[01] He's Back

1.1K 187 43
                                    

..

📍Roma, Italia

Malam itu begitu pekat bukan hanya karena aroma air hujan yang mengguyur kota, tapi juga bau anyir yang memenuhi seluruh ruangan di sini. Gelap, temaram dan bau amis darah menjadi perpaduan yang menjijikan.

Drrt

Dering ponsel di atas meja besi yang berisikan benda tajam membuat atensi seorang pria itu menoleh. Pria dengan jaket hitamnya itu lantas melangkah menjauh lalu meraih ponselnya, tanpa peduli jika sisa-sisa darah yang masih menempel di tangannya mengotori ponsel itu.

"Marcus ... 'the ice man,'" gumam seseorang dari sebrang sana.

Marcus tidak bergeming. Manik matanya bergerak tajam seiring si pria di balik sambungan itu terus berbicara padanya.

"Aku membutuhkan bantuanmu," katanya lagi.

Kali ini Marcus menarik sudut bibirnya mengulas seringai tipis. "Bantuanku?"

Pria itu melangkah perlahan mendekati seseorang yang diikat di atas kursi. Tanpa belas kasih Marcus menyetrum tawanannya dengan aliran listrik yang tinggi hingga membuat pria yang diikat itu meraung kesakitan. Namun apalah daya, mulutnya yang disumpal membuatnya hanya bisa menahan kesakitannya sendiri.

Sementara pria di balik telpon itu hanya terdiam walaupun suara rintihan itu terdengar di telinganya. Dia tahu apa yang saat ini Marcus lakukan.

"Kau dengar suaranya? Aku tidak punya waktu untuk membantumu, Hugo," seru Marcus dingin. Tangannya terus bergerak menyayat dan bermain tajam di tubuh pria itu.

Hugo terdiam sejenak sebelum kemudian menyeringai tanpa diketahui oleh Marcus.

"Lupakan tentang korbanmu itu, Marcus. Aku memiliki tugas yang lebih baik untukmu," ujar Hugo rendah.

Mendengar kata-kata Hugo sedikit membuat Marcus tertarik. Marcus lantas beralih pada Hugo dan membiarkan pria tawanannya itu meraung kesakitan karena pisau lipat yang masih tertancap di telapak tangannya.

"Tugas apa, Hugo?"

Hugo terdiam lagi, tapi hanya untuk beberapa saat.

"Julian Alessandro," jedanya sebentar. "Kill him. Aku ingin kau membawa mayatnya tepat di hadapanku."

Kini Marcus yang terdiam.

Julian Alessandro? Seperti nama yang tidak asing.

"Kau ingin aku membunuhnya?"

"Ya."

"Sei pazzo, Hugo," desis Marcus tajam. "Aku bahkan tidak mau berurusan dengannya." [*Kau gila]

"Kau takut? Pembunuh berdarah dingin sepertimu takut padanya? Marcus, kau seorang pembunuh bayaran, bukan seorang pengecut seperti ini."

"Tutup mulutmu, Hugo!" Marcus mengeraskan rahangnya mendengar kata merendahkan yang Hugo lontarkan padanya.

"Kalau begitu lakukan. Lakukan apa yang aku perintahkan padamu!" seru Hugo penuh penekanan seakan perintahnya adalah mutlak.

"Kau seharusnya sudah tahu jika Julian Alessandro bukan orang sembarangan yang bisa aku sentuh, Hugo," desis Marcus tajam.

"Aku tidak peduli. Tugasmu hanya membunuhnya untukku!"

Setelah mengatakan itu Hugo menutup sambungan telponnya. Di tempatnya Marcus menggeram kesal. Tatapannya mengarah semakin tajam pada layar ponsel miliknya.

"Fuck! Hugo sialan!" umpat Marcus murka.

Marcus mulai melampiaskan perasaan marahnya dengan menyiksa dan menyakiti pria di depannya hingga tewas. Ya, itulah Marcus, si pria berdarah dingin. Pembunuh bayaran yang terkenal di kalangan dunia gelap.

Mr. The Billionaire Wants MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang