Di ruangan lembab, seorang siswi duduk meringkuk menempel tembok. Kondisinya sudah tidak bisa di katakan baik baik saja, tubuhnya penuh dengan goresan yang mengeluarkan darah, darahnya pun menodai seragamnya yang sudah bernoda cokelat, tiap helai rambunya menempel pada wajah karena basah dan keringat, kondisinya benar benar berantakan.
Rebecca berjongkok, menatap rendah siswi di depannya. Tangannya yang memegang rokok perlahan mendekati wajah siswa itu lalu menekan sumbunya ke pipi, ringisan kecil keluar dari mulut siswa itu yang membuat Rebecca terkekeh.
Mendapat reaksi yang memuaskan, ia menghisap batang rokok di sela-sela jarinya. Dengan senyum miring, ia menghembuskan asapnya tepat di depan wajah siswi itu.
Uhuk uhuk uhuk
"Aduh.. kasihannya.." ejek Rebecca melihatnya terbatuk batuk, ia menoleh ke belakang melihat Freya yang tengah bersandar di pintu gudang, "Gimana?"
"Better," Freya dengan acuh tak acuh menjawab Rebecca sambil melihat kuku nya yang baru saja di poles warna.
Rebecca berdiri lalu berjalan ke meja untuk mengambil sebuah ponsel disana. Ia menyalakan ponselnya, seketika layar ponsel dengan terang menampilkan sebuah foto dua sejoli yang tengah duduk di sebuah tempat makan.
Delia dan Lintang.
"Nih, gue balikin, thanks ya!" dengan santai, Rebecca melempar ponsel itu tak peduli rusak atau tidak ke hadapan siswi itu, Aria, sebelum Rebecca keluar gudang bersama Freya.
Sepeninggal Freya dan Rebecca dari gudang, ruangan itu hening seolah tak ada tanda kehidupan. Aria diam tak bergerak selama beberapa menit, menunduk melihat layar ponselnya yang masih menampilkan sebuah foto hingga layar perlahan meredup dan berganti menjadi pantulan wajahnya.
"Hehe.. hihihi.." kekehan aneh keluar dari mulut Aria, tubuhnya yang tadi diam kini bergetar kecil, senyum nya melebar dan matanya terbuka lebar namun menatap pantulan dirinya di layar hitam.
"Ah~ bajingan.. seru banget."
🍁🍁🍁
Hembusan angin dengan damai menerbangkan anak rambut Flo, pandangannya menunduk melihat lapangan dari rooftop. Bel tanda usai istirahat beberapa menit lagi akan berbunyi, tapi sepertinya Flo belum ada niat untuk beranjak dari sana.
Setelah ke perpustakaan, tiba tiba saja Flo ingin ke atap. Tapi tak ia sangka jika adegan pembullyan akan menjadi sambutannya setibanya dia di rooftop, sungguh menyebalkan.
Flashback on
"Aduh.. kasihannya.."
Reflek Flo memutar bola matanya merasa jengah, ia menghela nafas dan berjalan ke pagar pembatas lalu menaruh lengannya di pagar guna menopang tubuh, ia memejamkan mata tanpa menghiraukan apa yang terjadi di sampingnya.
"Lho? Kak Flo?" suara Freya memasuki telinganya membuat Flo membuka mata.
Freya melipat tangannya di dada, melirik malas ke arah ruangan tempat ia keluar lalu menatap Flo, ia menyunggingkan senyum manis, "Gue harap Kak Flo ga ikut campur soal ini, paham?"
Mendengar ancaman bocah SMA di depannya membuat Flo merasa geli, "Adakah tampilan kepedulian di wajah gue?"
"Siapa yang tau?" Freya mengangkat bahunya acuh, senyum manis Freya perlahan berubah menjadi seringai mengejek, "Lo bakal lapor guru selayaknya budak sekolah?"
"Hm.." Flo hanya berdengung sambil mengangguk paham lalu menatap Freya penasaran, "Lo ga mungkin bully Aria tanpa alasan, kan?"
Freya menghapus seringainya, menatap dingin Flo sebelum pergi dari sana bersama Rebecca, "Lo gak perlu tau."
Flashback off
Dua pelaku sudah turun beberapa saat yang lalu sedangkan korban masih belum keluar hingga sekarang, entah apa yang ia lakukan.
Setelah adegan kecil di toilet itu, Flo merasa harus memerhatikan gerak geriknya. Ia tidak ingin Aria merusak rencana yang sudah Flo susun di kepala, meski harus membuat Aria menderita, ia tak peduli.
Krieet..
Flo menoleh, mendapati Aria yang berdarah keluar dari ruangan dengan terhuyung huyung. Rambutnya lepek dan bau sabun pel, noda hitam di seragamnya sudah tidak bisa dikatakan bercak lagi, tangannya menggenggam ponselnya yang retak dengan gemetar, kepalanya menunduk.
Senyum ramah bercampur khawatir muncul di wajah Flo, "..butuh bantuan?"
Aria mendongak dan sedikit terkejut tak menyangka ada orang selain dirinya di rooftop, ia menggeleng kecil menolak tawaran Flo. Tanpa menunggu Flo bicara lagi, ia mengangguk lesu menyapa lalu turun tanpa menoleh ke belakang.
Flo bersedekap, bersandar ke pagar pembatas menatap punggung Aria yang perlahan tenggelam di tangga, diam diam mengingat ekspresi lesunya.
"Liar."
🍁🍁🍁
"Misi.. kak?"Merasa bahunya ditepuk, Flo berbalik badan mengurungkan niatnya untuk membuka pintu mobil. Netranya menatap si pelaku, seorang siswa berkacamata berdiri gugup di depannya, dapat dilihat ia memilin tangan.
Flo mengangkat satu alisnya seraya tersenyum ramah berusaha meredakan kegugupan siswa itu, "Ya?"
Siswa itu menunduk tak berani menatap matanya, membuat Flo bingung. Kemudian setelah beberapa detik hening, jempol siswa itu menunjuk ke arah belakangnya, "..itu kak di taman, ditunggu.. Re-rebecca dan-"
"Dan Freya?" potong Flo sebelum siswa itu selesai.
Terkejut, siswa itu menunduk lalu mengangguk kecil. Flo yang melihatnya tersenyum ramah sambil menepuk pelan bahunya, "Makasih ya."
Flo langsung pergi menuju taman, diam diam menantikan apa yang menanti dirinya.
6/27/24_7:41PMSoo -
Ilustrasi
YOU ARE READING
Flo the Extra
Teen FictionIa menjadi figuran Figuran yang asal usul dan endingnya tak tertulis di novel Figuran yang tak akan mengubah jalan cerita meskipun dia berulah Figuran yang posisinya akan selalu berada di luar lingkaran alur Flo, si figuran Tapi.. jangan lupa bahwa...