28

19.2K 1.3K 24
                                    

Delvin tersenyum menatap kearah Kaivan yang sangat bersemangat bermain dengan anak-anak kecil yang ada dipanti asuhan, rencana mereka yang akan datang ke panti asuhan setelah beristirahat sebentar akhirnya tersampaikan karena sekarang Delvin dan juga Alberio tengah berada diruang pemilik panti asuhan sekaligus, ibu panti yang sudah merawat Delvin selama ini.

Tatapan pemuda itu teralihkan kearah ibu panti dan juga Alberio yang tengah berbincang sekarang, ia terlalu fokus menatap kearah balita itu sehingga melupakan tujuan utamanya untuk datang kesini, ia terlalu senang bisa merasakan kembali suasana panti asuhan yang terasa sangat berbeda dari kos miliknya.

"Ibu sering melihat kamu diberita, sehingga sekarang saat bertemu secara langsung denganmu, ibu merasa tak percaya, apa lagi kamu bisa menjadi temannya Delvin yang nakal ini."ujar ibu panti dengan senyuman lembut miliknya, membuat Alberio terkekeh mendengar itu semua, entah kenapa setiap bertemu orang baru, pasti akan mengatakan ini semua, padahal ia tak terlalu terkenal.

"Sebenarnya kedatangan saya kesini bukan tanpa alasan. Saya ingin mengatakan hal yang cukup serius dengan ibu, bersama dengan Delvin juga."ujar Alberio dengan menatap kearah Delvin yang tengah tersenyum sekarang, pemuda itu sepertinya ingin ia yang mengatakan semuanya sekarang.

"Saya datang kesini untuk meminta restu Anda untuk menikahi Delvin. Kami bukan hanya teman, namun pasangan kekasih juga, karena tak ingin terlalu menggantung Delvin, saya ingin langsung menikahinya agar semuanya terbukti jika saya memang mencintai dia. Jika ibu memberi restu terbaik ibu maka dengan senang hati kami akan merencanakan semuanya dan segera mencari tanggal yang pas untuk menikah. Mungkin hal seperti ini sulit untuk ibu terima, karena di negara ini hanya sedikit pasangan spesial seperti kami."ujar Alberio secara langsung tanpa berbasa-basi sedikitpun, ia merasa harus mengatakan semuanya langsung tanpa terjeda-jeda.

Ibu pasti terlihat terdiam dengan menatap kearah Delvin cukup lama, sedangkan pemuda itu langsung menunduk saat ibu panti menatapnya, ia takut akan reaksi yang diberikan ibu panti. Karena tadi siang ia juga ditatap seperti itu oleh ibunya Alberio.

"Kamu sudah mengenal Delvin cukup lama? Tahu semua hal tentang dia kan? Baik kami maupun Delvinnya sendiri tak tahu siapa orang tua kandungnya, karena dulu ibu menemukan dia tengah menangis dijalan yang cukup sepi sendirian, usianya mungkin masih beberapa bulan waktu itu. Kami pernah melaporkan masalah ini pada pihak yang ada disini, namun sampai sekarang tak ada jawaban apapun. Ibu merasa jika kamu sudah mengenalnya, itu artinya kamu juga sudah tau semua sikap buruk maupun baiknya, jika ada sesuatu yang tak kamu sukai dari dia, langsung katakan saja padanya, karena kunci sebuah hubungan adalah komunikasi. Ibu sama sekali tak mempermasalahkan, kalian berbeda atau tidak dari pasangan lain. Ibu hanya berharap yang terbaik untuk Delvin, dia sudah cukup sengsara selama ini. Sekarang tugasmu untuk menjaganya, terlebih kamu sudah berpengalaman dalam sebuah hubungan, pasti kamu tahu bagaimana cara membimbing pasanganmu nantinya."

Ibu pasti tersenyum setelah mengatakan itu semua, karena tak ada alasan yang jelas untuknya menolak niat baik mereka. Karena sekarang sudah ada seseorang yang akan menjaga Delvin dengan baik. Ia merasa senang untuk itu semua.

"Ibu .... "lirih Delvin, ia sama sekali tak menduga jawaban yang akan ibu panti berikan, ternyata diluar pemikirannya.

"Kamu anak ibu yang paling menurut, selalu bersikap dewasa disaat anak-anak yang lainnya tengah rewel. Padahal dulu kamu juga membutuhkan banyak kasih sayang, tapi dengan senyuman polos kamu mengatakan jika mereka mau digendong, sedangkan kamu memeluk kaki ibu saja dengan sangat erat. Memiliki kamu seperti anugrah tersendiri untuk ibu, oleh karena itu apapun jalan yang akan kamu ambil, selagi itu tak merugikan orang lain maka ibu akan selalu mendukung kamu."ujar ibu panti saat merasa Delvin akan menangis sekarang.

Pemuda itu memang sangat luar biasa sejak kecil, membuat ia merasa bangga bisa memiliki pemuda itu sebagai bagian dari panti asuhan ini. Oleh karena itu setiap keputusan yang Delvin ambil, pasti akan selalu dirinya dukung, termasuk belajar hidup mandiri diluar panti asuhan selama lima tahun belakangan ini.

"Terima kasih karena ibu percaya jika saya bisa membahagiakan Delvin. Walaupun yang pertama saya tak bisa memperjuangkan pernikahan saya, namun untuk sekarang saya akan berusaha dengan sangat keras agar semuanya berjalan dengan baik. Bersama dengan Delvin saya mulai merasa jika memang memiliki pasangan yang tepat itu sangat berpengaruh. Oleh karena itu saya sangat yakin untuk segera menikahi Delvin dalam waktu dekat ini."ujar Alberio setelah terdiam beberapa saat melihat apa yang terjadi, ia sedikit merasa terharu melihat respon yang ibu panti tunjukan, sangat berbeda dari kedua orang tuanya.

"Daddy!"

Atensi Delvin, Alberio dan juga ibu panti mengarah pada Kaivan yang tengah berlari kearah mereka sehingga kedua pipi bulatnya terlihat naik turun seakan-akan ingin tumpah dari tempatnya.

"Teman na mau tidul tata na! Coal na tata ibu dicana tadi haluc tidul! Andla dicini ya? Coal na teman na udah bobo!"ujar Kaivan dengan semangat sebelum menatap kearah ibu panti dengan senyuman manis miliknya.

"Tata? Ini ibu na tata? Cantip!"ujar Kaivan dengan menatap ibu panti dengan senyuman miliknya.

"Perkenalkan nama kamu siapa sih? Lucu banget, ibu jadi pengen cubit pipi nya,"ujar ibu panti dengan menatap Kaivan, ia tahu jika balita itu merupakan anaknya Alberio.

"Em? Nama na atu Taivan Tevandla~ calam tenal ibu~"seru Kaivan sebelum berjalan mendekat kearah kakak baik, memeluk kakak baik dengan sangat erat. Balita itu merasa malu sekarang karena sudah mengatakan itu semua.

Mereka berbincang hangat beberapa saat, membicarakan mengenai pernikahan yang akan diadakan tak lama lagi karena Alberio tak ingin menunda semuanya. Setelah itu barulah mereka pamit untuk pulang karena Kaivan sudah mengantuk.

"Saya tak menyangka jika tanggapan pemilik panti asuhan akan seramah itu. Karena kamu tahu sendiri jika pasangan seperti kita tak banyak disini, namun reaksi yang dia berikan sangat luar biasa. Saya merasa jika ini pertanda jika kita memang bisa melanjutkan semuanya ke hubungan yang lebih lagi, urusan kedua orang tua saya kita tak perlu memikirkan itu karena sekarang kita hanya perlu fokus pada rencana pernikahan kita. Ibu kamu mengatakan jika sebulan lagi waktu yang bagus, mungkin satu bulan lagi kita akan menikah, saya akan meminta semua karyawan saya ikut andil dalam persiapan pernikahan kita nantinya."ujar Alberio dengan terus fokus menyetir, karena sekarang mereka akan pulang kerumah setelah mendapat respon yang baik dari ibu panti tadi.

"Gue ikut lo aja baiknya gimana. Soalnya gue nggak terlalu ngerti sama begituan."jawab Delvin, mengeratkan pelukannya ditubuh Kaivan yang ada dipangkuannya sekarang.

Bersambung...

Votmen_

OM DUDA {TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang