[02] The Man in The Dark

606 128 16
                                    


Seorang pria dengan perawakan sedikit tambun keluar dari mobilnya lalu melangkah memasuki gedung besar yang ada di depannya. Setiap langkah kakinya diawasi secara ketat oleh orang-orang di belakangnya. Langkahnya terkesan tegas namun penuh wibawa. Di saat kakinya menyentuh pintu masuk, seorang pria berseragam dengan hormat menyambutnya.

"Tuan, Signore ada di sini. Beliau menunggu anda di ruangan bawah," beritahu pria berkulit hitam yang barusan menyambutnya.

Mendengar perkataan yang dilontarkan oleh anak buahnya membuat pria tambun itu terdiam sejenak. Ada sedikit keterkejutan di wajah pria itu. Selama yang ia ketahui, Signore telah lama menghilang dari dunia gelapnya, tapi kenapa tiba-tiba pria itu ada di sini?

"Hm, terima kasih Louis."

Louis tersenyum ramah. "My pleasure, Mr."

Tidak ingin menunggu lama, lantas pria itu segera melangkah menuju tempat yang tadi Louis katakan. Wajahnya mungkin terkesan datar, tapi di balik itu ada tanda tanya besar yang membuatnya penasaran. Apa yang membuat pria itu datang ke sini bahkan repot-repot sampai menunggunya.

Perlahan langkahnya tiba di sebuah ruangan gelap dan sunyi. Meskipun gelap tapi dia bisa merasakan bahwa di dalam ruangan ini tidak hanya ada dirinya melainkan seseorang yang lain juga, dan dia sudah menebak siapa seseorang itu.

"Signore," ucapnya pelan.

Julian tidak langsung berbalik badan meski dia tahu jika panggilan itu tertuju padanya. Tiba-tiba ruangan ini menjadi hening. Pria itu memperhatikan seraya menunggu respon dari Julian, sementara Julian masih tetap diam seolah memang sengaja membiarkan atmosfer di antara mereka berubah senyap seperti ini.

Cukup lama Julian berdiam diri sebelum akhirnya pusat perhatian Julian tertuju sepenuhnya pada pria tua yang kini berdiri tidak jauh di hadapannya.

"Winston," gumam Julian membiarkan suaranya berbisik di antara kegelapan.

Di keheningan itu ketukan dari sepatu Julian terdengar mendekat ke arah Winston yang tidak bergerak sedikitpun dari tempatnya. Saklar lampu mengejutkan Winston karena silaunya. Dalam sekejap kerlipan cahaya, Julian sudah duduk angkuh di atas meja menatap serta menelisik Winston dari jarak yang dekat.

Tiba-tiba Julian melemparkan sesuatu ke arah Winston. Beruntung pergerakan Winston cukup cekatan meraih apa yang Julian lempar padanya.

"Signore, ini ...." Winston tersentak saat melihat benda itu. Sebuah kartu identitas dengan lambang sebuah koin emas di sisi kanannya, di mana lambang itu merupakan simbol dari the high tabel— organisasi yang sekarang Winston pimpin.

"Marcus, salah satu anggotamu sudah mati," seru Julian tanpa berbasa-basi.

"A-apa?"

Julian mendengus remeh lalu berdiri dari duduknya di atas meja sembari melangkah ringan menjauhi Winston. Sedangkan Winston masih terkejut atas apa yang Julian sampaikan barusan. Pria tambun itu memperhatikan Julian dalam keterdiamannya.

"Dia membuatku marah, Winston, jadi tidak ada alasan bagiku untuk membunuhnya," ucap Julian pelan. Satu tangannya menyentuh benda antik di sana dengan gerakan awas. Sementara tangan satunya lagi mengepal di dalam saku celana.

Winston masih terdiam mendengarkan Julian bicara.

"Menyusup, merencanakan kematianku, dan menyentuh apa yang seharusnya tidak disentuh." Julian menjeda ucapannya, namun terdengar geraman amarah diakhir kalimatnya. "Seharusnya kau tahu apa akibatnya jika bermain-main denganku!"

"Signore ...."

Julian berbalik badan dengan tatapan yang berubah tajam hingga membuat Winston menelan kembali kalimatnya sendiri.

Mr. The Billionaire Wants MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang