📕[22] - [Elucidation]

119 74 80
                                        

Pintu terbuka menampakkan ruangan teduh dengan diisi barang-barang seadanya. Meski sederhana, tetapi terlihat sangat elegan dan indah dipandang.

"Kasurmu hanya satu. Jika kita tidur bersama di sana, apa akan nyaman?" Jimin melangkah mendekati kasur Jungkook.

Tas gendong disimpan pada meja belajar dengan sedikit melemparnya sudah menjadi kebiasaan bagi Jungkook. Mengikuti Jimin yang mendekati kasur lalu memfokuskan tatapannya pada foto dalam figura kecil.

"Saat kami tidur di kasur yang sama, aku malah merasa nyaman karena tidak perlu merasa takut lagi."

Jimin pun mengikuti tatapan Jungkook, memperhatikan dua orang dalam foto. Pantaskah jika dirinya merasa kesal ketika sahabatnya dekat dengan adiknya sendiri? Rasa kesal ini muncul karena mereka sedekat itu di saat ia bertanya-tanya ke mana perginya Taehyung.

Tunggu, saat kapan foto itu diambil? Mengapa Jimin tidak pernah tahu sebelumnya jika Taehyung memiliki adik? Padahal mereka bersahabatan dari saat masih Sekolah Dasar.

"Apa dia benar-benar kakakmu?"

Pertanyaan Jimin membuat Jungkook bingung untuk menjawab. Masalahnya, ia pun tidak tahu jika Taehyung itu kakak sungguhan atau bukan.

"Maaf karena terlalu banyak bertanya." Jimin akan berusaha tidak peduli dengan ada apa sebenarnya. Lebih baik mengistirahatkan tubuh pada benda empuk persegi panjang di hadapannya saja.

Sebenarnya tujuan Jungkook membawa Jimin ke rumah itu untuk diminta bantuan menyelesaikan game. Mungkin tunggu beberapa jam lagi untuk memberitahunya dan membiarkan Jimin istirahat terlebih dahulu.

***

"Jungkook! Buka pintunya! Jungkook!"

Tentu membuat Jungkook yang dipanggil namanya dengan pintu kamar mandi diketuk gusar merasa bingung dan terkejut. Terpaksa membatalkan aktivitas malamnya itu dan segera membuka pintu.

"Ada apa, Kak Jimin?"

Jimin di hadapannya benar-benar menatap menuntut jawaban dengan napas terengah-engah. Sungguh, rasanya seperti bukan Jimin yang tadi bersama dengannya.

Semakin terkejut ketika tangannya bergemetar menyerahkan buku misterius yang diambil Jungkook dari perpustakaan. Mengapa Jimin tahu tentang buku itu? Ah, pastinya tahu karena ia berhubungan dalam game, sama seperti Taehyung dan Yoongi.

"Mengapa kau tidak memberi tahuku?! Sangat penting bagiku untuk tahu di mana buku ini. Akhirnya aku bisa sadar atas segalanya yang terjadi. Terima kasih, Jungkook. Terima kasih banyak!"

Kehebohan Jimin membuat Jungkook mematung apalagi ditambah mengucapkan kata terima kasih berungkali sambil bersujud di hadapannya. Sepenting itu ternyata buku misterius aneh tersebut.

"Bangunlah, aku tidak pantas disanjung seperti ini." Segera Jungkook meraih tubuh Jimin agar kembali berdiri tegak. Merasa tidak enak karena kakak kelas lebih membungkuk daripada adik kelas sepertinya.

Jimin kembali meraih buku itu lalu duduk di kasur membuat Jungkook mengikuti pergerakannya. "Aku tahu sedikit gambaran tentang perintah dalam buku ini. Jadi karena sekarang kau yang bertugas, aku hanya memberi instruksi saja. Sekarang aku tidak dapat membuka setiap kata dalam bentuk kode di buku ini."

Perkataan panjang lebar tidak membuat Jungkook tertarik, tetapi kata akhirnya membuat harus bersuara. "Mengapa tidak bisa?"

Kali ini tatapan Jimin begitu meneduh meski senyuman tipis terulas di wajahnya. "Aku bukan anggota lagi."

Jawaban yang sebenarnya masih ingin Jungkook pertanyakan. Mungkin Jimin gagal juga dalam menjalankan misi, tetapi mengapa dapat berada di sekitarnya? Tidak seperti kedua kakaknya yang sekarang entah ada di mana. Jungkook masih tidak mengerti dengan game aneh ini.

Dimulai dari asal usulnya, hubungan dengan buku, kedua kakaknya dan sekarang ditambah teman baru, perintahnya, tujuannya, semua membuat Jungkook menggila.

"Sekarang kita harus menyerahkan darah si perundung kepada Tuan."

Tatapan Jungkook kembali membola terkejut. Entah mengapa mendapati bayangan sekilas tentang dulu dirinya bertemu dengan pemuda bernama Namjoon dalam mimpi dan berkata seperti itu.

"Aku akan memberitahumu juga jika ... selama ini yang terjadi pada kehidupanmu itu bukan mimpi."

Suara Jimin kembali terdengar membuat kali ini Jungkook yang menatap menuntut jawaban. "Tapi?" dan berharap menemukan jawabannya.

Entah mengapa Jimin menekan sesuatu dalam lengan bajunya. Lebih tepatnya semacam tombol kecil? Jungkook tidak terlalu yakin karena tidak terlihat jelas.

"Kau berada di kilas balik kehidupan para anggota, menjadi kepercayaan untuk menyelesaikan misi sampai tuntas, dan dapat menyelamatkan kami semua."

Sepertinya penjelasan seperti itu hanya Jungkook pahami sebagian, akhirnya Jimin kembali bersuara sambil menatap lukisan burung gagak dalam bingkai pada dinding kamar Jungkook.

"Ibaratnya kau itu bayangan, menyaksikan semasa hidup kami pada masa lampau, tetapi masih berdampingan dengan hidupmu yang sekarang."

Jungkook terdiam membiarkan Jimin menjelaskan semuanya dan mengikuti memperhatikan lukisan. Sepertinya ada sesuatu menarik di sana sampai Jimin menatap tanpa jenuh.

"Bertemu Taehyung, dia ingin menyampaikan sesuatu dengan memberi gambaran tentang yang dirasakannya, seperti kau mengambil buku ini lalu masuk ke dalam dunianya. Bertemu Kak Yoongi, Kak Hoseok, Kak Namjoon, Kak Seokjin, mereka sama seperti Taehyung."

Ada satu orang lagi yang membuat Jungkook ingin mengucapkannya karena Jimin hanya terdiam seperti ingin dilempari pertanyaan. "Dan kau?"

Tatapan Jimin kini berhasil beralih pada Jungkook, kedua tangannya digenggam lembut dan bersuara dengan takut. "Sama seperti mereka, tetapi sekarang aku menjalankan misi tambahan ... menjadi partner dalam game."

Jantung Jungkook berdetak kencang seperti ketika mengingat Taehyung. Rasanya seseorang yang di hadapannya ini adalah kakaknya yang selama ini dicari. "Kak Taehyung?"

Kata itu terucap lirih. Namun, membuat segera Jimin melepas genggamannya dan menekan kembali sebuah tombol kecil dalam lengan bajunya. Kini auranya berbeda berubah seperti saat mereka bertemu. Jimin bertindak seolah tidak pernah mengucapkan kata-kata panjang lebar tadi.

Oh, ya, selama Jimin berbicara tadi, kalung yang melingkar di leher Jungkook gantungan bulan sabitnya bercahaya bersamaan dengan gelangnya. Sekarang berubah menjadi ke keadaan semula.

"Ayo, kita kembali ke sekolah. Kita harus menjalankan misi."

Semangat Jimin yang berlari ke luar kamar menimbulkan kerutan di dahi Jungkook karena tidak percaya. "Sekarang sudah malam, Kak Jimin!"

***

•Glosarium•

Disanjung = Memuji, memuliakan, atau menghormati seseorang

Instruksi = Serangkaian perintah atau petunjuk yang diberikan untuk melaksanakan suatu tugas atau aktivitas. Instruksi bisa berupa tulisan atau lisan dan biasanya diberikan oleh seseorang yang memiliki otoritas atau keahlian dalam suatu bidang tertentu

Kilas balik = Sebuah teknik narasi di mana sebuah cerita melompat mundur ke masa lalu untuk memberikan konteks dan informasi tambahan kepada pembaca atau penonton

Masa lampau = Periode waktu yang telah terjadi di masa lalu dan sudah berlalu

Partner = Pasangan

***

📕 Publish : 02 November 2023

Next 👇

WELCOME! || RED BOOK - END ✔️Où les histoires vivent. Découvrez maintenant