1

241 22 5
                                    

🚨Peringatan!🚨

📢Cerita ini hanya karangan dan imajinasi author doang yah. Jadi jangan dibawa serius dan pusing. Cerita author jadikan hiburan sajalah...














































Gadis berusia 17 tahun itu menghela nafas lalu berjalan perlahan dengan wajah lelahnya menuju ke lift sambil menatap sesuatu di tangannya yang menjadi penyebab moodnya meluncur turun secara cepat hari ini.

Setelah memencet tombol lift, gadis bernama Lia itu menoleh saat mendengar suara rintihan pria tak jauh darinya. Terlihat pria yang merintih itu langsung dihampiri pria lain berpakaian sama warna dan anehnya yang membuat alis Lia berkerut menebak pasti pria itu bukan pria sembarang karena penampilan mereka nampak berbeda.

"Lupakan..." Lirihnya dan kembali menatap ke arah pintu lift yang masih belum terbuka. Mungkin tengah membawa orang ke lantai lain.

"Apa kau membutuhkan plaster luka?" Tanya seorang pria dengan kekehan pelannya.

Lia kembali menoleh mendengar suara lain dari arah yang sama dan nampak pria itu meraba sakunya sedangkan pria yang merintih tadi nampak melirik dingin pada pria satunya. Ragu, Lia melihat benda di tangannya yang sejujurnya ia beli untuk salah satu teman PKL nya di hotel itu namun daripada masuk kantong dan terbuang, ia memutuskan mendekat ke arah dua pria itu.

"Ini..." Cicitnya pelan mengulurkan tangan yang sejak tadi memegang plaster luka pada pria itu hingga membuat keduanya menoleh padanya dengan tatapan yang berbeda.

Lia takut, tapi sungguh dia kan hanya berniat baik menolong,tak ada berniat apapun selebihnya.

"Saya hanya...hanya ingin membantu..." Cicit Lia takut hendak menjauhkan tangannya lagi membatalkan niat baiknya namun pergerakannya terhenti ketika pria itu memintanya diam membuat Lia menoleh takut. Apalagi pria itu menatap dengan tatapan yang tak bisa dibilang bersahabat namun tak separah sebelumnya.

Pria itupun mengambil plaster luka yang ada di tangan Lia. Memperhatikan dengan teliti plaster itu seakan benda yang Lia berikan adalah bom waktu saja sebelum akhirnya ia kembali menoleh ke arah Lia dengan tatapan dinginnya.

"Siapa namamu?" Tanyanya mendadak, membuat Lia menelan ludah membasahi tenggorokan yang entah kenapa terasa kering dan tubuhnya terasa kaku.

"L-Lia... Tuan..." Cicitnya lagi sambil mengalihkan pandangannya pada tangan pria itu yang memegang plaster pemberiannya. Sungguh rasanya ini pertama kalinya ia menyesal ingin melakukan hal baik dalam hidupnya.

Tingg...!!

Mereka semua menoleh pada lift yang terbuka dan terlihatlah beberapa pegawai keluar dari lift yang Lia tunggu tadi dan entah kenapa barulah Lia merasa tubuhnya bisa ia kendalikan lagi. Tanpa pamit, Lia segera menggunakan kesempatan itu untuk mengambil langkah seribu. Masuk kedalam lift yang langsung tertutup dan berusaha tak membuat eye contact dengan dua pria tadi. Kini ia bisa bernafas lega meski tak beraturan, memencet tombol lantai satu untuk segera kembali ke ruang ganti pegawai dan mengakhiri siftnya.

"Aku harap besok gak ketemu lagi sama mereka. Malu!"





























.
.
.









I'm In Love With Devil (✓)Where stories live. Discover now