Bab 1 // looking for members

62 6 1
                                    

*clap clap clap clap
Penonton bertepuk tangan begitu sebuah grup musik menyelesaikan lagu mereka. Trio itu membungkuk hormat kepada para penonton. Sudah jadi hal biasa grup musik itu tampil di tengah tempat umum seperti taman atau balai kota. Penduduk yang menonton mereka pun selalu terhibur akan penampilan mereka bertiga.

"Terimakasih, terimakasih atas sorakan kalian semua. Sampai bertemu lagi di penampilan kami berikutnya~!"
Ucap terimakasih dari leader grup itu seraya menerima uang-uang penduduk dengan topinya.

Begitu pamit, grup musik itu pun berjalan pergi dari keramaian.

"Owah owah~! Kita dapat banyak sedekah hari ini!"
Ucap wanita bersurai pink yang merupakan salah satu dari trio itu.

"Jangan berkata seperti kita seorang pengamen gitu dong..."
Jawabannya si wanita bersurai hijau keabu-abuan.

Jujur saja, mereka sebenarnya tidak berniat mencari uang, mereka tak butuh uang dari hasil mengamen seperti ini. Awalnya mereka hanya berniat untuk menampilkan musik mereka di tempat umum sebagai langkah awal untuk akhirnya tampil di panggung megah. Tapi, melihat orang-orang sepertinya sangat menyukai lagu mereka hingga melemparkan uang, akan sayang dong kalau dibiarkan berceceran begitu saja? Jadi dengan sungkan mereka mengambil uang itu setiap pertunjukan mereka berakhir.

"Fufu, aku mulai terbiasa dengan ini. Ini bisa menjadi tabungan kita kalau suatu hari kita jadi terkenal bukan~?"
Ujar pria bersurai ungu dengan (dua) garis biru yang merupakan leader trio itu.

"Bukankah kalau terkenal nambah kaya ya..? Nabung buat persiapan apa lagi kalau udah kaya?"
Jawaban itu dibalas balik oleh wanita bersurai hijau keabu-abuan itu. Kita sebut Nene.

"Biar ntar bisa ke bulan mungkin?"

"Ngawur ah"

Nene kemudian menatap pria itu yang hatinya tampak berbunga-bunga ketika berjalan seraya memegang topinya yang berisi uang cukup banyak.

"kayaknya enak bgt kau ya, nerima uang-uang itu dengan santai. Kau main alat musik yang gampangan sih..."

"He? Maksudmu serulingku? Hey, seruling itu susah juga mainnya, harus mempertahankan nafas biar ga cepat habis, terus jari ga boleh kepleset juga"

"Gitu doang? Akordeonku itu juga susah! harus didorong, ditarik, lalu menekan tuts secara bersamaan. Cape tau!"

"Itu Nene yang kurang akrab sama akordeonnya, jadinya kan suka cape pas main"

"Hah? Aku sudah main akordeon ini sejak aku baru masuk SMP! Rui tidak adil, jadi leader tapi main alat musik yang gampangan, huhh!"

"Sudah kubilang seruling itu juga susah!"

"Sudah-sudah jangan bertengkar! Rui, nene!"
Wanita bersurai pink itu, Emu, berusaha menghentikan mereka yang tiba-tiba saja adu mulut.

Rui dan Nene menoleh ke arah Emu, lalu menatap ke arah tamborin yang dipegangnya.
Alat musik gampangan...
Pikir mereka berdua.
Melihat kedua temannya mengernyit ke arahnya, Emu memiringkan kepalanya.

"Yasudah, kalau begitu Nene saja yang jadi leadernya. Soalnya alat musikmu kan 'ga gampangan""
Rui tiba-tiba melempar topinya ke tangan Nene, lalu berjalan pergi dari mereka berdua.

"Hmph"

"HEEE!, RUIIII, KAU MAU KE MANA?"
___

"Tapi.. mungkin ada benarnya. Aku bisa menciptakan dan memperbaiki barang, termasuk alat musik. Bahkan sebenarnya, aku bisa memainkan lebih dari satu alay musik... tapi kenapa aku hanya memilih memainkan seruling? *Sigh* sepertinya memang akunya yang ingin memainkan alat gampangan"
Rui berjalan entah ke mana. Yang pasti saat ini, ia merasa amat sangat bersalah karena tidak mengerti akan keluhan yang Nene rasakan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 05, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

🌟Star Chanting🎹 {DANTORU AU}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang