ada yang tau kan? Makanya aku nggak mau buang-buang waktu terlalu lama.

Lagian Jefri tuh cakep, jadi sayang banget kan kalau ketampanannya itu nggak diteruskan ke anak-anaknya?

"Gina, kita masih punya banyak waktu." Tapi Jefri masih gigih untuk berjuang supaya dia bisa punya anak dari aku.

"Aku udah ada satu kandidat buat kamu Jef."

"Eh?"

"Inget perempuan yang curhat di kajian kamu minggu lalu?"

"Ada banyak, yang mana?"

"Yang diceraii dan di KDRT mantan suaminya sampai buta."

"Kamu mau aku menikah sama dia?"

Aku mengangguk.

"Dia nggak bisa kerja Jef, dia juga nggak punya keluarga lagi, dia hidup dengan belas kasihan orang-orang. Kamu punya uang berlebih.. dan kamu bisa jagain dia juga. Lalu mungkin... kamu juga bisa punya anak sama dia kan?"

"Gina? Kamu ikhlas aku tidur sama perempuan lain?"

Aku menelan ludah, jujur berat. 😔

"Sayang, pikirin baik-baik ya.. Apa kamu beneran bisa rela membagi suami kamu untuk perempuan lain? Apa kamu juga yakin nggak akan sedih suatu hari nanti kalau tangan perempuan yang aku genggam bukan cuma kamu lagi?"

"Tapi kamu tetep tidur sama aku Jef, sama dia waktu bikin anak aja."

Jefri tertawa lirih.

"Gimana kalau setelah punya anak, aku juga jadi sayang sama Ibu dari anak aku? Kamu rela?"

Aku terdiam lagi beberapa detik sampai akhirnya aku siap menjawab dengan .. "Kamu pasti sayang aku lebih banyak."

🥲

🥲

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
WIFE FOR MY HUSBAND [JAESOO]Where stories live. Discover now