14. Buna & Lucy

506 46 2
                                    

Kini Lucy berada di rumah kedua orang tuanya, Lucy kerumah bukan semata ingin meminta uang jajan kepada Ayah nya, hanya saja Lucy tiba tiba merindukan Buna nya yang selama ini sibuk bekerja.

"Buna!!" Rengek Lucy kepada Buna nya yang lebih memilih dapur dibandingkan nonton televisi bersamanya.

"Kenapa sih, Na?" Tanya Buna nya kepada Lucy

"Kok Buna malah ke dapur sih?!" Kesal Lucy jadinya.

"Ya emang kenapa? Kan Buna ke dapur buat bikin makan nanti siang, Na." Jawab Buna yang di balas kekesalan dari Lucy.

"Emang Buna bakal masak apaan?"

"Lele sama Ayam sih terus sayur toge, udah." Jawab Buna dengan mata yang masih fokus mengupas bawang merahnya.

"Mata Buna gak pedes kah ngupas bawang merah?" Buna nya menggelengkan kepala.

"Udah biasa atuh, Na."

"Emang gitu?"

"Iya, ntar kamu kalau udah nikah bakalan kayak gini."

"Ish! Aku suruh suami aku aja yang ngupas bawang perbawangan." Jawab Lucy dengan wajah tampak malas membayangkan kalau dirinya akan masak dan mengusap bawang merah sampai menangis.

"Anjir yang kebayang langsung muka si Leon, aman gak nih gue?" Batin Lucy karena sedetik bayangannya wajah Leon lah yang muncul.

"Mana bisa kayak gitu? Cepet jadi janda kamu kalau begitu." Jawab Buna nya lagi membuat takut Lucy.

"Buna mah!"

"Bener gitu, Na. Makanya belajar masak dari sekarang aja."

"Gak usah, Na. Rumah kamu pake art aja nanti!" Sahut Ayah nya yang baru saja kembali dari kantor lebih cepat dari biasanya.

"Ayah!!!" Lucy berlari ke arah Ayah nya dan memeluknya.

"Kamu ini, Mas. Selalu saja memanjakan Lucy." Buna menggelengkan kepala melihat tingkah suami dan anak tunggal nya itu.

"Gapapa lah, sayang. Lucy harus jadi wanita karir yang hebat!" Jawab Ayah lagi sembari membelai lembut surai hitam sang anak.

"Ayah, Lucy sayang Ayah!"

"Ayah lebih sayang, Lucy." Jawab Ayah nya membuat Lucy semakin mempererat pelukan mereka.

"Ada ada saja."

~

Makan siang berlangsung dengan tenang, hanya ada suara sendok dengan piring yang saling beradu. Suasana hening ini membuat Lucy mendadak bosan.

"Lusa kita jalan jalan yuk?" Lucy pun bersuara.

"Mau kemana memang?"

"Kepuncak?" Usul Lucy yang di balas lirikan oleh Ayah nya.

"Bandung aja lah, Na." Sela Buna nya.

"Kok bandung sih, Bun?"

"Buna lagi pengen kesana, Na."

"Yaudah ke puncak sama bandung aja, deket kan." Lerai Ayah membuat Lucy dan Buna tersenyum.

"Ayah emang yang terbaik!" Sahut Lucy kesenangan.

"Iya iya, udah lanjutin makannya sampe habis." Mereka bertiga kembali melanjutkan makan mereka sampai habis dan selesai itu Buna dan Lucy akan membasuh piring dengan baik dan benar.

~

"Bun."

"Hm?"

"Rasanya jatuh cinta tuh gimana sih?" Buna melirik kearah Lucy yang memang sedang mempertanyakan mengenai perasaan.

"Ya bahagia."

"Bahagia banget?"

"Tergantung sih."

"Kok tergantung?"

"Kalau pasangan kita nge-treat kita bagus dan penuh kasih sayang ya kita bahagia dong, begitu juga sebaliknya." Jelas Buna yang di cerna oleh Lucy.

"Kamu lagi jatuh cinta kah?"

"Ah? E-enggak." Elak Lucy yang dapat Buna nya rasakan kalau anak semata wayang nya ini sedang jatuh cinta.

"Ngaku aja."

"Enggak! Apaan sih, Bun."

"Kamu gak mau ngerasain rasanya pacaran? Pacaran tuh enak, Na. Emang iya ada bahagia pasti ada sedihnya juga. Tapi kalau kamu dapet yang pas pasti bahagia terus!" Lucy terdiam mendengar perkataan Buna nya.

Terkadang ketika ia berdekatan lalu bercanda tawa dengan Leon ada perasaan lain di hatinya yang membuat perutnya di terbangi oleh banyaknya kupu kupu.

Aneh.

Rasanya aneh tapi bisa membuatnya bahagia.

"Kamu gak lagi dekat sama siapapun?" Lucy menggelengkan kepalanya.

"Udah hampir delapan belas tahun dan kamu belum ngerasain rasanya jatuh cinta?" Lucy kembali menggelengkan kepalanya.

"Kamu gak lesbi kan?"

"Ih! Gak lah, Bun. Enak aja kalo ngomong!" Omel Lucy membuat Buna nya tertawa.

"Coba deh suka sama temen laki laki, pasti rasanya beda."

"Ya beda lah, Bun. Ya kali sama aja!"

"Siapa tau aja kamu ngerasa sama aja."

"Gak lah, Bun."

"Coba buka hati pelan pelan ya, Na."

"Tapi Ayah larang aku pacaran, Bun."

Dan itu satu alasan kenapa Lucy sampai sekarang masih enggan membuka hatinya untuk cowok cowok yang menyukai dirinya.

"Buna juga ngelarang kalau pacaran kalian melenceng." Jawab Buna membuat Lucy mendelik.

"Terserah, Buna."

"Makanya kalau pacaran biasa aja. Pegangan tangan sama pelukan dikit aja udah! Gak usah cium cium." Buna memperingatkan Lucy agar tidak melakukan hal lain ketika anaknya berpacaran nantinya.

"Gak bakal lah, Buna. Aku gak gitu anaknya tau!"

"Siapa tau ajakan?"

"Gak loh."

"Pacaran anak jaman sekarang kalau gak nempel, meriang." Canda sang Buna yang membuat Lucy tertawa.

"Tau tau aja si, Buna."

"Tau lah, di sosmed rame kayak begituan mah."

Buna nya tipikal ibu muda yang memang gayanya social media sekali.

"Aku gak bakal kayak gitu, Buna sama Ayah tenang aja." Jawab Lucy meyakinkan sang Buna.

"Bagus deh."

Momen seperti ini memang langka yang membuat Lucy sangat ingin merasakan hal seperti ini setiap harinya.

Karena Buna nya sibuk, ia harus bisa menahan rindunya kepada sang Buna sampai waktu sibuk sang Buna berakhir dan kembali berkumpul bersama dirumah mereka.











Jangan lupa follow, vote, & komen.
See youu💗

POPULER || NOMIN GS LOKALWhere stories live. Discover now