Denisa?

62 44 119
                                    

"Win, serius Anya suka Helios ya?"

"Eh tapi wajar, mereka cocok kok."

"Apanya yang cocok? Gue lebih cocok sama Helios!"

"Lo jamet, ga masuk kriteria!" Ujar Winata ketus, ia sudah begitu pusing karena jam istirahatnya di ganggu manusia yang sangat menyebalkan semua. Benar-benar membuat gerah.

"Aelah, ga asik Lo! Ramal gue juga dong." Chelsea namanya, dia gadis centil dan cerewet. Bukan tidak suka dengan Anya yang bersahabat dengan Helios, hanya saja dia memang cukup usil.

"Lo nekat, males banget aqyu." Jawab Winata dengan nada manja membuat Chelsea berlagak muntah.

"Eh, main yuk." Ujar Rania membawa satu pasang sumpit dan sebungkus tisu.

Winata menatap penasaran pada Rania yang entah sedang membuat apa dari sumpit dan tisu.

"Ini namanya permainan jelangkung, kita ceritanya panggil arwah leluhur. Nanti bonekanya gerak, kok."

Penjelasannya membuat Chelsea mengangguk semangat. Winata mengeluarkan ponsel nya, menghubungi temannya untuk tidak melewatkan permainan seru ini.

Kini, formasi 5W+1H sudah lengkap bergabung, hanya Anya, Chelsea dan Rania perempuan yang ada di sana.

"Ngapain Lo telfon begitu?" Ujar Wedley setelah mendudukkan dirinya di samping Winata.

"Ih, kamu ga boleh begitu mas!" Wedley memutar bola matanya malas.

"Ayo kita main, duduk di lantai semuanya." Ucap Rania memerintah. Helios mengangkat sebelah alisnya, menatap tajam gadis dengan potongan rambut sebahu.

"Ih, ayo ikutan Ca! Duduk." Menurut, tanpa di suruh dua kali oleh Anya, dengan segera Helios duduk di sampingnya.

Mereka duduk mengelilingi sebuah boneka yang sudah Rania rangkai. Tangannya saling bertautan dan berpegang.

"Semuanya, ikutin gue ya!" Ujar Rania. Lampu, kipas, sudah di matikan sebelumnya, hingga pintu yang juga tertutup rapat dan jendela yang sudah di tutup gorden. Mendadak, kelas yang beraura cerah menjadi sangat suram dan mencekam karena bener-bener hening.

"Kita baca mantra nya ya."

Tangan Rania meletakan secarik kertas dan sebuah pulpen. Di pangkuan mereka masing-masing terdapat handphone yang menyala dengan rentetan tulisan matra dari Rania.

"Benar-benar konyol" ucap Helios dalam hati.

Humbalahum.... Bala.... Balahum.... Bala.... Humbalahum!

Jelangkung.... Jelangkung... Datang tak di undang, pulang tak di antar!

Jelangkung.... Jelangkung... Datang tak di undang, pulang tak di antar!

Semua terdiam, bener-bener hening. Jantung mereka semua terpacu dengan cepat seolah-olah sudah lari puluhan meter. Hanya Helios yang tenang, menggenggam erat tangan Anya.

"Aelah, enggak ada loh ini Nia!" Dengus Wilk kesal, membuat Rania cemberut.

"Sabar! Wahai arwah yang hadir tunjukkan dirimu sekarang!"

"Gimana mau nunjukin diri, raga mereka aja pasti udah enggak utuh cuy."  Sahut Chelsea.

Boneka dadakan yang di rakit itu, segera Winata peluk dengan kencang.

"Sabar wir, Lo kalo mau bonekanya bilang kenapa. Jangan main rebut gitu." Ucap Willie menyandarkan tubuhnya ke tembok.

"Ayo, pergi." Ujar Helios pada Anya, gadis itu menggeleng lalu menunjuk pada Winata yang terlihat aneh.

"Dia, kenapa Nisca? Kesurupan ya?" Ucapan polos Anya membuat beberapa pasang mata terkejut.

"Heh setan! Gue ngundang Lo kesini udah di jamu kertas sama pulpen ya! Enggak nyuruh masuk ke tubuh temen gue!" Dengan brutal Rania memukuli tubuh Winata.

"H-ai, ak-u de-nis-a."

Mata Wedley membulat, mendengar suara perempuan di tubuh Winata.

"Anjir! Tuh bocah enggak kerasukan aja suaranya mendayu. Apalagi ini di masuki perempuan." Ujar Wedley.

Denisa yang sedang berada di tubuh Winata terkekeh, seolah-olah ucapan Wedley adalah hal yang lucu. Mata Anya mengejap pelan, menatap Winata yang kerasukan semakin tertawa keras lalu tak lama kemudian menangis tersedu-sedu.

"Nisca, dia sedih." Ucapnya pada Helios.

Rania dan Chelsea sudah pingsan di tempat saat mendengar suara Denisa.

"Hmm, ayo pergi." Ucapnya tak peduli.

"Enggak! Dia butuh semburan air jampi-jampi dulu!" Sahut Anya. Segera tangannya mengambil tumbler lalu menyanyi yang di ikuti oleh Wedley dan Wilk.

Ada Mbah dukun yang sedang mengobati pasiennya....
Konon katanya, sakitnya karena di guna-guna....
Dengan segelas air, lalu di sembur...

Byurr!

Tak tahan, Anya menyiram Winata dengan air yang telah di nyanyikan lagu Mbah dukun.

Tidak berhasil.

Memang, apa yang di harapkan Helios melihat kelakuan mereka? Sekarang, Winata yang di isi jiwa perempuan itu malah tertawa girang karena di siram air.

"Coba syahadat dulu dong, Tan!" Ujar Wedley membuat Will yang sendari-tadi terdiam menggelengkan kepalanya.

"A-ku ma-ntan h-af-idz-ah" ucapan Denisa membuat Anya bertepuk tangan.

"Nah, bagus! Meski udah jadi setan yang begitu harus tetep bisa ya!" Ucapan yang kelewat santai membuat beberapa orang meringis.

Denisa mengangguk dengan semangat.

"Assalamualaikum, loh kok sepi?" Salam dari guru olahraga itu memasuki indra mendengaran beberapa anak yang berkumpul di belakang.

"Waa-laikum-sal-am"

Mata Anya berkedip cepat mendengar suara Winata yang berbeda itu.

Bibir Helios tersenyum kecil, melihat Anya yang panik sendiri.

"Waalaikumsalam pak!" Sahut mereka kemudian membuat sang guru berjalan menghampiri.

"Sed---Winata kenapa?" Tanyanya membuat Wedley meringis. Namun, Denisa malah sebaliknya. Ia tersenyum di tubuh Winata lalu tangannya bergerak dengan kaku.

"A-ku men-da-pat unda-ngan ber-ma-in de-ngan mer-eka."

★★★

Tandai tempat typo!

Halo!
Maaf ya kalau ada salah penulisan. Tolong bantu koreksi, jangan lupa vote, comment and follow, terimakasih<3!

Btw, bsk pagi aku up LAGII yaa xixi.
Oh iya, barusan aku bagi rapor Alhamdulillah nilainya cukup memuaskan sih. Kalau kalian, masih ulangan atau udah libur atau gimana nih?

Kamis, 14 Desember 2023
Pukul 10.59
RainFly-Reen




FRIENDSHITDär berättelser lever. Upptäck nu