OO4

749 56 1
                                    

Sebuah cahaya menyelinap masuk melalui celah jendela, mata Jay mengerjap, membiaskan cahaya masuk. Tangannya terulur ke atas nakas, mengambil handphonenya.

Mata lelaki itu mengerjap sesaat, helaan napas kecil saat melihat sebuah panggilan tak terjawab kemarin malam. Tidak hanya satu, tapi belasan kali.

Jay memejamkan matanya, menyimpan handphonenya cepat.

Tapi sesuatu berhasil mengalihkan perhatiannya. Jay tersenyum, menarik kembali selimut untuk menutupi tubuh gadis itu.

Ya setidaknya malam tadi sangat menyenangkan.

Jay bangkit dari tidurnya, berjalan menuju kamar mandi. Meninggalkan Niki yang masih pulas tertidur, dia terlihat lugu sekali jika dilihat seperti itu, pikir Jay terkekeh geli.

Pagi ini di apartemen Jay, lelaki itu sibuk dengan alat dapur dan bahan makanan. Suara dari kegiatan masaknya berhasil merusak tidur pagi Niki, gadis itu berjalan lunglai.

"Kau sedang apa?" Matanya masih menyipit dan Niki berjalan ke arah meja makan, duduk di sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau sedang apa?" Matanya masih menyipit dan Niki berjalan ke arah meja makan, duduk di sana.

Jay meliriknya, seakan berkata 'apa kau tidak lihat?' dan kembali menyibukkan diri. Sedangkan Niki berdecih melihat hal tersebut, tangannya diam-diam mengambil buah apel di meja makan di depan.

"Baru kali ini aku melihat seseorang lelaki yang memasak," ujar Niki sembari mengunyah buah apel dimulutnya. Matanya terus melirik Jay kemanapun lelaki ini pergi.

"Kau saja yang belum menemuinya," balas Jay tenang.

"Ya ... mungkin begitu. Tapi, kau sangat keren sekarang." Niki menangkup wajahnya, mulai menggoda. "Bukankah istrimu akan menempel padamu jika begini."

Detik itu, Jay menghentikan kegiatannya. Dia diam mendadak dan berdeham, kembali menyiapkan hasil masakannya. Sial sekali, kenapa dia tiba-tiba merasa gelisah.

"Oiya, bolehkah aku tetap disini dulu?" tanya Niki menatap Jay penuh harap.

Jay membalas menatapnya dengan alis terangkat.

"Kalau kau tidak mengijinkan, tidak papa."

"Aku belum menjawabnya, kapan aku bilang tidak mengijinkan?" Jay beralih duduk di sebrang Niki, dan membawa dua piring dengan nasi goreng untuk sarapan.

"Jadi kau mengijinkan?"

"Hm, tetaplah disini sesuka hatimu," Jay menyuapkan sesendok ke mulutnya dan tersenyum setelahnya.

Niki dengan sendok di tangannya tersenyum lebar. "Terimakasih, Tuan."

Jay hanya terkekeh dan geleng-geleng, entah apa lagi maksud gadis aneh di hadapannya ini. Matanya melirik Niki yang memakan sarapannya dengan lahap. "Kau menyukainya?"

"Suka."

"Lalu, bagaimana dengan yang membuatnya?"

Alis Niki tertaut. Dia memiringkan kepalanya. "Bukankah semalam sudah jelas, Tuan. Kau berhasil mencuri hatiku," jawab Niki senyum dengan tangannya di dada sebelah kiri, dilebih-lebihkan. Lantas tertawa setelahnya.

A Mistaken Relationship [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang