Chapter 34

721 82 114
                                    

🐹

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐹





Jimin mengemudikan mobilnya dengan kecepatan normal, menyusuri jalanan kota Seoul yang tidak terlalu padat pada siang hari. Hari ini, Nari mengajaknya bertemu. Jimin yang kebetulan memiliki waktu luang di tengah rutinitas kuliahnya tentu tidak mau menyia-nyiakan kesempatan. Sudah lama sejak terakhir kali ia bertemu dengan sahabatnya. Mengingat itu membuat Jimin teringat masa SMA yang menyenangkan bersama Nari.

Di tengah perjalanan, tanpa sadar Jimin melirik pergelangan tangannya sendiri. Terdapat dua ikat rambut berwarna hitam yang terpasang di sana. Benda yang entah kenapa selalu Jimin bawa ke manapun. Membuat teman-teman kuliahnya justru menganggap bahwa itu adalah gaya. Lengan Jimin yang cukup kekar menambah esensi ikat rambut yang terlihat seperti gelang.

Namun jika saja mereka tahu. Ikat rambut tersebut seakan menjadi simbol bagi Jimin untuk selalu mengingat Nari. Bagaimana Jimin kerap kali mengikat rambutnya. Merasakan tekstur lembut rambut Nari yang sedikit kering di bagian ujung, namun begitu tebal dengan warna hitam pekat. Ah, sial. Perasaan yang dimiliki Jimin ternyata belum pudar sedikit pun. Nari dan pesonanya begitu sulit untuk dilupakan. Mati-matian Jimin menyibukkan diri, memasuki dunia baru dan teman-teman baru. Namun dengan Nari, rasanya berbeda.

Setelah beberapa waktu menempuh perjalanan, akhirnya Jimin sampai di kawasan apartemen Nari yang tidak terlalu luas. Pria itu menghentikan mobilnya di lahan kosong yang biasa dipakai untuk parkir. Jimin yang sangat merindukan Nari merasa tidak sabar untuk segera menemui gadis itu, mengikat rambutnya, atau membuatnya geram seperti terakhir kali mereka bertemu dan makan siang bersama.

Hingga siang itu, Jimin melihat Nari yang sedang duduk di taman.

Menunggunya dengan rambut terikat rapi.

Ketika Jimin turun dari mobilnya, terbesit firasat aneh yang membuatnya gusar. Nari dengan pesonanya yang sederhana membuat keegoisan Jimin yang semula redam oleh keadaan kembali terpancing untuk memancar. Gadis itu begitu cantik. Namun entah kenapa, Jimin merasa jika Nari semakin jauh darinya. Gadis yang sama sekali belum menyadari keberadaan Jimin itu seakan sulit untuk diraih kembali. Bahkan hanya untuk menjadi sahabatnya.

"Nari!"

Nari menoleh, lantas tersenyum sumringah melihat keberadaan Jimin yang berjalan menghampirinya. Gadis itu melambaikan tangan seraya mengisyaratkan Jimin untuk mendekat. Hingga akhirnya, pria itu duduk di samping Nari. Tanpa sadar Jimin tersenyum penuh arti dengan tatapan yang mengarah pada rambut gadis itu.

"Ada yang salah dengan penampilanku?"

"Tidak," jawab Jimin. "Kau hanya terlihat sedikit ... berbeda."

Mendengar itu, Nari menghela napas seraya bersandar di kursi taman. Mendadak raut wajahnya berubah. Seakan kecamuk pikiran yang membuatnya bimbang mengambil alih pikiran. Jimin yang melihatnya tentu menyadari perubahan suasana hati Nari. Namun untuk saat ini, Jimin hanya ingin mengikuti alur yang dimainkan gadis itu. Jika memang ada tujuan yang ingin Nari sampaikan, Jimin tidak akan menaruh ekspektasi apa pun pada pembicaraan mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Daddy Issues [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang