04

13 1 0
                                    

Hari ini Bumi datang ke kelas lebih lambat dari hari biasanya, karena semalaman dia bermain game dan tidur sangat larut, lingkaran di bawah matanya terlihat menghitam dan sialnya saat dia duduk di kursinya, sesuatu yang basah dan lengket terasa dingin di celananya.

Bumi memeriksa bangkunya yang penuh dengan lem kertas, lalu dia mengangkat pandangannya ke samping bangkunya, melihat Bintang yang tersenyum manis seolah mengejeknya.

Sial!

Bumi menggertakkan giginya. Ini masih pagi dan Bumi rasanya ingin menelan bocah songong itu bulat-bulat. Apalagi kantuk yang membuat mood Bumi pagi ini buruk menjadi lebih buruk lagi.

"Kenapa? Ngompol?" Ucap Bintang dengan kekehannya, wajahnya yang manis itu berseri-seri, tapi terlihat menjengkelkan bagi Bumi.

Bumi menarik nafas dalam-dalam sebelum menghembuskannya. Bumi bermonolog panjang di dalam hatinya agar tenang dan tidak tersulut emosi lalu mewarnai wajah Bintang dengan warna ungu. Bumi tersenyum paksa pada Bintang sampai sudut mulutnya berkedut-kedut.

"Makasih surprisenya pagi-pagi" lalu setelah itu Bumi berdiri menghampiri Zafran dan meminjam jaketnya untuk menutupi celananya sekalian meminta anak itu untuk membersihkan kursinya.

Sedangkan Bintang merasa puas melihat Bumi yang menahan kekesalannya, walaupun Bintang berharap dia bisa berduel saja dengan Bumi agar kekalahannya kemarin bisa dia balikkan dan membuat Bumi mengakui kekuatannya, tapi tak apa, untuk permulaan ini sudah cukup.

Bintang masih mengamati Bumi yang berjalan keluar kelas sambil cengengesan, tiba-tiba Zafran dan Farhan sudah berdiri di samping bangkunya, menatap Bintang dengan tatapan kesal.

"Lo tuh apa-apaan sih Bin, gak lucu ya lu ngerjain Bumi kaya gini" Ucap Farhan kesal.

"Suka-suka gue lah" Ujar Bintang acuh sembari berdiri dari bangkunya dan berjalan keluar kelas dengan tatapan tak mengenakkan dari Farhan.

Bintang tidak mau berlama-lama dekat dengan Farhan, anak itu sangat menyebalkan menurutnya. Lihat saja ucapannya yang sok bijak itu, Bintang tidak sudi mendengarnya lagi.

Bintang berjalan pelan menuju toilet anak laki-laki, ingin mengintip kesialan Bumi yang bisa membangkitkan moodnya.

Saat sampai di sana Bintang mendapati Bumi sedang mencuci celananya di wastafel dan anak itu cuek saja hanya memakai boksernya dengan santai melirik Bintang yang baru saja masuk dan bersandar ke wastafel sampingnya.

Bintang mengamati Bumi mulai dari bawah keatas, melihat kaki panjang Bumi yang terekspose begitu saja, berfikir dalam hatinya, apa yang bisa dia lakukan agar Bumi lebih kesal dari sekarang.

"Kenapa? Mau bantuin nyuci?" Tanya Bumi acuh tak acuh.

"Iya, mau bantuin nih" Jawab Bintang dengan senyuman mengejek di wajahnya.

Bumi melihat Bintang sekilas, mengamati bocah satu ini yang hobi sekali membuatnya kesal setengah mati. Kalau saja dia bukan tahanan luar dan andai saja dia tidak berjanji pada dirinya sendiri tidak akan menggunakan pukulannya lagi, mungkin sekarang Bumi sudah membalas Bintang Sepuluh kali lipat dari apa yang sudah bocah itu lakukan padanya.

"Sini gue bantu jemur di halaman" Ucap Bintang tiba-tiba menyambar celana Bumi dan membawanya lari keluar toilet. Sedangkan Bumi terdiam di tempatnya, mencerna apa yang sedang terjadi sebelum berteriak kesal memanggil Bintang dan mengumpati anak itu sampai tenggorokannya sakit.

Bumi mengacak-acak rambutnya kesal, bagaimana caranya dia kembali ke kelas hanya menggunakan bokser saja? Sumpah, Bumi belum pernah merasakan kekesalannya memuncak seperti ini selain dari adu otot dengan musuh-musuhnya. Sial, bocah tengik itu sudah membuat petaka untuk dirinya sendiri. Bumi berjanji akan membuat Bintang kapok setelah ini.

"Awas lo cebol, gue bales lo sepuluh kali lipat!" Ucap Bumi dengan geramannya.

Bumi meraih ponsel di saku seragam sekolahnya dan mengeluarkan benda pipih itu untuk menghubungi teman-temannya di kelas.

Beberapa menit kemudian, Gilang dan Farhan datang ke toilet membawa celana olahraga yang mereka pinjam dari anak kelas lain yang kebetulan ada jadwal penjas, menyerahkan celana itu agar di pakai Bumi.

"Anjing si Bintang! Bisa-bisanya dia bawa celana lo kabur. Ini gak bisa di biarin. Bumi, abis ini ayo laporin aja Bintang ke wali kelas" ucap Farhan dengan wajahnya yang menakutkan.

"Bener, kita kudu laporin ini ke wali kelas. Kelakuan dia udah di luar batas!" Gilang ikut memberi saran.

"Gak usah. Gue bisa urus ini sendiri" Ucap Bumi dengan mata mendelik dan tangan terkepal erat siap meremukkan Bintang sapai ke tulang-tulangnya.

Farhan dan Gilang kurang setuju dengan Bumi, lebih baik jika masalah ini biar langsung sampai ke telinga orangtuanya Bintang. Farhan tahu betul kalau orangtuanya Bintang tidak akan menutup mata, tapi mau bagaimana lagi, Bumi menolak usulan mereka dengan wajah garangnya yang jujur saja membuat Gilang dan Farhan merasakan dingin di tengkuk mereka. Daripada penampilan marah Bintang yang tidak ada seram-seramnya, wajah kesal Bumi jelas menguarkan aura yang berbeda dan mampu membuat mereka merinding.

"Tapi Bum, jangan kelewat bates ya. Bisa-bisa elu yang kena getahnya" peringat Farhan.

"Tenang aja, gue tahu apa yang gue lakuin" ucap Bumi sebelum beranjak keluar toilet dan mencari keberadaan Bintang sampai ke sudut-sudut sekolah kalo perlu.

"Lo gak akan bisa lari dari gue, Bintang"
.
.
.
Bintang sedang membolos saat itu, dia pergi ke kantin dan memesan bakso juga es teh manis dan menyantapnya dengan nikmat. Moodnya sedang bagus, Bumi sok keren itu sekarang pasti sedang menangis di toilet. Membayangkannya saja sudah membuat Bintang cengar-cengir.

Saat Bintang baru saja menyelesaikan makannya dan hendak pergi dari kantin, seseorang dengan kasar menarik kerah seragamnya dan menyeretnya.

"Bumi sialan! Lepasin gue woy!" Ujar Bintang sembari mencoba melepaskan tangan Bumi dari kerah seragamnya.

Bumi tidak mengatakan apa-apa, anak itu hanya diam dan terus menyeret Bintang entah kemana.

Bintang terus meronta, berusaha lepas dari cengkeraman Bumi, tapi entah kenapa, kekuatan anak itu terlalu kuat dan hampir merobek pakaiannya. Sedangkan Bumi kini berbelok ke lorong gudang dan menyeret Bintang sampai ke dalam toilet belakang sekolah yang selalu sepi, jarang di kunjungi anak-anak karena letaknya yang terpencil.

Bumi mendorong Bintang yang masih meronta-ronta ke dalam bilik toilet menekannya ke dinding, sedangkan tangan Bumi yang bebas meraih pintu bilik dan segera menguncinya.

"Brengsek! Apa mau lo hah?!" Teriak Bintang kesetanan, kesal dan panik karena Bumi mengunci pintu bilik.

"Mau gue?" Bumi makin menekan tubuh Bintang ke tembok membuat anak itu merintih kesakitan "Lo harus bayar apa yang udah lo lakuin sama gue" Ucap Bumi dengan gigi yang terkatup rapat menahan emosi.

Bumi berhenti menekan Bintang dan tangannya langsung menuju resleting celana Bintang dan berusaha melepaskannya.

"Brengsek! Apa yang lo lakuin BABI!!"

Tbc

SI MANISDove le storie prendono vita. Scoprilo ora