02

113 13 0
                                    

Hari itu adalah hari ulang tahun Chenle yang ke dua belas. Sebagai hadiah, sang paman membelikannya tiket untuk ke taman hiburan. Namun, karena Junmyeon tidak bisa menemani, jadilah ia meminta tolong pada Jisung untuk menemani sang keponakan.

"Jisung, ayo naik itu!"

Jisung hanya bisa mengekor di belakang si pemuda Zhong, menaiki semua wahana yang anak itu inginkan.

"Hah.. aku lelah."

"Bagaimana jika kita beristirahat sambil meminum jus atau memakan ice cream?"

Manik bulat Chenle otomatis berbinar cerah. "Ide bagus! Aku ingin ice cream."

Keduanya berjalan menuju area yang dipenuhi para pedagang makanan dan minuman. Setelah membeli satu kaleng cola untuk Jisung dan ice cream vanilla untuk Chenle, mereka duduk di sebuah kursi yang tak jauh dari sana.

Chenle menyerahkan ice creamnya pada Jisung dengan terburu-buru.

"Aku ingin ke toilet, tolong pegangi sebentar."

Jisung mengangguk. "Baiklah."

Setelahnya Chenle segera menuju toilet yang berada tak jauh dari sana, sementara Jisung menunggu di kursi yang semula keduanya duduki bersama.

Namun, setelah hampir tiga puluh menit, Chenle belum juga kembali. Ice cream milik pemuda itu bahkan sudah mencair dan terpaksa Jisung habiskan.

Setelah itu Jisung menyusul ke toilet, tapi tidak ada siapapun di dalam sana meski sudah ia periksa satu persatu bilik toilet yang ada di sana.

"Sial."

Jisung segera membuka ponselnya, mengabari orang-orang di organisasi. Setelahnya ia memeriksa keberadaan Chenle melalui alat pelacak yang tertempel pada jam tangannya. Bergegas menyusul si pemuda Zhong menggunakan sebuah taksi.

Sesampainya ia di tempat pemuda bersurai karamel itu terlacak, sebuah bangunan mirip gudang yang ada di hadapannya kini.

Dengan hati-hati ia mengintip kedalam. Mendapati tiga pria dewasa yang sedang mengelilingi Chenle yang pingsan. Tubuhnya terikat pada sebuah kursi.

Jisung mengeluarkan pisau lipat dari balik jaketnya sebelum menyusup masuk ke dalam bangunan saat para pria dewasa itu pergi. Ia segera memotong tali yang mengikat kaki dan tangan Chenle sembari memanggilnya pelan, berusaha membuatnya terbangun.

"Chenle, kumohon sadarlah." Bisiknya.

Saat semua tali yang membelenggu si pemuda Zhong terpotong, tiga pria dewasa itu kembali. Jisung berdecak dan segera memasang posisi siaga ketika pria-pria itu mulai menyerangnya.

Sebuah peluru hampir bersarang di kepalanya jika ia tidak cepat-cepat merunduk. Setelahnya ia berlari mendekati salah satu pria dewasa itu sembari menghindari beberapa peluru yang kembali diarahkan padanya.

Gerakannya begitu cepat menebas leher pria itu ketika berada pada jarak yang cukup dekat dengannya. Pria itu tidak sempat menghindar hingga membuatnya langsung jatuh ke lantai. 

Jisung segera bergerak mundur untuk menghindari tebasan pisau yang diarahkan padanya. Meraih revolver milik pria yang baru saja ia buat tumbang, lalu menembak tepat pada lengan pria yang tadi mencoba untuk menebasnya. Satu peluru berhasil bersarang di jantung pria itu setelahnya.

Dua berhasil tumbang, tetapi pria yang satu lagi menahan Chenle yang sudah sadar dengan sebuah pisau diarahkan pada leher pemuda itu.

"Jika kau tidak meletakkan seluruh senjatamu, maka katakan selamat tinggal padanya."

Chenle menggeleng pelan ketika Jisung menaruh pisau dan revolver yang semula berada di genggamannya. Kedua benda itu sudah tergeletak di lantai ketika Chenle mendorong kepalanya ke belakang sehingga berbenturan dengan dagu pria itu. Pegangan pada tubuhnya melonggar karenanya.

Black Swan  [Chenji / Jichen] ✓Where stories live. Discover now