#19. Sebuah Prolog Kisah Menuju Sebuah Epilog

7 5 0
                                    

"Bagaimanapun keadaan kita, mau sedih, bahagia, waktu tidak pernah berhenti menunggu. Waktu tetap berjalan"
~Rasta~

🪶

Masa kehancuran
Waktu tetap berjalan. Ku yang hanya ingin memperhatikan dunia, kini mendapatkan seorang pendamping yang memperhatikan diriku saat aku memperhatikan dunia. Seorang gadis yang lebih muda 5 tahun dari diriku. Gadis yang belum ku catat namanya dalam kisah akhir pada waktu itu.
Masa kehancuran *Tiara*

"Mau sebanyak apapun dirimu menyesalinya, waktu tak akan pernah terulang tuk kau dapatkan kesempatan yang sama lagi"
~Tiara~

"Apa kau pikir aku masih harus melanjutkan kisah perjalanan ini?" Tanya Tiara pada gadis yang duduk disebelah.

Sebuah kisah tanpa suara!, tidak!! Itu adalah sebuah kisah dengan suara yang tak terdengar oleh dunia. Dan itulah akhir dari kisahnya di dalam gubuk yang dibaluti dengan pesona dari bunga mawar berwarna merah.

"Lanjutkan! Jika kau tanya aku, maka lanjutkan lah kisah perjalanan kecil mu ini" Balas gadis yang duduk di samping Tiara sambil memperhatikan bunga mawar merah yang layu.

"Namun, jika ku lanjutkan. Itu hanya akan membawa penderitaan bagi seseorang yang kutemui" Tiara mengerutkan wajahnya dan mengahadap ke bawah.

"Jika kau tak bisa melanjutkan kisah yang kau tulis sendiri, maka matilah!!" Ucap gadis itu dengan nada keras.

Ia berdiri dari duduknya. Tiara yang langsung menoleh ke arah gadis yang belum tercatat namanya itu dilempari sekucup mawar merah ke arah wajahnya oleh gadis itu.

"Bertanggung jawab lah untuk memperhatikan dunia! Aku sudah bilang bukan? Jika kau memperhatikan dunia, maka aku lah yang akan memperhatikan dirimu!" Kesal gadis itu melampiaskan kata-katanya untuk menyadarkan Tiara yang terpuruk ketika melihat sebuah mawar merah layu.

"Jadi menurut mu aku harus terus berjalan tanpa arah dan membunuh setiap orang yang kutemui begitu?" Tiara berdiri dengan cepat sembari meneriaki gadis itu juga.

"Aku tak peduli mau mereka mati atau tidak! Hanya satu yang ku peduli, mengabadikan mereka dalam pelukan sangat waktu" Balas gadis itu dengan nada rendah.

Wajah Tiara mengerutu kesal. Ia pergi meninggalkan gadis itu sendirian menuju tempat Andraya tertidur.

"Pergi saja! Meski kau memperhatikan dunia, siapa yang akan memperhatikan dirimu jika bukan aku!.. Sial!!" Gumam gadis itu dengan nada kesal pada Tiara.

🪶🪶

Tiara berjalan dengan kesal menuju tempat Andraya terlelap dalam mimpi abadinya.

Kini, diantara semua orang yang terlelap dalam mimpi abadi mereka. Andraya menjadi salah satunya.

Tiara diam memperhatikan Andraya yang tertidur sambil dipeluk oleh ibu pertiwi ditemani dengan sebuah buket mawar merah.

"Hey Andraya, menurut mu! Benarkah sudah keputusan ku untuk mencari kebebasan ini?" Gumam Tiara memperhatikan Andraya yang tertidur ditemani musik dari senandungan alam dan anila.

"Hey, jawab aku! Apa kau membenci diriku yang telah merebut waktu mu untuk membuat buket bunga mawar?" Gumam Tiara sekali lagi pada Ia yang namanya Andraya yang sedang tertidur dalam sebuah mimpi abadi meninggalkan kenyataan yang beralih ke dongeng.

Dari kejauhan mata memandang. Seorang gadis yang ingin memperhatikan ia yang memperhatikan dunia memandang tingkah dari ia yang memperhatikan dunia.

"Andai kita tak bertemu Andraya! Mungkin saja, kau masih sibuk saat ini membuat buket mawar merah untuk ibu mu dan orang yang kau cintai" Gumam Tiara.

Tiara duduk berhadapan dengan Andraya yang tertidur lelap. Meneteskan hujan mata yang ringan dengan wajah yang penuh kesedihan akan sebuah penyesalan.

Gadis itu hanya memperhatikan Tiara dari kejauhan, ikut meneteskan hujan mata yang ringan. Menahan segala sesak di dada yang ia rasakan saat itu.

Sebenarnya, siapakah yang salah antara dua gadis yang menangis ini?

Tidak ada yang salah! Hanya saja, waktu yang jahat.

🪶🪶🪶

Masa kehancuran
Aku bimbang pada diri ku sendiri. Aku tak pernah tau, hanya memperhatikan dunia saja, Bisa sesesak ini. Hati ku serasa digenggaman oleh ia yang disebut waktu. Bisa dihancurkan kapan pun ia mau!. Ini benar-benar bagai penindasan, namun! Waktu memang begitu.
Masa kehancuran *Tiara*

Gadis yang memperhatikan Tiara dari kejauhan, seorang gadis yang belum tercatat namanya, seorang gadis yang membawa bunga mawar merah yang layu. Mendekati Tiara.

"Kesedihan mu tak akan berakhir jika kisah yang kau tulis belum selesai" Ucap gadis itu sembari menghampiri Tiara dari belakang.

Tiara berdiri, mencoba tegar pada dirinya sendiri yang bimbang saat itu.

"Aku akan lanjutkan saja, ku lanjutkan kisah akhir pada waktu itu, akan kubuat kisah akhir ini benar-benar berakhir untuk diri ku" Gumam Tiara.

"Tak apa, meski itu untuk diri mu sendiri, selama kau abadikan tiap kisah mu dalam pelukan sang buana. Maka Terima lah kasih antara siang dan malam" Ucap gadis itu membuat Tiara kembali melanjutkan kisah kecil antara dirinya sendiri dengan isi dari dunia yang hancur itu.

"Abadikan saja kisah mu dan catat tiap nama yang kau temui dalam kisah singkat mu. Lalu, jadikan lah diri ku nama terakhir yang kau catat sebelum diri mu terkikis oleh waktu"
~Rasta~

The Final Chapter of The Time (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang