Halaman Terakhir #24

13 2 0
                                    

= Selamat Membaca =

[ Bantu sisir typo, ya :) ]

[ 2019 ]

"So, that's the last page?"

Semua yang ada di ruangan terdiam, khususnya Shanum yang sama sekali tidak menyangka jika kalungnya ada di halaman terakhir jurnal merah. Shanum tahu jika kalungnya adalah milik ibunya, kalung itu diberikan padanya ketika usianya sepuluh tahun. Namun, sejak ibunya meninggal Shanum sebisa mungkin tidak melepaskan kalung itu di lehernya.

"Kalungmu itu punya Sraddha? Karena jika itu punya ibumu bagaimana ada gambar kalung itu di jurnal itu?" tanya Karin sekali lagi.

Shanum tetap diam, Lukas yang berada di samping memperhatikan Shanum. "Are you okey?"

Shanum melihatnya dengan tatapan yang nyaris kosong. "Aku nggak tau. Aku cuma tau kalungku harus ketemu, Luke. Aku nggak peduli itu punya Sraddha atau punya ibuku."

"Apa kamu nggak ngerasa aneh? Kalungmu ada di jurnal merah, Shanum," ucap Karin, "di halaman terakhir."

Lukas meraih jurnal merah itu di tempat tidur. Membuka kembali dari awal sampai terakhir dan memang benar halaman terakhir adalah gambar kalung yang mirip sekali dengan milik Shanum. Halaman-halaman setelahnya hanyalah halaman kosong dengan kertas yang sudah menguning.

Lukas menunjukkan jurnal itu kepada Shanum. "Ada nama lain di sini." Shanum menunjuk nama yang ada di bawah gambar kalungnya. Nama yang nyaris tidak terlihat jika tidak diperhatikan.

Lukas dan Karin segera memperhatikan bagian yang ditunjuk Shanum. Mereka berusaha membaca nama yang ada di sana. "Ghufran Umbara," ucap Shanum ketika berhasil membaca tulisannya.

"Apa ini pacarnya Sraddha?" tanya Karin.

"Mungkin," jawab Lukas.

Shanum dian dan tetap menatap nama itu. Kepalanya terasa berat dan sakit, tetapi dirinya juga ingin tahu tentang siapa nama terakhir yang ada di jurnal milik Sraddha. Terutama alasan kenapa nama itu ada di halaman yang sama dengan gambar kalung yang mirip dengan miliknya. Tangannya meraba halaman setelahnya, ada sisa kertas yang disobek.

"Ada halaman yang disobek," katanya.

Karin dan Lukas memperhatikannya. "Apa kalian pikir di halaman yang disobek ini ada hal yang penting?" Karin mulai menduga-duga. "Jadi kalung ini bisa aja bukan halaman terakhir?"

Lukas hanya mendengarkan celotehan Karin. Matanya fokus pada Shanum yang tidak banyak bicara. Wajahnya semakin terlihat pucat dan membahas tentang halaman terakhir yang ada di jurnal merah hanya akan memperburuknya. "Kamu perlu istirahat, Shanum," ucapnya menyentuh tangan Shanum.

Shanum seolah tersadar, tangannya ditarik dari tangan Lukas. Shanum memegangi kepalanya yang benar-benar terasa berat.

Karin menyaksikkan itu langsung menyadari jika waktunya tidak tepat untuk memikirkan tentang jurnal milik Sraddha. Hal yang paling penting adalah kesehatan Shanum. Karin lalu mengambil jurnal itu dan meletakkan di meja kerja Shanum.

"Apa aku perlu panggil dokter ke sini?" tanya Karin setelah melihat Shanum yang kesakitan.

Shanum langsung menengadah, melihat Karin dengan mata sayu. "Nggak perlu, Rin. Aku butuh tiduran aja."

Dengan dibantu Lukas, Shanum berbaring di tempat tidur. Matanya lalu dipejamkan. Lukas menarik selimut sampai ke leher Shanum. "Rin, panggil dokter aja," ucapnya.

===

"Jangan biarkan dia memikirkan banyak hal, dia butuh istirahat yang cukup. Apa pun yang dipikirkannya akan berefek pada kesehatannya."

SRADDHA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang