Bab 23

493 49 0
                                    

"Halo, Bu?"

Pandangannya sedikit kabur, lalu perlahan mulai jelas terlihat olehnya sosok asing yang tersenyum membawa sesuatu entah apa.

"Nama Ibu siapa?" tanya perempuan yang mengenakan pakaian berwarna hijau muda dengan rambut tergelung rapi.

"Thea," jawab Thea, sembari mengedarkan pandangan.

"Sebentar, ya, Bu."

Setelah perempuan itu berbalik dan pergi, Thea kemudian menyadari kalau ia berada di rumah sakit saat melihat selang menjulur di tangannya. Ia belum benar-benar mengerti apa yang terjadi ketika melihat sesosok orang lagi menghampiri.

"The? Hei, ini gue."

Reza?

Pria itu mengelus kepalanya, "Apa yang sakit?"

Pria itu malah menatap Thea dengan tatapan asing. Sorot mata yang tidak Thea mengerti maknanya. Tapi ia tidak punya banyak tenaga untuk menanyakan apa dan kenapa ada Reza.

"Enggak usah dipikir, yang penting sekarang lo sehat dulu, Oke?"

Thea kemudian menoleh pelan. "Anak gue?"

Reza kembali diam. Pria itu menarik bangku, lalu duduk. Digenggamnya tangan Thea, lalu ditatapnya dalam-dalam perempuan yang terbaring di depannya. "Dia ada di tempat yang aman dan nyaman."

Bulir air dari mata Thea mengalir. "Gue mau lihat. Dia ...."

"Nanti." Suara Reza terdengar serak. Pria itu berdeham. "Nanti gue antar."

Reza kembali mengangkat diri, mengecup dahi Thea, lalu beranjak pergi. Sedangkan Thea, ia terlalu lemah untuk berpikir apa-apa. Terlalu tidak kuasa untuk menerka kenapa Reza bersikap begitu berbeda dengan pertemuan terakhir mereka.

Kembali, Thea menelan ludahnya. Dipegang perutnya. Sungguh, ia merindukan malaikat yang sejak beberapa bulan menyatu dalam tubuhnya. Sosok kecil yang ia jaga pada akhirnya, yang ia nantikan hadirnya, yang ia rancangkan rencana hidup meriah dan bahagia.

Sungguh ia lemah, tapi memikirkan sesosok anak yang mestinya belum siap lahir tetap membuatnya tidak tenang. Sungguhkah ia sudah aman?

***

"Sus, saya boleh lihat anak saya?" tanya Thea kepada suster yang barusan mengganti infusnya. Dua hari lepas sadar dari operasi, Thea sudah tidak sabar untuk bertemu dengan sosok yang ia tunggu.

"Em, saat ini kita konsentrasi ke penyembuhan Ibu dulu, ya," ucap suster itu. "Suaminya ganteng, ya, Bu. Baik dan perhatian banget. Sejak datang, dia sama sekali enggak pernah pergi ke mana-mana. Paling cuma ke depan beli makan, lalu balik lagi nungguin Bu Thea."

Thea mengerutkan dahi. Reza? Atau yang dimaksud suster itu adalah Bona?

"Nah, itu suaminya sudah masuk. Sudah selesai juga ganti infusnya. Saya keluar dulu, Bu."

"Hei, makan dulu, ya." Reza menggeret meja makan yang berisi senampan asupan gizi buat Thea.

"Za, gue mau ketemu anak gue," kata Thea.

"Iya, tapi makan dulu." Reza membuka penutup mangkuk berisi bubur. Lalu menaruh lauk yang berbentuk bulat-bulat seperti kepalan daging ke atasnya. Pria itu kemudian duduk di bangku. "Bona lagi nemenin Tante Rini dan Om Anton di rumah. Setelah ini mereka ke sini."

"Tante Rini?" tanya Thea.

"Kata dokter, kalau kondisimu makin baik, makin cepet bisa pulang."

Reza memajukan sesendok bubur ke mulut Thea. Namun, perempuan itu mengelak. "Gimana gue bisa pulang kalau gue belum lihat anak gue?"

Tentang Cinta Tanpa SemulaWhere stories live. Discover now