02

48 9 0
                                    

Kelas masih hening, anak-anak gak ada yang bersuara takut kalau-kalau Bintang meledak. Mereka cukup tahu orang seperti apa Bintang itu, dia anak yang senggol bacok, Kan ngeri.

"kalo gak mau juga, mending lo pindah dari bangku gue"

Bintang merasa kesal karena sedari tadi Bumi sama sekali tidak melihat kearahnya, anak itu malah dengan seringai di wajahnya ngeliat lurus kedepan seakan meremehkan Bintang.

"sekolah ini bukan punya bapak lo, gak usah sok deh"

Bumi mengalihkan tatapannya menatap tepat ke mata Bintang berani.

"tapi sorry nih ya, Bapak gue emang yang punya sekolah tuh"

Bintang kini tersenyum menang, sedangkan Bumi membeku di tempatnya. Dalam hati Bumi merutuki kebodohannya yang salah memilih kata, lagian Bumi mana tahu kalo Bintang tuh anaknya yang punya sekolahan. Tapi, sebagai anak yang dulunya juga berandal kaya Bintang, tentu aja Bumi gak kekurangan akal buat berdebat sama Bintang.

"oh, mentang-mentang yang punya sekolahan lo mau sok berkuasa?" ucap Bumi.

"ya iyalah!" jawab Bintang sembari bangkit berdiri dari kursinya menundukkan wajahnya agar lebih dekat dengan Bumi "jadi, sekarang juga lo out dari bangku gue!"

Jari Bintang menekan dada Bumi memperingati, senyum kemenangan senantiasa menghiasi wajah manisnya.

"tapi yang nyuruh gue duduk di sini guru tuh"

Bumi menepis tangan Bintang menyingkirkan semua dominasi Bintang dengan ikut berdiri lebih tinggi dari bintang, bahkan Bintang perlu mendongakkan kepalanya untuk melihat wajah menyebalkan Bumi.

"banyak bacot lo anjing!"

Bintang melayangkan satu pukulan kewajah Bumi tanpa di sangka-sangka. Wajah tampan Bumi sampai berpaling menerima pukulan Bintang yang ternyata sakit juga.

Semua murid terkesiap melihat Bintang yang memukul murid baru, mereka ingin menolong Bumi tapi urung gara-gara takut Bintang akan membuat hidup mereka bak neraka di sekolah.

Karena tidak terima, Bumi hendak memukul Bintang balik, tapi kepalan tangannya berhenti tepat di depan wajah Bintang. Tiba-tiba Bumi teringat dengan janji yang di buatnya sendiri, Bumi juga teringat bagaimana kedua orangtuanya menangis saat dia tertangkap di Kantor Polisi karena membunuh orang.

"untung aja lo bocil, kalo bukan gue pites lo"

Akhirnya ucapan itu yang keluar dari mulut Bumi, sangat berlawanan dengan isi hatinya. Tapi kelihatannya ucapan Bumi menyentil hati Bintang, bocah itu tampak membelalakkan matanya dan tangannya mengepal erat di masing-masing sisi tubuhnya.

"si anjing! Bilang apa lo?!" Bintang sudah bersiap mau memukul Bumi lagi, tapi dari arah belakang, Gilang selaku ketua kelas datang menahan tubuh Bintang.

"udah Bintang, stop!"

Gilang menarik mundur tubuh Bintang, membuat bocah yang tingginya tak mencapai dagu Bumi itu terseret cukup jauh dari tempatnya berdiri.

"jangan ikut campur lo kalo gak mau hengkang dari sekolahan ini!" ucap Bintang kesal sembari menyikut rusuk Gilang, membuat pemuda yang lebih tinggi darinya itu berjongkok menahan rasa sakit. Farhan yang baru saja masuk kedalam kelas segera menghampiri Gilang.

"Gilang lo gapapa?" Farhan ikut berjongkok.

"makanya jangan main-main sama gue!"

Farhan berdiri menatap Bintang di hadapannya, wajah Farhan persis seperti saat anak itu sedang berhadapan dengan Tobi.

"Si bego! Lo pikir apa yang lo lakuin sama Gilang huh?! Lo pikir kalo sekolahan ini punya Buapak lo, lo bisa seenanknya nyakitin orang lain? Lo bisa mencak-mencak nginjak-injak orang yang gak punya kuasa kaya kita? Sombong bener lo jadi orang. Udah berasa yang punya sekolah lo, inget yang punya sekolahan ini bapak lo bukan elo! Udah berasa jadi superior lo bisa ngijak-injak kita?!"

Anak-anak sekeas nelen ludah susah payah termasuk Bumi yang gak tau kudu seneng apa sedih punya temen kaya Farhan.

"ini bukan urusan lo! Bukan juga urusan lo!" Bintang menunjuk Gilang sama Farhan bergantian "urusan gue sama dia!" Bintang mengalihkan tekunjuknya pada Bumi "lo aja yang ikut campur, sok pahlawan lo? Mau belain yang lemah?"

"lo ribut soal bangku kan? Lo ngusir Bumi dari bangkunya kan? Lo pikir kalo gue lapor ke kepala sekolah, posisi lo di sekolahan ini aman? Lo pikir mentang-mentang bapak lo yang punya sekolah lo gak bisa di DO dari sini?"

Farhan maju mendekat ke Bintang terus nunjuk-nunjuk muka Bintang.

"gue gak main-main!"

Ancaman Farhan membuat Bintang terdiam di tempatnya tidak bisa berkata apa-apa. Bumi yang ngeliat gelagat Bintang tahu apa yang akan anak itu lakukan. Anak macam Bintang, kalo adu mulut gak bisa menang, maka tinjunya yang maju. Makanya sebelum kepalan tangan Bintang menyentuh Farhan, Bumi cepat sigap dan manahan tangan yang lebih kecil darinya itu. Bintang memberontak, tapi Bumi mencegahnya mati-matian. Ah, gawat. Tenaga bocah satu ini gak seperti tubuhnya yang kecil. Namun begitu, Bumi masih bisa mengatasinya dan menarik Bintang menjauh dari Farhan. Bahkan untuk meminimalisir adanya percekcokan dan pertumpah darahan, Bumi bawa Bintang ke luar kelas, ke tempat yang lumayan sepi. Yah, walaupun gak gampang, soalnya Bintang yang berontak dan mengundang tatapan penasaran dari orang-orang yang mereka lewati.

"gue bilang lepas!"

Bintang menghentakkan tangan Bumi yang memegang erat tangannya, Bumi nyerah dan melepaskan tangan Bintang. Mereka sekarang ada di ujung lorong yang sepi jarang ada orang yang lewat di sana. Bintang menatap tajam Bumi dan berniat untuk kembali ke kelas, tapi Bumi cegah.

"dinginin dulu kepala lo"

Bumi meraih sebelah kerah seragam Bintang dengan satu tangannya, membuat tubuh Bintang terhuyung.

"gak usah pegang-pegang anjing!"

Bintang mengayunkan tinjunya hendak memukul Bumi, tapi dengan sigap tangannya di tahan oleh Bumi. Tidak mau kalah, Bintang mengayunkan tangannya yang satu lagi, tapi lagi-lagi bisa di tepis sama Bumi. Jadilah mereka gelut di sana. Semua pukulan Bintang bisa di halau sama Bumi, tapi yang bikin Bintang kesal, dari tadi Bumi cuma ngehindar, gak ada balik nyerang dia. Bintang merasa kalo Bumi benar-benar meremehkannya, makanya Bintang jadi geram dan membabi buta, pukulan dan tendangannya jadi gak beraturan.

Sedangkan Bumi merotasikan matanya, gimana bisa cowok garang di depannya ini jadi mukul asal-asalan dan malah bikin serangannya gak berbobot sama sekali, bahkan kalo Bumi diem aja, pukulan Bintang pasti gak kerasa apa-apa. Makanya, Bumi memutuskan menangkap tangan Bintang dua-duanya, terus dia kunci ke belakang, Bumi pojokin sekalian Cowok rese ini ke tembok.

"Agrhhh!!"

Bintang menggeram marah, dia sekarang bener-bener gak bisa apa-apa.

"udah ngaku kalah belom?" ucap Bumi tepat di samping telinga Bintang. Merasakan geli di telinganya, Bintang bergidik.

"mimpi! Gue gak akan nyerah!" seru Bintang tak mau kalah, walaupun Sebenernya dia udah kalah.

"yakin?"

Bumi makin eratin genggamannya di tangan Bintang, bikin anak itu menggeram merasakan sakit di lengannya.

"ngaku aja, kalo lo ngaku kalah, ntar gue beliin permen"

Bintang makin meradang denger penghinaan dari Bumi, cowok kecil itu makin kuat memberontak dan Bumi makin mepetin Bintang ke tembok guna mencegah cowok itu kabur. Beberapa saat kemudian Bumi menjauhkan tubuhnya dari Bintang, ngerasain sesuatu yang basah menembus seragamnya.

"Darah?"

Bumi yang lengah membuat Bintang berhasil mendorong tubuh Bumi menjauh dan memberi satu pukulan ke wajah Bumi, setelah mengumpati Bumi, Bintang langsung pergi ninggalin Bumi sendiri di lorong yang sepi itu.

"gila"

Bumi bergumam lirih menatap seragamnya di bagian depan yang ternoda darah. Tentu aja itu bukan darah Bumi, itu darah yang merembes dari balik seragam Bintang.

Bersambung...

SI MANISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang