Operation Hate 3

6.1K 781 85
                                    



🍉


15 tahun lalu...

"Naughty girl!"

Aku tersentak menutup novel yang aku baca karena pintu ruang musik terbuka kasar.

Gautama masuk memincingkan matanya padaku lalu berjalan mendekatiku yang duduk selonjoran di atas sofa cokelat. "I can't believe what I've just read!" katanya sambil bertolak pinggang.

"Hah...?"

Satu tangannya naik memijat pangkal hidungnya, "Aku enggak tahu kamu bisa se-kinky ini, Safaya Bazarem!"

"A-apa?"

Mata Gautama menatapku lurus, lalu turun pada novel yang tertutup di atas pangkuanku, tiba-tiba ia berdecak kuat, "Kamu mau aku... mau aku... arrgh!" dua tangannya mengusap kepalanya dengan frustasi, "I can't do that, Safaya! First of all, aku enggak punya pistol. Second of all, are you crazy? Kamu horny kalau tahu aku kirimin kamu jari orang?!"

Bola mataku melebar, rasa panik naik dari perutku ke tenggorokan sampai aku tercekat menyadari apa yang sedang ia katakan.

"Ka-kamu baca Haunting Adeline?!" bisikku tercekat.

Gautama menggeleng berkali-kali, menatapku begitu horror, "Kamu harus stop baca cerita kayak gitu, Safaya!"

"A... aku..." Wajahku begitu panas, namun tanganku terkepal dingin karena tegang.

Rasa malu memenuhi tubuhku. Aku bahkan langsung mengalihkan pandangan mataku agar tidak bertautan dengan mata hitam itu.

"A-aku... I-itu..."

"Kamu mau nguntit, It's fine. Tapi..." dia menarik nafasnya sebelum berbisik padaku, "Kamu mau aku perkosa dengan memasukan pistol ke... milikmu? It's insane, Safaya Bazarem!"

"Aku nggak nyuruh kamu begitu!" Seruku memekik panik. "Aku bahkan nggak suruh kamu baca cerita itu!"

"Tapi, kamu berharap 'kan?" tuduhnya membuat jantungku berdetak kencang.

"Enggak!"

"Bohong!"

"Aku nggak segila itu!"

"Terus kenapa wajah kamu merah sekarang?"

Aku menggeleng panik, kepalaku berputar mencari alasan, "Aku kepanasan!"

Gautama berdecih dan melipat kedua tangannya di dadany, "Sure, you are."

"A-Aku..." Menelan ludah kasar aku memukul perutnya yang bisa aku jangkau, "Apa, sih!"

"Kamu enggak perlu malu buat mengakui kalau kamu mau aku ngikutin apa yang Zade lakuin ke Adeline."

"Enggak!"

"Keep lying. I'll bite."

"I'm not! Oh-my-god!"

Aku tidak mungkin mengakui kalau diam-diam aku selalu membayangkan kalau apa yang novel aku baca terjadi juga dalam hidupku. Aku selalu membayangkan bagaimana kalau aku menjadi si pemeran perempuan dan Gautama menjadi si pemeran lelaki.

Seperti apa yang Gautama tuduhkan. Di dalam novel, Zade Meadows melakukan pelecehan dengan melibatkan pistol pada Adeline. Membaca novel dewasa ini dengan sudut pandang pertama sebagai Adeline yang ternyata terangsang oleh apa yang Zade Meadows lakukan, ikut membawa antusiasme dalam diriku.

"Kenapa kamu baca novel ini? Kamu baca di mana?" Tanyaku mengalihkannya.

Gautama mendesah, merogoh saku celananya dan langsung melemparkan ponsel ke pangkuanku. Aku merubah posisiku menjadi duduk, menatap bingung pada ponsel miliknya di tanganku.

Short Story IIWhere stories live. Discover now