41* Cari Solusi ?

81 14 0
                                    

Hampir dua minggu Jimin melakukan tugasnya sebagai guru privat Maira, dan selama itu kebutuhan ekonomi dalam keuangan cukup di tralisasikan untuk memenuhi yang lain.

Namun, di samping keuntungan tersebut tetap ada hati yang meresahkan segala hal. Bukan berarti tak bersyukur atas apa yang telah di peroleh, tapi di balik segala sesuatu dari orang-orang yang bermaksud di luar nalar cukup mengganggu pikirannya itu.

Yuna menghela nafas ketika ia sedang menghitung pendapatan perminggu ini. Belum lagi, ia harus menyisihkan uang bulanan untuk membayar hutang sang mertua.

Jimin keluar dari kamar mandi dengan wangi sabun yang membuat Yuna menjadi salah fokus. Suaminya terlihat lebih tampan jika sudah segar seperti itu, perpawakan pria idaman kaum hawa.

Beruntung, M Jimin Fauzan hanya miliknya seorang.

"Lagi ngapain, Bee? Udah dapet berapa uang?" tanya Jimin mendekati Yuna dengan usilnya meletakan dagu kepala di pundak ringkih itu.

Bahkan pertetes air dari rambutnya yang basah membuat Yuna menatapnya sebal. "Minggir sana! Rambut kamu masih basah a!"

"Iya emangnya kenapa?"

"Pake nanya kenapa lagi?" dengus Yuna kesal, "Tetesan itu kena baju aku ntar. Keringin dulu sana, baru mepet kaya lintah."

Jimin mengambil ciuman saat istrinya berkata demikian, cakep gini macem kaya lintah emang? Gak elit banget.

"Nanti abang-abang aku mau mampir kesini sekalian liat Ibu, selain itu. Ada yang bakalan di omongin sama kami bertiga menyangkut permasalahan ini, kamu siapin uangnya. Aku mau nujukin ke mereka bahwa aku bakalan ngasih segitu dulu."

Yuna menatap kemudian paham, ia agak ragu dengan pemikirannya. "Kalau beda pendapat dan ada yang lebih unggul gimana?"

"Bagus donk, hak semuanya buat mengutarakan."

"Bukan itu maksud aku, aku takut kamu nanti di pojokin. Kita kan ngeluarin buat bantu gak terlalu banyak a."

Jimin menghela nafas, bercermin melihat pantulan bayangan istrinya yang menuduk sambil menata tulisan catatannya.

"Mereka gak terlalu begitu Be, walau nanti ada yang merasa keras kepala itu gak bakalan buat aku merasa terpojokan."

Perbincangan mereka di hentikan karena Ibu mengintrupsi keduanya bahwa Jerry dengan istri serta anaknya telah datang bersama Jino yang hanya sendiri tidak membawa keluarganya.

Yuna menyuguhkan beberapa hidangan bagi mereka, bahkan Rini anak Mas Jerry begitu antusias ketika ada cemilan jelly warna-warni di rumah Om dan Tantenya.

"Sayang, gak boleh banyak-banyak makannya." Rere selaku istri Jerry menegur anaknya itu gemas.

"Mbak, itu kan Jelly kadar gulanya gak terlalu banyak. Masih bisa di makan kalau Rini masih pengen lagi," ujar Yuna dengan senyuman.

Rere menoleh sekilas kepada wanita itu, "Rini gak boleh terlalu memakan yang manis-manis dulu selama ini. Dia suka banget ke serang sakit gigi dan buang air besar, saya lebih paham dia maka dari itu saya larang buat gak terlalu banyak memakan Jellynya."

Yuna tertegun kemudian mengangguk kikuk, nada bicara si mbak kurang mengenakan membuat Yuna jadi semakin canggung bahkan ia gak tahu akan hal itu.

Jimin tak menyadari perubahan sang istri, karena kini ia tengah berbincang dengan Jerry serta Jino tak jauh dari perkumpulan para istri dan Ibu mereka.

"Seminggu ini bapak belum ada kabar lagi, terakhir waktu komunikasi bilang masih usaha buat nyari. Dan Mas bilang kita bakalan bantu, asalkan nanti bapak bisa pulang lagi."

Complex Family So Cute (BangChin)🏡Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz