OO8

525 46 0
                                    

Langkah Jay semakin cepat saat dirinya sudah berada di dalam rumah, menemui Dean. Wajah panik terlihat kentara, saat bertemu dengan Julle, Jay langsung menanyakan keberadaan Dean.

"Bagaimana, Julle? Dean gak papa?" tanya Jay khawatir.

Julle sedikit terkejut, namun berusaha menenangkan Jay dengan anggukan pelan. "Dia baik-baik saja, hanya demam, tapi suhu tubuhnya benar-benar tinggi. Jadi, karena khawatir aku menelponmu, maafkan aku karena mengganggu mu, Jay."

"Kau pasti sibuk dengan pekerjaanmu." Julle menatap bersalah.

Jay menggeleng. "Tidak ada yang lebih penting daripada Dean. Tapi, syukurlah tidak terjadi hal lain."

"Dia menanyakanmu, Jay. Dean rindu dengan papanya," kata Julle memegang lengan Jay lembut. Dia tersenyum hangat padanya.

Sementara Jay hanya menatap istrinya tanpa ekspresi, melihat tangan Julle di tangannya. "Kalau begitu aku akan menemuinya."

Julle menggeleng. "Setidaknya kau istirahat dulu karena lelah di perjalanan."

"Aku baik-baik saja, lelahku akan tergantikan jika bertemu Dean."

"Tapi setidaknya gantilah pakaianmu dahulu, ya. Biar aku siapkan." Julle berjalan masuk, mencari pakaian Jay dan menyiapkan peralatan mandi suaminya tersebut.

Sedangkan Jay hanya mengacak-acak rambutnya pelan, dan berjalan ke kamar mereka. Dia membuka baju disana, dan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Lupa jika Julle juga masih di kamar mandi.

"Ah Jay, maaf sedikit terlambat menyiapkan peralatan mandimu," ucap Julle merasa bersalah, padahal tubuhnya sedikit kena cipratan air.

"Terimakasih, Julle."

Julle tersenyum lebar, mempersilahkan Jay untuk melakukan kegiatan mandinya. Julle merasa senang karena Jay kembali pulang ke rumah, dan Julle sangat merindukan Jay, apalagi perlakuan lelaki itu.

Sementara Jay di kamar mandi tengah mengguyur seluru tubuhnya, dari atas kepala hingga kaki. Sialnya, disaat-saat seperti ini ingatan tentang Niki justru muncul.

Jay berdecak. Dia menghentikan shower dan berjalan ke arah cermin. Tangan Jay meraba bibirnya, ada sedikit rasa sakit akibat gigitan kecil Niki disana. Namun, lelaki gila ini justru tersenyum.

Padahal baru tadi siang mereka bertemu, Jay tiba-tiba merindukannya. Dia ingin memeluk gadis itu saat ini. Jay juga ingin jika Niki berada dalam dekapannya, sangat pas dengan tubuh kecil Niki dan tubuhnya yang lumayan bidang.

Jay meringis memikirkannya. "Sial," decaknya dan kembali menyalakan shower.


Sebagai seorang istri, sudah kewajiban Julle untuk melayani suaminya. Karena itu Julle menyiapkan beberapa makanan jika Jay lapar dan beberapa kebutuhan lain yang dikiranya Jay membutuhkan.

Julle mengambil pakaian Jay. Dia tersenyum melihat kemeja putih milik suaminya. Dia mencium aroma maskulin di kemeja itu.

Tapi, penciuman Julle tidak mungkin salah karena dia merasa ada rasa manis di aroma kemeja itu. Seperti parfum milik seorang perempuan.

Jantungnya berdetak kencang. Julle gelisah dan menahan ketakutannya agar tidak berpikiran negatif. Tapi, hal itu dikecewakan dengan Julle melihat noda merah di lengan kemeja itu. Warna merah bekas noda lipstik.

Julle mendadak melepaskan kemeja itu dari tangannya. Dia menutup mulutnya, menggeleng kuat— membuat pikiran terburuk. Dia terduduk lunglai di kasurnya, dadanya merasakan sesak tiba-tiba.

"Jay..."

•••

Niki mengusap wajahnya dengan handuk kecil, dia baru saja melakukan work out di Gym. Saat ini gadis itu tengah beristirahat dan meminum botol airnya.

A Mistaken Relationship [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang