Bagian 64

330 47 9
                                    

Donghae pasrah digered begitu saja oleh bawahan Fox. Bahunya agak ngilu karena tadi mereka melemparkannya kedalam kereta kuda. Bau apek sudah tercium dihidungnya, ah walaupun Donghae sendiri sudah memprediksi kalau dirinya akan dibawa pergi, harusnya mereka memasukannya dalam kereta yang bagus. Kotak ini pasti bekas membawa barang yang sedang kosong.

Didalam sini gelap, hanya terdengar suara tapak kuda berlari dari luar. Ditambah tangan dan kakinya yang diikat kuat membuat Donghae sulit bergerak. Sudah ada satu tiga jam mungkin dia berada dalam posisi tengkurap, sepertinya beberapa bagian tubuhnya mati rasa.

Akhirnya suara kaki para kuda behenti, pasti mereka sudah sampai ditujuan. Harapannya mereka membawa dirinya ke markas Aphopis, itu akan memudahkannya mencari informasi mengenai blood diamond. 

Salah seorang prajurit masuk dengan tergesa, menutup matanya menggunakan sebuah kain sebelum Donghae bisa melihat keluar. "Hey hey bung, aku bahkan tak melihat matahari dari tadi? Apakah perlu sampai begini?"

Prajurit itu diam, tetap melilitkan kain dengan kencang di kepalanya. "Ayolah, kenapa kalian begitu kasar? Kita memiliki kenangan bersama dalam waktu yang lama bukan?"

"Tutup mulutmu dan menurut."

Akhirnya ada yang menanggapi ocehan Donghae, tapi ini suara wanita dengan nada sombong dan angkuh. Ah jelas sekali ia kenal siapa pemiliknya.

"Catty, bukan begini cara kalian menyambut teman lama yang datang berkunjung." Donghae masih tak mau berhenti. "Apa perlu ku ajarkan cara penyambutan yang benar?"

"Jika sudah selesai kau ikat bawa orang ini ke dalam." ucap Catty acuh dan pergi.

Kembali, badan besar Donghae digered untuk bergerak. Dari suara sepatu yang dipakainya kini mendarat halus dilantai pasti dia memasuki ruangan yang megah, dengan karpet sutra diatasnya.

Saat sedang fokus mengamati sekitar dengan firasatnya ada sebuah pelukan yang menerjangnya sampai limbung. Situasi agak aneh bagi tawanan yang sedang diculik. Bau wangi kuat beraroma rose peony menganggunya.

"Lepaskan."

Seseorang dengan bau rose peony itu masih pada tempatnya, justru tangan yang melingkar pada pinggang Donghae makin mengerat.

"Sial, kubilang lep-"

"Bawa orang ini ke kamarku." lagi, hari ini semua orang yang diajak Donghae bicara tak bisa menggunakan telinganya dengan baik.

Semuak apapun Donghae harus bisa menahannya. Jangan sampai memori-memori tak penting dari masa lalu memperngaruhinya. Sekarang dia seorang pemimpin dan memiliki orang-orang yang harus dilindungi. Jadi Donghae tetap menurut waktu disuruh berjalan lagi dengan mata yang masih menutup. Rencananya harus berhasil.

Walaupun dengan tangan dadi yang masih diikat, paling tidak Donghae sekarang ditempatkan diatas alas empuk. Diruangan ini bau rose peony  lebih menyengat lagi, membuat kepalanya pusing.

Dulu, lama sekali, rose peony sebenarnya wangi yang disukai Donghae. Hingga ia merekomendasikannya pada seseorang, kemudian orang itu mulai memakai parfum yang sama bertahun-tahun. Tapi sekarang Donghae tak menyukai bau ini, lebih ke seseorang yang memakainya sebenarnya.

Suara decitan pintu terbuka, Donghae tetap diam ditempatnya. Seseorang masuk dari suara langkahnya ia sedang mendekat kearahnya. Perlahan orang itu naik ke ranjang yang empuk. Setelah naik sepertinya orang itu hanya diam untuk beberapa saat, karena belum ada pergerakan yang terasa lagi di ranjang. Lalu, sebuah sentuhan tangan merayap meraba dada bidang Donghae secara keseluruhan. Setelah puas menggerayangi tubuhnya, barulah orang itu menyenderkan kepalanya di dada Donghae. Mendengarkan ritme indah yang terbentuk dari detak jantung pria besar itu.

Righteousness Where stories live. Discover now