Chapter 1 - Once Upon a Spring Day

41 2 0
                                    

Matahari mulai menampakkan dirinya sebagai tanda bahwa pagi telah tiba. Langit terlihat cukup cerah, burung-burung berkicau dan bunga-bunga bermekaran. Sungguh, itu merupakan momen terbaik untuk mengadakan acara pernikahan. Namun, Isolde tidak peduli dengan cuaca maupun bunga yang bermekaran. Kenapa? Karena sejak awal dia tidak pernah menginginkan pernikahan itu terlebih lagi dengan pria yang tidak dicintainya.

Sebulan yang lalu, Isolde telah meninggalkan tanah kelahirannya. Ayahnya-Raja James-yang terkenal akan gaya hidup hedonismenya itu, alih-alih menikahkan, lebih cocok jika disebut sebagai 'menjual' sang Putri kepada Kaisar dari Lobelia demi kepuasaannya sendiri. Meski mengetahui kenyataan bahwa Isolde mencintai orang lain, dia tetap menyetujui pernikahan antara Isolde dan sang Kaisar bahkan tanpa menanyakan pendapat sang Putri.

Isolde kecewa. Dia juga sangat marah setelah mendengar berita tersebut. Namun, meski dia protes pun, ayahnya tetap teguh pada keputusannya. Emosi yang dia rasakan hingga sesakit apa luka di hatinya, dia masih mengingatnya dengan amat jelas bahkan sampai detik ini.

Hari itu merupakan hari biasa yang teramat biasa. Isolde hanya duduk di kamarnya sembari membaca sebuah buku sejarah untuk membunuh waktu. Tidak lama setelah itu, seorang pelayan dari istana raja datang. Si Pelayan menyampaikan pesan bahwa Isolde diminta agar menemui sang raja di ruang kerjanya. Dia pun meletakkan buku sejarah yang sebelumnya ia baca di meja lalu bersiap pergi.

Singkat cerita, Isolde telah tiba di ruang kerja ayahnya. Dia selalu merasakan sakit kepala setiap kali memasuki ruangan itu. Menurutnya, ruang kerja ayahnya itu terlalu mewah dan menyilaukan. Ada banyak ornamen emas hingga dekorasi-dekorasi yang tampak tak penting pun terbuat dari emas. Sedangkan di luar sana masih banyak rakyat yang kelaparan.

Raja James pun mulai berbicara dari balik meja kerjanya tanpa mempersilahkan Isolde untuk duduk, artinya pembicaraan mereka akan singkat lalu selesai.

"Dengarkan, saat ini aku tidak akan berbicara sebagai ayahmu melainkan sebagai rajamu!" ucap Raja James tegas.

Isolde membalas dengan perasaan cemas, "Baik, Yang Mulia. Apapun yang akan anda sampaikan, akan saya dengarkan dengan baik."

Dia bisa menebak bahwa sesuatu yang akan disampaikan oleh ayahnya pasti menyangkut tentang dirinya dan kerajaan. Dia harus mempersiapkan diri.

Raja meletakkan kedua tangannya di atas meja lalu menjelaskan, "Kemarin, aku dan kaisar Lobelia sedang berdiskusi tentang politik dan budaya. Di akhir perbincangan itu, tiba-tiba sang Kaisar menyampaikan niat baiknya untuk meminangmu dan menjadikanmu sebagai permaisurinya."

Deg! Jantungnya seolah berhenti berdetak selama sepersekon. Dia tahu bahwa pembicaraan tentang pernikahan pasti akan datang, entah cepat atau lambat. Namun, dia tidak menyangka akan mendengarnya pada hari itu.

Isolde pun memberanikan diri untuk bertanya dan menepis rasa takut akan jawaban yang keluar dari mulut ayahnya, "Lalu bagaimana respon anda saat itu?"

Raja James menyandarkan punggungnya pada kursi yang ia duduki, bola matanya bergerak ke atas sambil menyilangkan tangan seolah berpikir lalu menanggapi, "Aku belum pernah membayangakannya sebelumnya tapi aku tidak bisa menolak niat baiknya, bukan?"

"Lalu berapa harga yang anda dapatkan dari pernikahan tersebut?"

"Harga? Apa maksudmu? Apa kau berpikir bahwa aku ini menjualmu yang merupakan keluarga kerajaan?"

Sejenak, ucapan sang Ayah membuatnya hampir tak bisa berkata-kata. Beberapa sekon kemudian, Isolde pun menyimpulkan, "Intinya, anda telah membuat keputusan tanpa menanyakan pendapat saya sebagai orang yang bersangkutan."

"Itu adalah keputusan terbaik yang kubuat demi putri," ucap raja seolah tidak mengambil pusing dan percaya diri pada keputusan yang dia buat.

Isolde pikir setidaknya dia akan membiarkannya memilih sendiri calon suaminya karena tidak ada pembicaraan tentang pernikahan sampai usianya menginjak 24 tahun. Namun, ternyata itu hanyalah pemikiran bodoh dan sia-sia.

Isolde of BrirenthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang