Chapter 07

1.5K 39 0
                                    

Dengan nafas yang memburu, Ningning terus berlari menyusuri rumah besar yang seolah tak memiliki ujung ini. Awalnya ia berdua bersama Taehyun, tapi kemudian terpisah dan ia tidak tahu kini lelaki itu berlari ke arah mana.

Trang! Trang! Trang! Trang!

Samar-samar terdengar suara loncengnya Haerin. Ningning ingin menangis saja rasanya, ternyata anak itu masih berusaha mengejarnya setelah ia dan Taehyun berhasil kabur dari ruangan pengap tempat mereka tadi disekap.

Tiba-tiba terdengar suara jeritan yang mirip dengan suara Giselle dan Soobin, dan hal itu sukses membuat kakinya seketika mengerem.

“Guys?!”

Dengan bola mata bergulir resah, Ningning berjalan pelan. Berusaha memfokuskan rungunya untuk mengetahui dari mana suara itu berasal.

Sret!

Namun ia dibuat terperanjat saat tiba-tiba ada sebuah kertas keluar dari celah bawah pintu tertutup yang tadi dilaluinya.

“A-apa ini?”

Meskipun takut, tapi rasa penasaran selalu berhasil mengalahkan segalanya. Kertas tersebut diraihnya, dan keningnya seketika mengkerut saat sadar bahwa gambar di kertas itu lebih menyeramkan dari gambar di kertas pertama.

Hanya coretan crayon anak kecil seperti di gambar kuburan sebelumnya, bedanya yang ini adalah gambar kematian. Ada tiga orang di gambar tersebut, yang satu gantung diri di pohon, satunya lagi tubuhnya tertancap di pagar runcing, dan yang terakhir lehernya terputus dari tubuh.

“Yang pertama kuburan dan sekarang ini? Maksudnya apa coba? Atau jangan-jangan ini adalah gambaran mati dari kita berenam?”

“Ya, bisa jadi.”

Ningning seketika berbalik, dan mendapati ada Minji yang sedang memainkan sebuah golok besar di tangannya sambil tersenyum.

“Dan yang lehernya terputus dari tubuhnya, itu berarti adalah kau, Kak.”

“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAKKK!!!”

































.

.

.

Brak!

Pintu itu terbuka dengan kencang, menampilkan sosok Taehyun yang bersimbah darah di area kepala serta wajahnya. Tentu saja Karina dan Yeonjun kaget bukan main melihatnya.

Tapi Taehyun lebih kaget lagi karena tidak menyangka kalau kedua orang itu ternyata ada di ruangan ini. Padahal tadi ia hanya random saja mencari tempat sembunyi.

“Anak-anak itu gila! Haerin dan Hyein menganiayaku dan Ningning hingga begini. Apa yang kalian tunggu? Ayo kita pergi! Kalian mau mati sia-sia di sini, hah?!”

Seruan kalap Taehyun itu membuat Danielle menggeram marah. Sementara suara gemerincing loncengnya Hyein juga semakin terdengar mendekat.

“Ayo, Guys!”

Taehyun meraih lengan kedua kawannya yang masih mematung itu, namun sedetik kemudian dia membeku di tempat karena kalah cepat dengan Danielle yang kini memiting leher Yeonjun.

“Hihihi...” bocah itu terkikik lalu memposisikan gunting tajam di tangan kirinya pada leher Yeonjun. “Bergerak sedikit aja, kalian pasti tahu gimana nasibnya.”

“Kau!” rahang Taehyun mengetat emosi, tapi dia juga tidak bisa berbuat apa-apa karena posisi Yeonjun sangat terancam.

“Kalian ini siapa sebenarnya?!” sentak Karina.

“Bukan siapa-siapa. Kami hanya anak-anak panti yang akan segera mendapatkan kado ulang tahunnya beberapa saat lagi. Itu juga kalau kami beruntung.”

“Apa maksudmu?!” tanya Karina lagi dengan intonasi yang semakin meninggi.

Bingung, frustasi, dan takut menjadi satu. Dia juga merasa aneh dengan Yeonjun yang kenapa tidak memberikan perlawanan sama sekali.

Danielle itu hanya anak berusia sepuluh tahun, dihempaskan tangannya juga pasti bakal kalah. Tapi kenapa Yeonjun di sini seolah tunduk? Dia tetap diam meskipun raut wajahnya juga nampak sangat ketakutan.

“Kami berenam ulang tahun malam ini, Kak.” wajah Danielle tiba-tiba berseri, dan sontak saja ketiga orang itu langsung loading.

Maksudnya keenam anak ini lahir di tanggal dan di bulan yang sama? Kenapa bisa, pikir mereka. Kebetulan kah? Atau ada sesuatu yang belum mereka pahami di sini?

“Dan kado yang kalian maksud itu adalah kami berenam?”

Bugh!

Tepat setelah mengucapkan hal itu, Taehyun langsung ambruk tak sadarkan diri. Karina dan Yeonjun membelalak, apalagi saat tahu bahwa pelakunya adalah Bahiyyih dengan sebuah tongkat baseball di tangannya.

“Dia terlalu banyak berbicara.”

Danielle melepaskan leher Yeonjun lalu mengempaskan tubuhnya pada dekapan Karina. Ia beralih mendekati Bahiyyih yang masih berdiri di ambang pintu sana, tanpa disadari oleh Yeonjun dan Karina bahwa cara berjalannya nampak baik-baik saja.

“Terima kasih, tahu aja aku sedang kewalahan menghadapi tiga orang di sini.”

Bahiyyih mengangguk dan membalas sodoran high five dari Danielle. “Santai aja.”

Karina dan Yeonjun langsung berusaha membangunkan Taehyun, namun tetap saja hasilnya nihil. Tapi keduanya lega karena Taehyun masih bernafas, berarti hanya pingsan. Sekarang tatapan Yeonjun beralih kepada Bahiyyih yang masih berbincang dengan Danielle.

“Hiyyih, bukankah kau bisu?” tanyanya.

Seringaian misterius seketika tercetak di bibir anak cantik itu. Ia memposisikan telunjuknya di depan mulut sebagai isyarat untuk diam.

“Jangan terlalu banyak bicara dan jangan terlalu ingin tahu, Kak. Untuk saat ini, cukup ikuti aturan mainnya kalau kalian gak mau celaka.”

“Aturan main, hah?” bingung Karina yang otomatis membuat tatapan Bahiyyih langsung berpindah padanya. “Aku benar-benar bingung dengan semua ini, kalian ini sebenarnya siapa?”

“Kakak lupa ya? Kita kan emang lagi main, Kak. Ingat dengan kertas yang terjatuh itu? Itu sebuah tebak-tebakkan, Kak.”

“Tebak-tebakkan?! Itu gambar kuburan! Kalian ingin kami mati kan?”

“Nggak juga. Tapi mungkin bagi beberapa anak yang lain iya.”

Pluk!

Tiba-tiba ada benda terjatuh di pojok ruangan. Tatapan Danielle dan Bahiyyih langsung terfokus pada benda tersebut yang ternyata adalah sebuah bola.

Lalu tanpa berbasa-basi kedua bocah itu langsung berlari keluar dengan raut wajah was-wasnya, dan dengan teganya mereka mengunci pintu tersebut meninggalkan ketiga orang itu di dalamnya.

“Lain kali kau harus lebih hati-hati dalam berucap. Sepertinya ada entitas lain yang mulai curiga dengan aksi kita yang terlalu menunda-nunda.” bisik Danielle yang sudah berhasil mengimbangi langkah besar Bahiyyih di depannya.

“Ya, sekarang kita cari yang lainnya. Siapapun yang memegang kertasnya, semoga kakak-kakak itu paham dengan teka-tekinya.”

“Berapa banyak Hyein membuat polanya?”

“Aku gak tahu.”











































.

.

.

TBC

Panti Asuhan || AESTXT [SLOW UPDATE]Where stories live. Discover now