Chapter 22 Part 2

8 4 17
                                    

"Sialan!"

"Kenapa kau berteriak seperti itu Leo?" tanya Alfa yang berdiri di atas mayat monster raksasa.

"Pada akhirnya, selain bajingan Zayn itu hanya ada monster lemah! Dan lagi dia berhasil kabur!"

Alfa tidak menanggapi seruan adiknya itu. Dia juga frustasi tentang Zayn yang berhasil kabur dari mereka dan pergi entah ke mana. Hanya saja ada sebuah pemikiran yang mengganggu pikiran.

'Kalau dia serius dan kami bertarung dengan kekuatan penuh, apa kami bisa menang?' Dia meragukan kemampuannya sendiri jika bertarung melawan Zayn.

Barrier pelindung yang dia banggakan dihancurkan begitu saja dengan mudah. Tidak hanya itu, kekuatan Zayn masih belum terukur dari pertarungan sebelumnya.

Sudah jelas jika hanya sendirian saja mereka tidak dapat mengalahkan Zayn. Setidaknya Alfa menyadari hal itu.

"Aku sudah melaporkannya pada Ketua. Para Hunter A-rank ke atas ditugaskan untuk mencarinya di kota."

"Hah? Mereka akan mati jika melawan bajingan itu."

"Seperti kata Leo. Nyawa mereka akan melayang jika berhadapan dengan Zayn," timpal Alfa mendukung ucapan saudaranya yang masih emosi.

"Tentu saja Ketua sudah mempertimbangkan hal itu. Hunter A-rank ke atas hanya bertugas untuk mencari keberadaannya saja. Sementara yang berhubungan langsung dengannya hanya Hunter tingkat Nasional saja."

Alfa dan Leo terbelalak mendengar perkataan Rahmat. Orang yang baru saua mereka lawan dianggap sebuah ancaman yang membutuhkan Hunter Nasional untuk menghadapinya. Bahkan kalau mereka berdua bekerja sama, belum tentu mereka dapat mengalahkan Hunter Nasional. Sementara Zayn yang belum lama ini mereka lawan dianggap seberbahaya itu.

Pikiran Alfa kembali pada pertarungannya melawan Zayn. Seandainya mereka semua mengerahkan seluruh tenaga, maka Zayn yang akan memenangkannya. Itu berarti, mereka masih lemah di hadapan Zayn.

"Sial! Sial! Sial!!!"

Umpatan Leo bahkan tidak menjadi gangguan karena Alfa juga sangat frustasi dikalahkan oleh Zayn.

"Tunggu, itu artinya jika dia ke kota maka ayah kami yang akan menghadapinya?" tanya Alfa ke Rahmat untuk memastikan.

"Benar."

***

"Biar kuulangi. Ikutlah denganku secara baik-baik dan jangan memberi perlawanan yan sia-sia. Apa perkataanku kurang jelas? Hunter yang kembali dari Gate, Zayn." Andre berdiri di depan Zayn dan Galih yang tidak mengerti tentang situasi yang terjadi.

"Sayangnya, aku ada rencana untuk pergi melatih muridku. Benar 'kan, Galih?"

"T-tunggu dulu. A-apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Galih dengan tergagap. Sudah jelas dia akan kebingungan jika dia dikelilingi kumpulan Hunter yang bersiap dengan senjata di tangan mereka.

"Pria di sampingmu itu dianggap sebagai orang yang membahayakan. Dan karena kau melakukan kontak dengannya, kau juga harus ikut, Galih," jawab Andre sambil memegang pundak calon menantunya itu.

"Baiklah. Kalau kalian membawa Galih, aku akan ikut," ujar Zayn sambil berjalan menuju ke dalam sebuah mobil hitam.

"H-hah?! Apa?!"

"Sudahlah, kau ikut saja," ucap Andre sambil menarik lengan Galih dengan mudah.

Tidak perlu waktu lama untuk sampai di ruang interogasi Asosiasi Hunter. Biasanya ruangan itu digunakan untuk menginterogasi Hunter yang melakukan tindak kriminal. Tentu saja ruangan di sana sudah diperkuat agar tidak mudah dihancurkan.

"Katakan, mengapa kau bisa keluar dari Gate?" Andre bertanya sambil memberi tekanan padanya. Meski begitu, dia terlihat santai dan masih bisa tersenyum biasa.

"Aku melihat Gate dari dalam sana dan memutuskan untuk memasukinya. Lalu begitu saja aku kembali ke sini."

"Bagaimana kau bisa berada di dalam sana? Dan apa yang ada di sana?"

"Aku terjebak di dalam Gate dan bertahan hidup. Di sana ada sebuah dunia yang berbeda. Singkatnya kurasa seperti itu," jawab Zayn dengan santai meski berada di depan Hunter Nasional.

"... Apa hubunganmu dengan Galih?"

"Dia muridku. Yah walau kamu baru bertemu tadi."

Meski nada bicaranya terdengar seperti sedang bercanda tapi Andre berniat menanggapinya dengan serius.

"Mengapa kau menjadikannya muridmu?"

"Dialah yang aku cari. Tidak ada alasan lain. Kalau perlu, aku akan mengalahkanmu untuk mendapatkannya."

Kali ini Zayn menunjukkan tatapan mata serius pada Andre. Meski beitu Andre sendiri juga menatapnya dengan serius tak membiarkan dirinya terancam oleh Zayn.

Hanya saja, ada satu hal yang mengganggu pikirannya.

'Galih, mengapa kau diincar oleh orang ini?'

The Undead's King Vol. 1 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang