Delvin menatap datar kearah pantulan wajahnya sendiri didepan kaca kamar mandi, usahanya untuk melupakan kejadian kemarin gagal begitu saja semalam karena bayang-bayang itu terus berdatangan sehingga membuatnya tak bisa tidur, bahkan sekarang lingkar dbawah matanya terlihat sangat jelas menandakan jika pemuda itu sudah bergadang semalaman.
"Asu! Om-om Asu! Gue udah usaha biar tuh om-om nggak muncul didalam pikiran gue semalam, tapi nyatanya itu semua salah! Tuh muka datar selalu muncul dalam pikiran gue! Tatapan datar, senyuman nggak ada, cih! Sekarang aja dia masih berkeliaran didalam kepala gue! Minimal kalo mau berkeliaran didalam otak gue, bayar pajak sewa lah anjir! Biar gue nggak stres-stres amat mikirin muka datar itu!"
Ia mulai memaki pria itu saat mengingat jika semalaman ia sama sekali tak bisa tidur karena pikirannya penuh dengan wajah pria yang sama sekali tak ia ketahui namanya. Usahanya ingin melupakan pria itu seakan-akan pertemuan mereka hanyalah sebuah mimpi buruk, nyatanya tak semulus yang dirinya kira. Karena nyatanya wajah pria itu terus muncul didalam pikirannya, mungkin jika dibayar untuk memikirkan pria itu maka dengan senang hati ia akan membiarkan pria itu ada didalam pikiraanya sekarang, tapi ia sama sekali tak dibayar untuk ini semua!
Niatnya ingin mencari kerja harus ditunda karena tak ingin lingkar dibawah matanya membuat pemilik toko yang ia datangi ilifil, ia tak ingin ditolak begitu saja hanya karena matanya, setidaknya ia harus menunjukan apa yang ia bisa dulu sebelum ditolak mentah-mentah.
"Om-om bangsat! Muka lo kebayang-bayang mulu didalam pikiran gue! Kalo gini caranya mendingan gue langsung kabur aja kemarin, nggak perlu bicara sama anak lo kalo gini akhirnya, bikin stres!" Delvin mengeram kesal didalam kamar mandi yang ada didalam kost miliknya, demi apapun semua rencananya berantakan begitu saja hanya karena pria sialan itu! Kenapa wajah pria itu selalu muncul didalam pikirannya?
"Kalo gini caranya uang gue makin tipis, nanti kalo habis gue makan pake uang apa anjir? Mau cari kerja ada aja masalahnya, asu! Asu!" Pemuda itu mencuci wajahnya dengan sangat kasar akan bisa melampiaskan rasa kesalnya sekarang.
***
Alberio terdiam menatap kearah Kaivan yang tengah memakan sarapan dalam diam, karena hari ini ia akan pergi ke kantor sebentar dan membawa anaknya itu ikut dengannya karena tak ada orang yang akan menjaga balita itu dirumah ini, maka dari itu ia akan membawa Kaivan bersama dengannya.
Setelah semalam tak bisa tidur semalaman, sekarang ia sudah tak terlalu nemikirkan pemuda itu lagi karena hatinya sudah lebih tenang sekarang. Sungguh memikirkan pemuda itu saja sudah membuatnya pusing semalaman, sehingga sekarang ia berjanji pada dirinya sendiri jika dirinya tak akan pernah bertemu dengan pemuda itu lagi, bertemu dengan pemuda itu seperti mimpi buruk yang selalu menghantui dirinya.
Sekarang saja ia sedikit merasa senang karena Kaivan sudah tak membahas tentang pemuda itu lagi, karena jika itu sampai terjadi ia takut akan tak fokus lagi seperti semalam.
"Daddy! Andla udah celecai mamam na!"ujar Kaivan setelah terdiam sangat lama, ia selalu ingat jika daddynya tak suka seseorang berbicara saat tengah makan, maka dari itu sekarang setelah selesai sarapan ia langsung berbicara dengan daddynya itu.
"Daddy?"
"Daddy lamun?"
Balita itu terdiam saat melihat daddynya hanya diam, ini bukan terjadi sekali atau dua kali namun sering, ia tak terlalu terkejut dengan itu semua lagi. Sebagai anak kecil, Kaivan juga tak mengerti apa yang membuat daddynya itu melamun seperti ini.
"Daddy!"
Alberio tersentak saat mendengar suara anaknya itu, ia langsung menatap kearah Kaivan sebelum menunduk untuk melihat sarapan balita itu sekarang, ternyata makanan anaknya itu sudah habis, saking lamanya larut dalam pikirannya sendiri ia sampai tak sadar jika anaknya itu sudah menyelesaikan sarapannya.
"Kau ingin nambah hm?"tanya Alberio, ia merasa aneh kenapa anaknya itu sampai berteriak, apa mungkin karena ingin menambah sarapan lagi, entahlah sejak tadi ia tak fokus dengan semua hal yang terjadi sekarang, terlalu memikirkan semua yang terjadi semalam sehingga dirinya tak bisa fokus sama sekali.
Balita itu menggeleng dengan pelan, ia tersenyum saat melihat daddynya sudah tak diam saja seperti tadi.
"Andla udah tenyang! Daddy napa lamun?"ujar Balita itu panasaran, ia tak pernah melamun seperti itu selama ini. Oleh karena itu sekarang ia merasa penasaran apa yang membuat daddynya diam saja seperti tadi.
Pria itu tersenyum mendengar pertanyaan anaknya, sejak kapan Kaivan tau dengan kata-kata melamun? Itu semua terdengar cukup menggemaskan untuknya, sekarang ia sedikit merasa tenang karena ucapan anaknya itu yang sering kali bisa menghibur dirinya.
"Daddy sedang memikirkan pekerjaan yang ada di kantor selagi menunggu Kai sarapan, sekarang karena Kai sudah sarapan lebih baik kita langsung mencuci tangan lebih dulu sebelum berangkat nantinya,"ujar Alberio dengan beranjak dari tempat duduknya, agar bisa segera membantu anaknya mencuci tangan sebelum mereka berangkat nantinya.
Ia tak ingin terlalu memikirkan pemuda itu jika terus berada dirumah seperti sekarang, mungkin setelah sampai dikantor ia bisa sedikit melupakan masalah yang ada semalam dan juga kemarin, ia sudah muak dengan bayangan pemuda asing itu.
"Let goo! Tita batalan ke tantol na daddy agih~ temu banat olang~ Andla cuta banat orang! Coal na celu!"
Alberio tersenyum kecil mendengar itu semua, karena Kaivan bukan tipe anak yang sangat menyukai keramaian atau tempat yang banyak orang asingnya, bahkan anaknya itu sangat menyukai tempat yang banyak orangnya karena menurut balita itu, banyak orang maka akan seru, mungkin karena selama ini Kai selalu berdiam diri bersama dengannya tanpa bermain keluar bersama dengan teman seumurannya, sehingga sekarang saat melihat begitu banyak orang, anaknya itu terlihat sangat senang. Bahkan sampai ingin selalu ikut dengannya ke kantor, hanya saja ia tak ingin terlalu sering membawa Kaivan karena balita itu terkadang merusuh disana.
"Daddy! Andla udah celecai!"
Pria itu tersentak lagi dan lagi saat mendengar suara anaknya itu, ternyata dampak pemuda itu bisa separah ini pada dirinya, seharusnya mereka tak bertemu. Ia sudah beberapa kali ingin mereka tak bertemu, tapi nyatanya takdir mengatakan ini semua.
"Lec gooo! Belangtat!"
Kaivan berlari kedepan setelah mengatakan itu semua, membuat Alberio lagi dan lagi merasa senang. Didikannya memang keras, namun selama ini ia tak pernah membuat Kaivan menjadi orang lain, ia hanya ingin melihat anaknya itu tumbuh menjadi dirinya sendiri hingga dewasa nanti, walaupun masih membutuhkan perjalanan yang sangat lama untuk itu semua.
Bersambung....
Votmen_
#Karena sidersnya banyak, gue kasih target setiap chapnya, kalo tembus baru update, 200 vote lanjut, nggak tembus nggak lanjut.
KAMU SEDANG MEMBACA
OM DUDA {TERBIT}
RomanceDelvin Lby, pemuda pecicilan, bar-bar, suka membuat onar, secara tiba-tiba bertemu seorang pria yang selalu bersikap dingin, jarang bicara dan tak tersentuh sama sekali. Delvin tak menyukai pria itu karena sikapnya, ia merasa pria itu terlalu dingin...