[2] daddy

3K 487 34
                                    

Lance sudah tiba di kantor, pria itu mendengus sembari menelungkupkan kepalanya di atas meja kerja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lance sudah tiba di kantor, pria itu mendengus sembari menelungkupkan kepalanya di atas meja kerja.

Para bawahannya tadi sangat ramah, namun yang membuatnya kesal ialah perempuan berpakaian minim yang sibuk bolak-balik ke dalam ruangannya mengantar berkas atau kopi dan lain-lain, lance ingin menegur tapi ia orang yang tak enakan lagipula lance masih merasa sungkan dengan orang yang lebih tua dari umurnya di tubuh yang dulu.

Bawahannya yang bersuara mengusir wanita itu karena melihat lance yang bolak-balik menghela nafas saat perempuan itu datang.

"ada apa tuan?" Leon sebenarnya cukup jengah juga dengan perempuan itu yang mencoba menarik perhatian tuannya ini namun Leon tak dapat berbuat banyak karena selama ini tuannya pun terlihat tak terganggu berbeda sekali dengan hari ini, sejak dua hari yang lalu Leon lah yang mengerjakan pekerjaan lance, menurutnya ada sedikit perubahan dari tuannya ntah kenapa tuannya terlihat lebih cantik dan err.. sedikit menggemaskan?.

"Leonn"

"Iya? apa ada yang anda butuhkan tuan?"
tuannya tak pernah terlihat selemah ini sebelumnya membuat Leon cukup khawatir.

"tidak bisakah kita pecat saja perempuan itu?" Leon terkejut mendengar hal itu, akhirnya.

"tentu saja bisa tuan anda adalah pemilik perusahaan ini, memecat seseorang yang tidak kompeten adalah hak anda" Leon dengan semangat mengatakan hal itu.

"um kalau begitu tolong singkirkan dia secepatnya" Leon segera mengangguk dan melangkah sedikit jauh untuk menghubungi seseorang, wajahnya cukup serius namun lance tak perduli yang penting perempuan itu pergi deh ia sakit mata sejak tadi melihat hal tak senonoh, tak tau saja kalimatnya tadi berarti lain dalam kamus Leon, tuannya mengatakan singkirkan yang mana akan benar-benar ia singkirkan bahkan dari dunia ini.

"Leonnn" lance kembali memanggil Leon, Leon tanpa basa-basi mematikan panggilannya dan mendekati lance.

"iya tuan?"

"aku lapar " lance mengucek matanya karena pedih melihat macbook terlalu lama, Leon ingin melarang tuannya untuk melakukan itu takutnya mata itu akan terluka namun takut di anggap tak sopan.

"tuan ingin saya pesankan apa? "

"apa saja, tapi jangan seafood" Leon mengangguk mengotak-atik handphonenya.

"sudah saya pesankan tuan"

"un, duduklah Leon apa kau tak lelah terus berdiri sedari tadi" Leon mengangguk namun meja kerjanya berada di ruangan yang berbeda saat ini dengan berat hati Leon keluar dari ruangan lance.

"jika ada yang anda butuhkan lagi tuan bisa memanggil saya" lance mengangguk saja lalu kembali fokus pada berkas-berkas di hadapannya.

Dering telepon mengalihkan pandangan lance, nama seseorang yang jika tidak salah adalah wali kelas putra bungsunya tertera di sana.

....

"pengecut sepertimu memangnya bisa apa?" Salah satu musuh Dwayne memprovokasi anggota geng Dwayne mereka semua tersulut emosi.

Mereka berada di lapangan outdoor saat ini, bukan perkelahian antara sekolah hanya perkelahian antar geng yang bahkan masih satu sekolah, Arkan ketua dari geng musuh Dwayne, mereka sudah bermusuhan sejak awal masuk sekolah perselisihan yang di sebabkan oleh wanita, memang remaja bodoh yang bertengkar karena masalah sepele seperti tak ada wanita lain saja.

perkelahian tak terhindarkan, sebenarnya Arkan dan Dwayne sudah kenal sejak smp mereka cukup dekat namun ada sedikit masalah kala itu dan mereka tak berteman lagi menjelang tamat hingga bertemu kembali di SMA, dan seperti inilah hubungan mereka saat ini.

perkelahian mereka berlanjut sampai kepala sekolah sendiri yang memisahkan mereka.

.....

Lance menghubungi Leon, setelah mengangkat telepon dari sekolah putranya tadi ia segera memanggil bawahannya itu.

Cklek

"ada yang perlu saya bantu tuan?" Leon mendekat, matanya melihat pada meja lance yang masih terdapat makanan yang bahkan belum di makan setengahnya.

"datanglah ke sekolah putra keduaku"

"ya?" dahi Leon mengkerut, untuk apa dia ke sana?

"selesaikan masalah Dwayne, aku sibuk " setelah mengucapkan itu lance kembali menyuapkan makanan itu ke mulutnya tanpa memperdulikan Leon yang cengo.

Leon mengangguk patah-patah ia cukup terkejut, sungguh.

Tuannya selalu memprioritaskan putra-putranya lebih dari apapun, bahkan ketika ada rapat penting sekalipun lance akan tetap datang ke sekolah anak itu untuk membela putranya, tampaknya tuannya itu sudah kehilangan kesabaran.

Huft

Lance menghela nafas, biarlah urusan Dwayne putranya itu Leon yang mengurus lagipula putranya itu pasti tak perduli siapa yang datang, jujur saja nafsu makan lance menghilang tapi ia tetap harus makan karena perutnya sudah perih.

...

Dwayne menatap Leon penuh kesal pemuda itu bertanya-tanya di mana daddynya kenapa bawahan pria itu yang datang, apa pria itu benar-benar mulai tak perduli padanya, masalah memang di selesaikan tapi masalah perasaan Dwayne tak selesai pemuda itu berakhir di skors selama satu Minggu begitu pula dengan musuhnya hanya saja anak-anak yang di yakini memprovokasi yang di skors sisanya hanya di hukum.

Dwayne tak langsung pulang anak itu berkumpul dengan teman-temannya yang lain di tempat perkumpulan mereka, pikiran Dwayne keruh, pria yang ia benci yang sayangnya adalah daddynya itu mulai tak memberikan perhatian seperti biasanya hati Dwayne sesak ia ingin memaki dan juga ingin meminta pria itu untuk seperti dahulu yang memiliki perhatian bagaikan dunia berporos padanya dan kakak-kakaknya yang lain.

....

Lance pulang menjelang tengah malam itupun di antarkan Leon, pria itu mabuk.

Lance tadinya tak mau, tapi mau bagaimana lagi mereka makan malam bersama dengan kolega penting akan di anggap tak sopan jika tak ikut minum dengan yang lainnya, sedangkan lance sendiri memiliki ketahanan rendah terhadap alkohol, dan pria itu sudah hampir tumbang di gelas ke dua untung saja Leon selalu berada di sekitar lance karena memang itu tugasnya.

Leon meringis ketika masuk ke dalam mansion tuannya, ketiga putra pria itu duduk di ruang tamu dengan aura menyeramkan, pria itu pergi setelah membaringkan lance di sofa, tadinya hendak menghantarkan hingga ke kamar namun ia mengurungkan niat itu setelah melihat tatapan anak-anak lance itu.

Dwayne berjongkok di depan sofa tempat lance di baringkan menatap wajah daddynya itu, menusukkan jarinya di pipi yang sedikit memerah karena mabuk itu, Dwayne tak pernah melihat daddynya mabuk sebelumnya yah atau ia yang tak pernah perduli sih.

Jester mengambil selimut dari kamar tamu lalu menyelimuti tubuh itu dengan selimut tebal setelah melepaskan sepatu dan melonggarkan dasi pria itu, tak ada yang bersuara sedangkan Euan sudah keluar duduk di halaman dengan rokok di belahan bibirnya itu.

ald'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang