13

57 10 1
                                    

"kenapa?" Tanya Doyoung saat Lia yang sudah berbaring disebelahnya hanya menatap wajahnya saja sejak tadi tanpa bicara sedikitpun. Padahal hari sudah malam dan sudah biasanya ini menjadi waktu Lia mulai tidur namun gadis itu nampaknya belum mau memasuki dunia mimpinya.

"Doyoung..."

"Hhmmm...??"

Lia menggeleng pelan dan meraih tangan Doyoung untuk dia satukan dan genggam. Meskipun hanya dirinya yang menggenggam karena Doyoung tak bisa melakukannya atau dirinya akan terluka.

"Kapan tangan kita bisa saling menggenggam?" Ucap Lia tanpa sadar dengan suara pelannya menatap tangan mereka itu. Jujur saja, pertanyaan itu terdengar sepele namun cukup menyakitkan bagi Doyoung. Dia seakan bisa merasakan betapa berharapnya Lia namun harapan itu jelas seperti angan belaka saja. Sekalinya Lia melakukan hal salah seperti memeluknya saat malam hari, cahayanya hanya meredup sedikit sekali sedangkan besoknya kebaikan yang dia lakukan malah membuatnya lebih terang lagi.

Doyoung mencoba menarik senyumnya lalu menatap wajah Lia yang kini juga beralih menatapnya.

"Apa kau mau menuruti permintaanku?" Tanya Doyoung lembut yang membuat Lia menoleh padanya dan mengangguk samar.

"Jika aku hilang, pergilah dengan Taeyong. Dia bisa memberimu kebahagiaan bahkan membalas genggaman tanganmu,oke?"

Alis Lia berkerut dan dia menggeleng cepat.

"Jangan ngalah sama dia. Kamu tau aku gak suka dia, sukanya kamu..." Jawab Lia menolak yang membuat Doyoung tertawa pelan.

"Aku tidak mengalah. Tapi aku takut. Takut suatu saat nanti aku hilang lalu tak bisa menjaga dan menemanimu lagi..."  Ucap Doyoung yang menyimpan pesan tersembunyi bagi Lia.

"Ada apa?" Tanya Lia melepas genggaman tangannya dan mengusap pipi Doyoung. Lembut, itu yang Doyoung rasakan namun juga memberikan rasa sakit pada hatinya. Selama ini, hanya Lia yang bisa memberikannya sentuhan kasih sayang sedangkan dirinya tak bisa melakukannya.

"Tak apa. Sudah, tidur. Besok kau harus bekerja, kan?" Ucap Doyoung sambil diam-diam meniupkan sihir tidur untuk Lia hingga gadis itu mengangguk dan menguap pelan.

"Selamat malam, Doyoung..." Lirih Lia memejamkan mata. Tak lupa tangannya seperti biasa melingkar di pinggang Doyoung yang membuat iblis itu tersenyum tipis.

"Selamat malam, milikku..."










































Doyoung menghela nafas lelah setelah menyelesaikan pekerjaannya yang terasa lebih berat sekarang. Dia yang biasanya bisa datang sehari sekali,kini harus datang tiga sampai empat kali untuk mengisi energi mesin penghukum nya.

"Kau semakin lemah, Doy..." Ucap Yuta yang merasakan betapa memburuknya kondisi iblis itu.

"Aku baik-baik saja..."

"Berhenti berkata bohong, Doy. Kau memburuk. Aku dan yang lain bisa merasakannya..." Ucap Yuta yang tak dijawab lagi oleh Doyoung. Dia juga merasakan itu. Entah apa sebabnya, energinya semakin melemah saja meskipun ia sudah mengerjakan pekerjaannya seperti sebelum-sebelumnya. Biasanya juga energinya tetap sama meskipun tak sekuat yang lainnya.

"Ada yang salah denganmu..." Ucap Jeno yang baru datang dan diangguki oleh Yuta.

"Tak mau bertanya pada Johnny? Atau Sungcheol, Namjoon dan petinggi lainnya?" Tanya Yuta yang dijawab gelengan oleh Doyoung.

"Mungkin standar pekerjaan sekarang lebih tinggi..." Ucapnya sambil terkekeh pelan namun jelas Yuta dan Jeno tau itu hanya ucapan untuk membuat mereka tak khawatir saja.

"Aku harus pergi. Sebentar lagi milikku akan bangun..." Ucap Doyoung sebelum tersenyum pada Yuta dan Jeno lalu menghilang membuat dua temannya itu saling menoleh satu sama lain.

"Dia akan musnah,kan?" Lirih Jeno yang tak dijawab oleh Yuta. Itu benar, tapi Yuta tak sanggup untuk meng-iya-kan ucapan Jeno. Bagaimanapun dia dan Doyoung sudah sangat lama bersama sebagai sahabat. Namun dia pun tak bisa melakukan apapun jika nyatanya Doyoung harus tersingkirkan sesuai aturan dunia iblis.

"Dia terlalu baik sebagai seorang iblis. Bahkan alam ini mungkin bisa merasakan ia makin setengah hati menghukum para jiwa pendosa disini. Itu sebabnya dia melemah..."

"Aku dengar, dia melakukan perjanjian dengan Taeyong..."

Yuta menoleh pada Jeno dengan alis berkerutnya.

"Perjanjian apa?"

"Menjaga Lia. Sepertinya dia sendiri sudah sadar bahwa dirinya...sekarat? Dia meminta Taeyong untuk memberinya waktu bersama Lia. Dia menyerah pada takdirnya. Itu yang Jaemin tak sengaja dengar..." Ucap Jeno mengingat cerita Jaemin, salah satu malaikat yang tanpa sengaja menjadi temannya.

"Jaemin?"

"Dia menggantikan Taeil. Malaikat senior itu sekarang menjadi salah satu petinggi juga. Itu sebabnya Taeyong tak pernah berdebat lagi dengan Doyoung masalah waktu bersama Lia..." Ucap Jeno yang membuat Yuta merasa makin buruk saja dengan nasib sahabatnya. Ia tahu, Doyoung itu sebenarnya sudah sejak lama menyesali dirinya sebagai iblis. Sejak kalah mendapatkan Rose lebih tepatnya. Ia merasa manusia manapun pasti akan memilih malaikat daripada iblis. Dan iblis hanya bisa membawa dan mendapatkan hal yang buruk.

Dan kini, Lia, manusia yang bahkan memilih iblis pun tetap tak bisa ia miliki membuat Doyoung makin membenci takdirnya.

"Apa kita akan kehilangannya?"

"Menurutmu jika Lia tahu ini, apa dia akan membiarkannya?" Tanya Yuta balik pada Jeno yang membuat pemuda itu menggeleng pelan.

"Doyoung...seperti rumah bagi Lia. Dan begitupun sebaliknya. Dimana mereka selalu ingin mengawali dan mengakhiri hari mereka bersama satu sama lain. Aku bukan hanya mengkhawatirkan Doyoung, tapi juga Lia. Dia... Tak akan bisa merelakan Doyoung..."












































.
.
.
















I'm In Love With Devil (✓)Where stories live. Discover now