Part 4

2.1K 387 83
                                    















Dalam perjalanan pulang, setelah kembali dari Tyrone, rupanya hati tak temukan kehangatan. Yang diharapkan, diri bisa sedikit merasa gembira karena kembali menapaki tanah kelahiran tercinta, rupanya justru berakhir nestapa. Yang terjadi kini relung atma malah terasa hampa.

Tapi apa boleh buat, apa pula hal yang bisa dikeluhkan? Terlahir menjadi seorang Pangeran, tidak serta merta bahagia karena bergelimang harta, dan hidup dengan takhta. Nyatanya selalu akan ada hal yang dikorbankan sebagai Putra Negera. Tidak hanya Pangeran, bahkan rakyat biasa pun sama berjuangnya meski dengan cara yang berbeda.

Apa yang sudah para Pemimpin itu lakukan untuk Negeri. Apa yang Pangeran lakukan untuk membantu Kerajaannya, dan rakyatnya. Tentu saja semua itu tidak akan hilang dari benak sang Ratu Azure.

Benar, bila sudah sejauh ini, setidaknya ia harus berguna bukan? Meski kehidupan dengan tawa bahagia mungkin akan sulit ia temukan dalam perjalanannya, tapi setidaknya hingga akhir ia harus bertahan. Bertahan untuk Negeri, bertahan untuk tujuan awal mengapa ia bisa berada di Azure hingga detik ini.

Walaupun dalam lubuk hati, perasaan itu tidak dapat ia tutupi. Ada sebuah tanya, apakah benar emosi yang kini ada di dalam jiwanya. Salahkah jika dirinya merasa terbuang? Merasa bahwa orang-orang di sekitarnya tidak begitu peduli akan sakit yang selama ini ia rasa.

Namun lagi-lagi kenyataan seolah menampar keras sanubarinya, berkata bahwa ini memang tugas mu, ini yang harus kau lakukan.

Tidak peduli mengenai mereka yang tahu akan kehidupan sulit yang dijalani, tapi memilih untuk tetap bungkam. Ia memang dikirim untuk perdamaian politik, bukan karena dua negeri yang membangun hubungan karena bahtera cinta. Mungkin Renjun yang terlalu berharap, mungkin hanya ia yang terlalu jatuh kepada asanya sendiri.

Sedang di Azure, sang Raja yang masih bergelut dengan berbagai perkara di atas meja kerjanya, walaupun tidak sepenuhnya menaruh fokus pada lembaran kertas itu. Sepasang jelaganya menatap pada baris kalimat yang tersusun pada surat-surat penting di sana, meski benaknya masih berpikir keras mengapa sang Roohi belum juga kembali.

“Sungchan, apa mereka belum sampai?” tanya nya tanpa menengok pada sang Ajudan, yang berdiri tegak di samping kanan.

“Belum, Yang Mulia. Saya pikir hujan lebat mungkin menghambat perjalanan mereka”

Sang Raja melirik jendela besar yang terbuka, memperlihatkan tetesan sisa air hujan yang melanda Negeri beberapa waktu lalu. Sudah ia duga, bahwa cuaca tidak akan baik hari ini. Kekhawatiran semakin kental di dadanya, namun tak ia tunjukan pada wajahnya. Meski begitu, Jeno berdiri, beranjak dari ruangan, memilih menunggu di depan Kerajaan.

Tidak sepenuhnya acuh. Ada kepedulian besar di dalam hatinya. Ada rasa yang sulit tercurah tertutup dengan luka lama yang pernah didera.

Jika bukan berlandaskan kasih yang tumbuh, tidak mungkin ia bekerja keras sampai detik ini. Tidak mungkin ada nama indah yang dinobatkan pada sang Istri. Tidak mungkin Azure akan berkembang sebaik ini.

Di balik sosok yang terlihat dingin, ada jiwa hangat yang terlanjur ikut beku karena kerasnya kehidupan. Berakhir sang atma sulit tunjukan sebesar apa kasih yang ia punya pada insan di sekelilingnya. Melihat cinta dengan pandangan yang berbeda, menyalurkan kasih dengan cara yang berlainan.

Ia pikir hanya mereka yang berkuasa yang bisa mendapatkan cinta. Hanya mereka yang berkuasa yang bisa menggapai segalanya. Tanpa itu semua, tidak akan ada satupun yang akan bertahan di sampingnya.

Jangan ajarkan bagaimana caranya bersikap, dan bertutur lembut. Tentu ia tahu akan hal itu, hanya saja ia pernah kehilangan segalanya karena terlalu banyak memupuk rasa dengan bahasa cinta yang terlalu dalam. Lalu apa semua ini berarti sayang yang ia miliki kini tak sedalam sebelumnya? Tentu tidak. Ini jauh lebih dalam, dan akan semakin dalam. 

SHADOW QUEEN - NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang