4. Hadiah

1 0 0
                                    

LULUS.

Satu kata yang membuatnya tersenyum tipis. Tidak seperti teman-temannya yang sampai menangis, dia hanya bisa tersenyum. Kelulusannya ini, masih belum apa-apa. Masih banyak yang menunggunya di depan setelah kelulusan.

Usai pengumuman kelulusan, tiba saatnya pengumuman peringkat ujian dengan nilai tertinggi. Fitri tidak berharap dia akan maju ke depan. Dia sadar diri karena saat ujian dia benar-benar kurang. Bahkan banyak yang dia isi secara asal.

Dan benar saja, namanya tidak dipanggil. Dia hanya tersenyum dan mengucapkan selamat kepada teman yang dia kenal ternyata maju sebagai peringkat pertama ujian di jurusannya.

"Eh, itu beneran dia peringkat dua? Biasanya dia peringkat satu terus."

"Bosen peringkat satu kayaknya dia. Jadi pindah jadi peringkat dua," jawab Fitri asal dan mendapat pukulan lembut di tangannya.

Usai pengumuman peringkat ujian, tiba waktunya penyerahan medali kepada alumni. Semua siswa berbaris dengan tertib untuk penyerahan medali dan berfoto dengan ketua jurusan. Dalam hati Fitri  mendesah, kakinya akan nyeri  beberapa menit ke depan.

Dan saat gilirannya untuk maju, dengan sekuat tenaga dia menahan sakit dan tidak nyaman di kakinya. Berjalan sebaik mungkin seperti wanita anggun.

Usai berfoto dengan ketua jurusan, dia segera menyingkir dan duduk di kursinya. Tidak lupa sepatunya yang sudah tergeletak di kolong kursi.

Acara hari itu berjalan dengan sukses. Acara tarian yang dibawakan oleh adik kelasnya sukses membuat gadis itu merinding meski sudah pernah melihatnya berulang kali. Usai acaranya selesai. Semua teman-temannya kembali ke sekolah dan mulai berfoto dengan pasangan, orang tua, maupun teman.

Begitu pula Fitri. Dia mencari adik kelas yang dia kenal untuk berfoto bersama dan teman-temannya yang dekat dengannya. Dia senang, meskipun kakinya nyeri luar biasa.

"Terima kasih, ya, Dek." Ketiga adik kelasnya mengangguk. Usai berfoto dengan adik kelasnya, dia berjalan menuruni tangga dan berniat mencari seseorang yang sudah dia booking untuk foto bersamanya.

"Nah ketemu! Ayo foto dulu buat kenang-kenangan." Fitri menarik tangan temannya dan mengajak temannya untuk foto bersama. Setelah puas, dia mengucapkan terima kasih kepada temannya dan bercerita mengenai proses makeupnya yang sangat mepet dengan jadwal acara.

Saat sedang asyik bercerita, seseorang menepuk pundaknya dengan lembut. Dia menoleh dan menutup mulut karena terkejut.

"Assalamu'alaikum calon istri."

"Bang Zaky?"

Zaky terkekeh melihat respon gadis di depannya. "Dijawab dulu salamnya, Sayang."

"Wa'alaikumussalam warahmatullahiwabarakatuh," jawab Fitri dengan suara kecil. Zaky terkekeh dan melirik teman Fitri yang menjauh untuk memberikan privasi kepada mereka. 

"Katanya nggak bisa dateng. Kok sekarang disini?" tanya gadis itu kebingungan.

"Rahasia dong," ucap laki-laki  itu sembari mengedipkan sebelah matanya. Dia kemudian memberikan sebuket bunga mawar merah yang membuat gadis itu tersipu. "Selamat buat yang udah lulus sekolah."

Fitri tersenyum dan menerima buket itu dengan senang hati, "Terima kasih."

Zaky kemudian mengeluarkan sebuah kotak panjang dan menyerahkannya pada gadis itu. "Buat kamu."

"Apa ini?" tanya Fitri sembari menerima kotak itu.

"Coba kamu buka."

Fitri mengangguk dan membuka kotak itu dengan hati-hati. "Cokelat?" Fitri terkekeh saat melihat sebatang cokelat dengan pita merah mengikat di tengah-tengah cokelat tersebut.

AriVeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang