20. Berdua

17 3 1
                                    

"Berdua bersamamu memang adalah anugerah yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya, apalagi melihat dan memilikimu di sepanjang waktu adalah sebuah rezeki yang tak ternilai harganya."

Syabna Eshal Fakhirah

☕☕☕

"Astaghfirullah, jam berapa ini?" tanya suara perempuan yang baru bangun tidur dan melihat kedua temannya juga mengikutinya untuk bangun.

"Ustadzah, astaghfirullah sudah jam 17.00," ucap Faizah terkejut melihat jam dinding.

Eshal segera membuka telfonnya.
Banyak sekali telfon dari suaminya itu.

"As-Assalamualaikum," Perempuan itu menelfon balik suaminya.

"Waalaikumussalam, astaghfirullah humairahku, kamu ada apa? Tidur? Atau kemana?" Suara lelaki di sebrang sana memberikan beberapa pertanyaan.

"Iya, habibi, maaf aku tertidur setelah menonton film, sekarang kamu dimana?" tanyanya kepada suaminya.

"Aku sudah menunggu di depan asrama kamu, dari 2 jam yang lalu, dan menunggu di mobil, aku kira kamu kenapa-kenapa," jawabnya dengan lega, ia tadi sangat khawatir sekali.

"Faizah, Azalia, aku siap-siap pamit dulu ya, dia sudah di depan menunggu sudah 2 jam karena, kita tertidur," ucapnya kepada kedua sahabatnya dan bergegas bersiap-siap, berlari menuju gerbang asramanya di depan.

☕☕☕

"Ma-maaf tadi sudah membuat kamu menunggu," ujar Eshal kepada suaminya itu saat mereka sudah mulai berjalan menuju rumah.

"Aku, ada suatu hal yang penting buat kamu tetapi, aku tidak tau kamu mau atau enggak?" ucap Azhar tetap fokus menyetir dan menatap istrinya itu sebentar.

Eshal yang menatap jendela dan jalan banyak sekali lampu warna-warni akhirnya menatap suaminya, "Ada apa?"

"Tadi sebelum aku pulang, ada fotografer yang meminta model baju busana muslim perempuan, dan katanya mau foto denganku, tidak mungkin aku meminta cewek lain. Sedangkan aku sudah memiliki bidadari surgaku, mau kah kamu mendampingiku di project model itu, wahai humairah, dan matahariku?" tanya Azhar mengungkapkan segalanya.

Eshal menundukkan kepalanya walaupun ia memakai niqab, ia tau pasti bahwa suaminya itu peka apabila ia salah tingkah di depannya.

"Mau tidak hmm, humairahku?" tanyanya lagi melihat istrinya hanya menundukkan kepalanya, ia tersenyum saat melihat pasti istrinya itu sudah seperti kepiting rebus.

"Menunduk terus tidak boleh menurunkan mahkota kamu, humairah," lanjutnya masih melihat istrinya itu terdiam.

Perempuan disampingnya saat mendengarkan itu mulai mengangkat kepalanya dan berkata, "Bismillah, kalau aku bisa daripada aku harus melihat kamu bersama perempuan lain," ujarnya menjawab tawaran suaminya itu.

"Ehem, kenapa cemburu hmm?" tanya nya langsung menatap istrinya dengan serius.

"Fokus, habibi, " ucap Eshal tidak menghiraukan perkataan suaminya itu.

☕☕☕

Sesampainya dirumah.

Eshal berlari menuju ke kamar, ia masih malu terhadap suaminya itu.

"Lucu Ma Syaa Allah, cantik lagi," gumamnya didalam hati dengan tersenyum lebar.

"Humairah, ternyata besok hari barusan mendapatkan pesan dari fotografernya," ucapnya memasuki kamar melihat istrinya itu pura-pura tertidur di balik selimut.

Matahari  Dalam Doa Where stories live. Discover now