7. Teman Baru

1 0 0
                                    

Matahari masih belum terbangun sepenuhnya ditambah hembusan angin pagi yang sejuk menyapu wajah seseorang dari balik helm yang dikenakannya tubuhnya merasa sedikit menggigil karna angin yang menembus tulang rusuknya. Dengan berbalut jaket kulit berwarna hitam miliknya, Aruna terus focus pada jalanan, ia mengendarai motornya membelah jalanan ibu kota yang masih sepi.

Ini sungguh pemandangan langka yang ditunjukan oleh seorang Aruna Rachelia Forte. Dia baru saja beranjak meninggalkan halaman rumahnya untuk beerangkat ke sekolah. Bahkan matahari pun masih belum terbangun sepenuhnya.

Hal ini tentu Aruna lakukan karna ada sebabnya. Semalam sebelum Aruna tidur, ia membuka ponselnya yang berdering dan ternyata ada pesan masuk disana. Aruna benar benar mendengus sebal dan mengusap wajahnya dengan kasar.

Bagaimana tidak, ternyata pesan yang barusaja ia dapat ternyata berasal dari Edgar. Di dalam pesan tersebut Edgar mengatakan bahwa besok pagi dirinya akan menjemput Aruna Kembali agar berangkat sekolah bersama.

Namun Aruna sama sekali tak berniat untuk membalas pesan tersebut. Ia justru sedang bertengkar dengan isi kepalanya untuk mencari cara agar Edgar tidak mengganggunya terus.

Dan terlintaslah ide ini. Dia berangkat lebih awal dari biasanya sebelum pria itu benar benar datang menjemputnya. Beruntung kemarin motornya sudah selesai diperbaiki oleh ayah nya. Bahkan sebelum Aruna berangkat, kedua orangtuanya benar benar bingung dengan sikap Aruna yang seperti terburu buru berangkat padahal langit masih gelap.

Disisi lain, Edgar yang menggunakan motor besar miliknya baru saja sampai dan terparkir di sebuah halaman rumah. Dengan cepat ia turun dari motor dan mengetuk pintu Edgar membuka helm yang tadi masih ia kenakan kemudian sedikit menyisir rambutnya dengan jari jari tangan sambil menunggu sang pemilik rumah membuka pintu.

Detik kemudian muncullah seorang Wanita paruh baya yang terlihat masih sangat cantik walaupun usianya sudah menginjak 40 tahun.

“Selamat pagi Bunda” Ucap Edgar yang kemudian meraih tangan Rasi untuk ia cium.

“Edgar?” Rasi justru terlihat kebingungan dengan kehadiran Edgar.

“Una nya udah bangun belum bund? Soalnya kita mau berangkat bareng” Tanya Edgar dengan raut wajah yang berseri seri.

“Una? Dia udah berangkat 30 menit yang lau. Bunda juga aneh kenapa dia berangkat sepagi itu ga biasanya. Tapi kalian memang sudah ada janji?” Rasi mencoba menjelaskan dengan hati hati karna tidak mau salah dalam menjelaskan.

“Eumm kemarin malam sihh Edgar udah kirim pesan ke Una, dan Una juga sepertinya sudah baca pesan itu” Jawab Edgar yang kini air mukanya berubah 180 derajat menjadi sangat muram.

“Mungkin dia lupa yaaa” Kata Rasi mencoba untuk sedikit menenangkan Edgar.

“Yaudah deh kalo begitu Edgar langsung berangkat ke sekolah aja ya bundaaa” kemudian Edgar memutuskan untuk meninggalkan tempat tersebut.

“Iya yaudah kamu berangkat aja yaaa takut terlambat. Hati hati di jalan, jangan ngebut ngebut bawa motornya” Rasi menasihati Edgar layaknya anak sendiri.

“Iya bunda, Edgar pamit” Ucap Edgar kemudian mencium punggung tangan Rasi Kembali. Edgar pun merasa ada yang aneh pada dirinya yang sudah beberapa kali mencium punggung tangan Rasi. Ia seperti teringat dengan mendiang mamahnya yang sudah meninggal beberapa tahun yang lalu.

Dan satu tahun setelah ibunya meninggal, ayahnya justru menikah Kembali dengan seorang Wanita Bernama Dania yang sekarang menjadi ibu tirinya. Ntah apa yang terjadi, tapi Edgar sangat membenci ibu tirinya. Ia bahkan tidak pernah mau untuk sekedar berbincang dengannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 09, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aruna ForteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang