Bagian 55

281 44 0
                                    

Mulai esokannya Seokmin lebih sering bersama Mingyu. Yang lainpun tak ambil pusing, pikir mereka karena dasarnya Seokmin adalah anak yang berhati lembut pantas jika sekarang ia dan Mingyu sudah akur. Sebenarnya semuanya sudah memaafkan Mingyu dan Dino, namun masih saja ada rasa canggung yang belum hilang.

"Mana yang lain?" Minki bertanya pada anak-anaknya, belakangan ia sudah merasa jika ada sesuatu terjadi. Walaupun putranya sangat lihai berakting biasa saja saat didepannya, nalurinya sebagai itu masih lebih tajam. Tapi ketujuh anaknya sudah dewasa, Minki harus belajar melepas mereka untuk belajar menyelesaikan masalah sendiri. "Kemarin kita juga sarapan dan makan malam terpisah, apa terjadi sesuatu diantara kalian?"

Seungcheol, Jun, Soonyoung dan Hansol yang ada berada dimeja makan saling bertatapan, gugup kalau-kalau sang ibu tau ada yang mereka sembunyikan. "A-ah semuanya baik, Dino sedang ada urusan dan Mingyu serta Seokmin, ibu tau sendiri mereka tak bisa diam jadi pasti keduanya ada di satu tempat. Tak ada yang perlu ibu khawatirkan." jawab si putra bungsu, didukung anggukan kepala dari ketiga adiknya.

Beruntung Minki tak bertanya lebih lanjut dan memilih menghabiskan makanan yang sudah Joshua siapkan sejak subuh. Sekarang jika ada yang memiliki waktu luang siapapun mereka bergantian menemani Minki agar tak sendiri. Walaupun berkat peringatan dari Fox, ditambah kehadiran Joshua disamping mereka tak ada lagi yang berani berperilaku sembarang pada Choi bersaudara, kejadian saat ibunya direndahkan disini masih membekas dikepala.

"Apa kegiatan ibu hari ini?" tanya Jun.

"Ibu akan melanjutkan merajut, benang yang mereka beri sangat bagus jadi ibu rasa bisa membuatkan kalian syal yang cantik."

"Wah apa masing-masing dari kita akan dapat satu?" tanya Soonyoung dengan mata berbinar. Hadiah buatan tangan ibunya sendiri, ia sungguh tak sabar.

Minki tersenyum gemas, mengelus kepala Soonyoung yang kebetulan duduk disampingnya. Sebanyak apa umur anaknya sekarang, tetap saja dimata Minki mereka adalah putra kecilnya. "Tentu saja, ibu sudah berhasil membuat dua. Akan ibu bagi jika ketujuhnya sudah selesai."

"Aku akan menemani ibu nanti." ujar Hansol.

"Tidak perlu, ibu bukan anak kecil yang harus ditemani tiap saat. Kalian pergilah cari kesenangan sendiri." tolak Minki.

"Ibu, ibu sudah janji kan akan membiarkan kita menjaga ibu dengan cara kita sendiri." Seungcheol berusaja membujuk.

Minki menghembuskan napas panjang, "Baiklah, lakuan yang ingin kalian lakukan."

Dari pagi sekali Seokmin sudah membangunkan Mingyu. Memang lelaki yang seumuran dengannya ini saat susah dibangunkan, apalagi keduanya tidur saat matahari hampir terbit kembali.

"Mingyu cepat bangun." Seokmin terus mengguncang badan besar Mingyu. Sayangnya ia tak bisa bersuara keras takut membangunkan yang lain, makannya makin susah lah Mingyu terbangun.

Masih tak ada reaksi, Seokmin juga mulai jengkel karena lelah sudah banyak menggunakan tenaga dipagi hari. "Terserahlah, aku sudah lelah." perlahan Seokmin mencondongkan badan, mendekatkan mulut diatas telinga Mingyu. "Kalau kau tak mau bangun dan membantuku, jangan harap aku mau berbaikan lagi denganmu."

Mingyu langsung terbangun dan duduk dengan wajah lingung, rambutnya berdiri acak-acakan mirip singa. Mata bengkak yang sulit terbuka menunjukan kalau dirinya ingin menjatuhkan kepala diatas bantal empuk lagi. Namun Seokmin tak menyia-nyiakannya, badan besar nan berat Mingyu digeret sekuat tenaga kedalam kamar mandi.

"Yah dingin sekali!" berkas cipratan air dingin di wajahnya mata Mingyu bisa membuka sempurna.

"Awas saja kalau kau bilang ingin tidur lagi." mendengar suara Seokmin disampingnya, Mingyu mendapatkan kesadarannya seratus persen. Tangan kanan terkepal dan mata melotot, pasti Seokmin akan benar-benar memutuskan hubungan persaudaraan jika ia meminta tidur lima menit lagi.

Righteousness Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt