BAGIAN : 4 HURUHARA

97 1 0
                                    

Papaku bercerita saat huru hara tahun 1998 terjadi, saat presiden Soeharto lengser di negeri ini, semua kota besar di pulau Jawa kacau. Terjadi pembakaran toko dan kendaraan yang diparkir di depan mall. Saat itulah terjadi chaos atau Riot. Dimana-mana ada penjarahan toko dan kantor, massa sudah tidak terkendali membakar dan merusak semua fasilitas umum, terutama pasar modern dan mall. Lantas papa menunjukkan deretan ruko dan mall tempat aku bekerja yg dibakar habis oleh massa. Aku jadi merinding ketika hari Minggu liburan mencoba lihat bagaimana suasana kantor tempat kerjaku. Sebuah bangunan bertingkat 5 dengan kebun kosong disebelahnya tampak seram karena tidak ada kaca yg utuh atau tembok yg bersih tanpa bekas angus hitam kebakaran. Aku mencari bangunan yg ada di deretan kantorku tidak ada yg utuh selain bekas gudang beras Bulog. Mungkin itu bukan kantor yg setiap hari kumasuki dan jadi istana dalam karirku.

Aku sangat tidak yakin itu lokasi kantor yang sehari- hari membuat hatiku nyaman serta memberi aku gaji yang cukup besar. Tidak, Tidak mungkin. Kataku dalam hati.

"Bapak dulu kerja di bagian dalam ruko itu" kata ayahku sambil menunjuk sebuah ruko yang sudah hancur dan hangus yg kiri kanannya ditumbuhi rumput liar. Tidak.. itu hanya ruko2 yang jadi korban huru hara, tapi bukan kantorku. Kataku dalam hati.

Sorenya, pak Ikhsan datang ke rumah dengan mobil mercy Tiger putih metalic. Papaku tersenyum menyambut kedatangan CEO muda yang membuat aku semangat.

"Oh pak Ikhsan.. Monggo silahkan masuk" kata papaku latah pakai bahasa Jawa mempersilahkan pak Ikhsan masuk rumah. Tapi pak Ikhsan cuma duduk di teras saja yang katanya tidak gerah ada angin alami. Memang benar kata pak Ikhsan jika cuaca ahir2 ini sangat panas dan bikin badan gerah.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 08 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SANG PENUNGGUWhere stories live. Discover now