Chapter 3

22 6 18
                                    

"Uhh.... Di mana aku?"

Galih mengerjapkan matanya berkali-kali. Dia sedang berbaring di atas ranjang rumah sakit dengan mengenakan baju pasien.

"Kau pingsan ketika kita kembali." Terdengar suara Riki yang duduk di sebelah ranjangnya.

"Kondisi tubuhmu tidak begitu buruk, tapi aku akan memanggil dokter. Gina, kau temani dia," lanjutnya. Galih menengok ke arah Gina yang duduk di seberang Riki.

"Bagaimana perasaanmu sekarang? Sudah merasa lebih baik?" tanya gadis tomboy berambut pendek itu.

"Kurang lebih," jawab Galih sambil merubah posisinya menjadi duduk.

"Kata dokter kau kehabisan Mana dan memaksakan tubuhmu. Kau harus memerhatikan batasanmu lain kali, mengerti?"

Galih hanya bisa menggaruk kepala sambil tersenyum masam mendengar nasehat dari Gina. Kalau dia tidak mencoba memaksakan dirinya mungkin dia sudah tidak berada di dunia ini lagi. Meski begitu dia paham kalau niat Gina ingin dia tidak melewati kemampuan tubuhnya dan mempertaruhkan nyawa.

"Omong-omong berapa lama aku pingsan?" tanya Galih yang penasaran.

"Ah kalau tidak salah sekitar empat hari."

"Apa?!" Dia tidak menyangka akan tidak sadar selama itu karena cedera yang dialaminya.

"Setidaknya kau sekarang sadar, jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Kau benar-benar yakin tidak merasa ada yang aneh, 'kan?" tanya Gina yang masih khawatir pada Galih. Bahkan kekhawatirannya bisa terlihat dari mata dan raut wajahnya.

Sosok yang ditanya hanya terdiam tidak merespon pertanyaan Gina. Galih sedang memikirkan tentang apa yang dia rasakan dengan tubuhnya. Seolah-olah ada sesuatu yang berubah di dalam dirinya tanpa dia sadari.

"Aku... aku merasa lebih kuat dari sebelumnya."

Dia mengingat kembali pertarungan yang dilakukannya di Dungeon. Awalnya dia kesulitan untuk melawan Skeleton biasa, bahkan dia berniat untuk kabur sebelumnya. Tapi ketika dia melawan mereka, dia tidak menyangka bisa bertahan selama itu. Bahkan dia baru menyadari tentang kemampuannya yang bisa mengendalikan tulang monster itu.

Jelas Galih merasa senang dengan hal ini. Setelah tiga tahun dia bekerja sebagai penambang dan pembawa barang, kini dia bisa mulai bertarung meski kemampuannya tidak begitu bagus. Setidaknya dia bisa menggunakan Skill miliknya dan berusaha untuk membunuh monster yang dia lawan.

"Lebih kuat apanya? Kau beruntung kita mendatangi Gate D-rank yang tidak terlalu kuat jadi monster di sana bisa dilawan Paman Riki dengan mudah." Gina menyentil dahi Galih dengan pelan.

"Kalau saja monster lain yang berhadapan denganmu, entah apa yang akan terjadi," lanjutnya.

'Gina benar. Kalau aku melawan monster yang lebih kuat, aku mungkin sudah mati.'

Riki datang membuka pintu, memecah keheningan antara Galih dan Gina.

"Kau akan diperiksa terlebih dahulu. Kalau hasilnya sudah baik, kau bisa keluar dari rumah sakit," ucapnya pada Galih.

"Baiklah."

***

"Perasaanku saja atau kau memang bertambah tinggi dalam waktu singkat?" tanya Gina sambil membandingkan tingginya dengan Galih menggunakan tangan.

"Bagaimana aku bisa bertambah tinggi dalam empat hari?" balas Galih bertanya pada Gina.

Sudah jelas itu adalah hal yang mustahil untuk bisa tumbuh tinggi hanya dalam empat hari. Terlebih lagi Galih sedang kehilangan kesadarannya saat itu. Namun, perbedaan tinggi itu juga bisa dirasakan oleh Galih.

The Undead's King Vol. 1 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang