21. Tanggal Merah

252 30 9
                                    

Seperti deja vu.

Jesna turun ketika motor Wafa berhenti tepat di depan gerbang rumahnya. Jesna kemudian melepas helmnya dan menyunggingkan senyum untuk Wafa. Jesna salting sedangkan malah Wafa tambah salting.

"Makasih. Btw ga mau mampir dulu?" Ucap Jesna. Basa-basi sedikit biar ngga makin canggung.

"Ga usah. Gih masuk." Suruh Wafa. Jesna bukan patuh malah mencari sesuatu di dalam saku seragamnya.

"Uang aku masih sisa. Buat kamu beli bensin." Kata Jesna dan memberikan uang miliknya.

Wafa bingung tapi dia menerima uang yang Jesna berikan. "Perasaan bensin motorku masih banyak." Kata Wafa sebelum dia sendiri melihat sisa bahan bakar motornya. Setelah dia sadar, Wafa cuma nyengir menyembunyikan rasa malu.

Namun Jesna bukan meledek tapi kini tersenyum. Dia cukup tersentuh. Oh kalau bukan mantan pasti Jesna berani mencium pipi Wafa. Karena sumpah Jesna gemas. Setelah putus kenapa dia baru sadar kalau Wafa itu bisa seteledor itu?

"Ya udah pakai aja. Kan kamu ga bawa apa-apa tadi. Hape aja ketinggalan apalagi dompet." Oceh Jesna.

"Aku aneh ya hari ini? Menurut kamu?" Tanya Wafa.

"Iya aneh. Tapi aku suka."

~~~~~

"Kamu ada masalah apa sih Wafa?" Tanya seorang pria dengan setelan seragam olahraga.

"Maaf coach. Kemarin saya ada acara mendadak. Jadi ga sempat izin." Jawab Wafa.

Dua kali mangkir dari jadwal latihan. Pagi ini dia menghadap coach Andre selaku guru PJOK dan sekaligus pelatih futsal.

"Ini pertandingan agenda tahunan loh Waf. Tahun kemarin sekolah kita Runner up. Tahun ini harus menang. Saya udah menaruh harapan sama kamu. Tolong ya?" Nasihatnya dan Wafa cukup mengangguk saja.

"Ya udah boleh keluar. Nanti jangan lupa latihan." Pesan coach Andre.

"Siap coach." Balas Wafa. Dan setelah itu dia keluar dari ruang guru.

Berjalan di koridor sendirian. Wafa merogoh saku celana untuk mengambil ponselnya. Setelah membuka aplikasi chat, dia malah bingung. Setelah putus rasanya baru kali ini Wafa kembali membuka roomchat-nya dengan Jesna. Dia ingin mengirim pesan untuk menanyakan keberadaan mantan pacarnya itu. Ada sesuatu yang ingin Wafa kembalikan.

Belum selesai Wafa mengetik, terdengar suara yang familiar. Wafa mengulas senyum dan membalikan badan. Dia simpan lagi ponselnya di saku celana.

Jesna sedang fokus mengambil video konten untuk Rara dan Hera. Seperti remaja pada umumnya. Mereka juga pengin eksis di sosmed.

Setelah lebih dekat, senyum Wafa luntur digantikan kepanikan. Wafa dengan gerak ssww (sat-set wat-wet) melepas jaketnya.

Jesna yang tiba-tiba mendapat pelukan. Hampir menjatuhkan ponselnya. Tapi untung masih bisa dia tangkap lagi.

"Tanggal merahnya belum kelar ya Na?" Tanya Wafa masih memeluk Jesna dari belakang.

Jesna kedip-kedip mata bingung. Dia cukup syok untuk diberi pertanyaan.

"E-emang kenapa?" Gugup Jesna. Kepala Jesna langsung menunduk. Melihat Wafa mengikatkan dua lengan jaket di pinggangnya.

"Tembus tuh," Bisik Wafa tepat di telinga Jesna. Jesna refleks menolehkan kepalanya hingga berhadapan dengan wajah Wafa. Tapi di sini Wafa malah senyum manis. Lalu menaruh sesuatu di saku seragam Jesna.

OVT (Riize Wonbin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang